Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (fma)terhadap akumulasi logam Pb tanaman belimbing wuluh, jabon, dan petai, mengetahui dosis pemberian fungi mikoriza arbuskula (fma) yang optimalterhadap akumulasi logam Pb, mengetahui jenis tanaman yang paling efektif dalam akumulasi logam Pb. Penelitian ini dilakukan di di Rumah Kasa, Laboratorium Biologi Tanah dan Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah inokulasi mikoriza dengan 4 taraf dosis (0 g/bibit, 10 g/bibit, 20 g/bibit, 30 g/bibit) dan faktor kedua adalah tanaman yang terdiri dari tiga jenis tanaman yaitu belimbing wuluh, jabon, dan petai. Hasil penelitian menunjukkan fungi mikoriza arbuskula memberikan pengaruh terhadap akumulasi logam Pb pada semua tanaman. Dosis mikoriza 10 g optimalterhadap akumulasi logam Pb pada tanaman uji, tanaman jabon yang paling efektif dalam menyerap logam Pb. Rasio akumulasi logam Pb pada bagian akar tanaman paling tinggi pada tanaman belimbing wuluh yaitu 52,38 mg/kg, rasio akumulasi logam Pb pada bagian batang tanaman paling tinggi pada tanaman jabon yaitu 32,7 mg/kg, rasio akumulasi logam Pb pada bagian daun tanaman paling tinggi pada tanaman jabon yaitu 16,49 mg/kg. Efisiensi penyerapan Pb tanaman paling tinggi pada tanaman jabon yaitu 13,06 % dan terendah pada belimbing wuluh yaitu 8,6 % Kata Kunci : Fungi Mikoriza Arbuskula, Logam Berat Pb, Belimbing Wuluh, Jabon , Petai.
Practical learning which is generally carried out in the laboratory is one of the important lessons in the science learning process, especially chemistry. The Covid-19 pandemic has caused practical learning activities to not be accommodated in real laboratories. This situation encourages the creation of practical learning innovations, namely the use of virtual labs. In this study, students' learning interest in the use of virtual labs is described which is integrated with the use of e-modules on colloidal material. Based on the results of data analysis, 74.55% of students were interested in using the virtual lab, 10.90% very interested, 12.73% quite interested, and 1.82% lack of interested. These data indicate that the majority of students can make good use of the virtual lab and are able to optimally elaborate on the learning process. However, virtual labs are not intended to replace real laboratories but can be used as supplements and media to support learning in real laboratories.
The goal of this study is to see how problem-solving learning paradigms affect students' grasp of physics ideas. This study is a quasi-experimental study. The sample was chosen using the cluster random class methodology, which consisted of two classes, the first of which was taught using a problem-solving learning model and the second of which was taught using traditional methods. Experiment classes provide problem-solving opportunities to help students better understand physics ideas, while control classes are taught in a traditional manner. Pre- and post-test results from students in both classes were used to collect data. The two-way Anava-test was applied, and the level of significance was found to be 0.000 (sig. 0.05), indicating that problem solving learning is beneficial in improving students’ understanding of physics concepts.
Tujuan penelitian untuk mengetahui tahapan pengembangan model pembelajaran inovatif dengan menggunakan mind mapping . Metode penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap: Preliminary research, prototyping or development, dan assessment. Data penelitian berupa kuesioner, angket validasi, kepraktisan, dan efektivitas. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil uji coba I adalah sebesar 71,88%, ujicoba II adalah sebesar 87,50%. Respon peserta didik sangat setuju pengembangan model pembelajaran Mind Mapping berbasis Power Point. Model pembelajaran Mind Mapping berbasis Power Point yang dirancang dosen memperoleh validasi ahli dengan kategori sangat baik dan layak diterapkan dalam belajar bilangan
Mikroba seperti bakteri, jamur, maupun virus corona (Covid-19) yang berada pada udara, alat-alat, dan tubuh manusia termasuk tangan bisa menyebabkan penyakit yang dapat merenggut nyawa, sehingga diperlukan upaya untuk mencegah hal tersebut. Salah satu cara mencegah agar penyabaran mikroba tidak terjadi dengan mencuci tangan. Cuci tangan secara teratur dan menyeluruh dengan sabun dibawah air mengalir dianjurkan oleh WHO karena dapat membunuh mikroba, hal ini langsung kita demonstrasikan kepada masyarakat yang ada di Siantar Estate. Metode kegiatan yang dilakukan pada pengabdian kepada masyarakat ini adalah penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah dengan menggunakan media slide power point yang berisi penjelasan mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun dan mendemonstrasikan langsung dengan swab tangan dari salah seorang masyarakat sebelum dan sesudah cuci tangan lalu di goreskan pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Kesimpulan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah masyarakat menjadi paham tentang pentingnya mencucii tangan dengan sabun secara teratur karena melihat langsung bakteri yang tumbuh.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.