Mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki mobilitas tinggi dalam aktivitas di luar rumah. Berbagai faktor mempengaruhi perilaku mahasiswa, salah satunya pengetahuan dan efikasi diri. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hubungan pengetahuan dan efikasi diri mahasiswa dalam perilaku pencegahan penularan COVID-19 setelah satu tahun pandemi. Metode penelitian menggunakan studi kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini telah lolos uji etik dengan jumlah responden yang terlibat adalah 228 mahasiswa. Analisis data menggunakan tes chi-square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dan efikasi diri dengan perilaku mahasiswa dalam pencegahan penularan COVID-19 setelah satu tahun pandemi (p-value < 0,05). Akses informasi yang mudah didapat oleh mahasiswa berdampak pada peningkatan pengetahuan dan nilai efikasi diri. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari berbagai lintas sektoral dan keluarga untuk mempertahankan pengetahuan dan motivasi positif mahasiswa dalam perilaku pencegahan
Education is the main way to advance a nation. Progress is not only in terms of technological or physical aspects but also progress in human behavior and civilization. So it is not strange that the character of the people of a nation is a reflection of the quality of education. At present, the problem of the character of Indonesia's young generation is crucial to be overcome. The decline in character does not only occur in children with minimal education, but also occurs in children with secondary schooling. Many cases are related to this character decline, for example in Nagari Sungai Nyalo, Pesisir Selatan Regency. Nagari Sungai Nyalo as an active area in tourism, but not accompanied by changes in the behavior of its generation for the better, is evident that there are still many children of Nagari Sungai Nyalo who extort extortion to tourists, besides the spoken language has not been used reflecting the values of politeness. Facing this problem several attempts were made, one of which was the inculcation of character values through historical literacy. The essence of history is a storehouse of values and characters, one of which can be obtained through the story of historical figures, such as; Buya Hamka, Mohammad Hatta, Agus Salim, Natsir, Tan Malaka and other historical figures. These figures are great figures who not only have intellectual intelligence but also have extraordinary character and character. The moral values and personalities of these figures need to be instilled in the younger generation of children, as the authors have done with the children of Nagari Sungai Nyalo in Pesisir Selatan Regency. AbstrakPendidikan merupakan jalan utama untuk memajukan suatu bangsa. Kemajuan tidak hanya dari aspek teknologi ataupun fisiknya saja tetapi juga kemajuan dalam tingkah laku dan peradaban manusianya. Maka tidaklah aneh bahwa karakter masyarakat suatu bangsa menjadi cerminan dari kualitas pendidikannya. Hari ini, persoalan karakter generasi muda Indonesia menjadi hal yang sangat krusial untuk dibenahi. Kemerosotan karakter tidak hanya terjadi dikalangan anak-anak yang minim pendidikan, namun juga terjadi pada anak-anak yang bersekolah tinggi. Banyak kasus yang berhubungan dengan kemerosotan karakter ini, sebagai contoh yang terjadi di Nagari Sungai Nyalo, Kabupaten Pesisir Selatan. Sungai Nyalo sebagai daerah yang sedang bergiat dengan pariwisata, namun tidak dibarengi DIAKRONIKA 19 (2) 2019 ISSN: 1411-1764 (Print) | 2620-9446 (Online) 134 dengan perubahan tingkah laku generasinya menjadi lebih baik, terbukti masih banyak anak-anak Sungai Nyalo yang melakukan Pungli (Pungutan Liar) pada wisatawan, selain itu tutur bahasa yang digunakan dalam kesaharian juga belum mencerminkan nilai-nilai kesopanan. Menghadapi persoalan tersebut beberapa upaya yang dilakukan, salah satunya adalah penanaman nilai karakter melalui literasi sejarah. Hakikatnya sejarah adalah gudang nilai dan karakter, salah satunya bisa didapat melalui kisah tokoh-tokoh sejarah, seperti; Buya Hamka, Mohammad Hatta, Agus Salim, Natsir, Tan Mala...
Memaknai peristiwa sejarah melalui pembelajaran berstruktur merupakan model baru yang dikembangkan dari teori struktural. Teori struktural sendiri diturunkan dari perspektif filsafat spekulatif, yang meyakini bahwa sejarah memiliki pola-pola dasar yang tetap dan konstan. Pola dasar yang dimaksud yaitu, setiap peristiwa sejarah memiliki proses awal (lahir) peristiwa, proses berkembang, puncak (kejayaan), proses kemunduran, dan hancur (habis). Meski tidak seluruh peristiwa sejarah lengkap memiliki semua pola, adakalanya setelah lahir langsung mencapai puncak kejayaan, dan kemudian tiba-tiba hancur karena suatu peristiwa. Kompleksnya materi sejarah yang diajarkan kepada anak didik, membutuhkan suatu strategi atau model yang tepat untuk meramunya, agar tujuan, nilainilai, dan makna setiap peristiwa sejarah tersampaikan. Artikel ini khusus membahas penerapan model berstruktur dalam pembelajaran sejarah, untuk mencari dan menganalisis makna setiap perubahan dalam peristiwa sejarah.
There are many methods, models, strategies, and media that have developed rapidly for learning in recent decades, but none of them have been able to make historical learning achieve its maximum objectives In essence, history has a learning approach that rests on historical treasures itself, namely historical thinking, which includes; chronological thinking, causality thinking, interpretation, the three dimensions of time, and values. The purpose of this study is to analyze the implementation of historical thinking in history learning, especially in universities. The method used in this research is descriptive evaluative. The results showed that historical thinking has not been implemented optimally. This can be seen from the material design in the syllabus which emphasizes the chronology of events, the results of the questionnaire show that in general the lecturers have not trained students to historical thinking during lectures, and this finding is strengthened by the results of student interviews.
The Mandeh area is currently one of the tourist destinations that has beautiful scenery and its own uniqueness for tourists both from within and outside the country. The Mandeh area, which has these unique qualities, if not preserved and managed properly, will become extinct in the future. In order to promote tourism in the Mandeh area, especially the Nagari Sungai Nyalo, the service team carried out service activities in Nagari Sungai Nyalo as a Literacy Village to create sustainable tourism. So far, the children of Sungai Nyalo are classified as marginalized children. The purpose of this activity is to (1) provide literacy education to children in the Nyalo River village, (2) make the Nyalo River village as one of the areas in the Mandeh area into a sustainable tourism area. The method used in this activity is the social intervention method, which can be interpreted as a way or strategy in providing assistance to the community (individuals, groups, communities) to improve one's welfare through efforts to re-enable social functions. The results of this activity are (1) increasing children's interest in reading and literacy, (2) increasing children's confidence to be able to guide tourists visiting their villages.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.