Kurangnya motivasi belajar mahasiwa pada matakuliah fisika matematika II menjadi masalah yang serius karena akan menyebabkan rendahnya tingkat kelulusan mahasiswa iu sendiri. Di samping itu, metode yang digunakan oleh dosen juga cenderung lecture-centered sehingga menyebabkan kurangnya aktivitas mahasiswa selama kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu dilakukan sebuah penelitian dengan tujuan mendeskripsikan sejauh mana model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan prosedur penelitian dilakukan secara bersiklus yaitu dimulai dari perencanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Adapun objek penelitian ini adalah mahasiswa program studi fisika tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 33 orang yang mengambil mata kuliah fisika matematika II. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi, tes, dan angket motivasi. Hasil penelitian ini yaitu meningkatnya motivasi belajar mahasiswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dalam mata kuliah fisika matematika II di FST UNJA. Hal ini didasari dari data bahwa motivasi mahasiswa selama siklus I sebesar 73,62% dengan kategori “cukup” dan meningkat menjadi 83,53 % dengan kategori “tinggi” selama siklus II.

In the 21st century Science and Technology (IPTEK) is experiencing very rapid development which requires students to have skills in that century. In addition, one of the objectives of learning physics in the 2013 curriculum is to have a good understanding of concepts and principles. However, in reality there are still obstacles in students' understanding of concepts that are still low, including dynamic fluid material. The solution given is to develop interactive multimedia based on cognitive conflict. This study aims to determine the characteristics of interactive multimedia design and determine its validity. This type of research is development research using the Plomp development model which is special to the preliminary research and prototyping stages to the expert review. Preliminary research data obtained from needs analysis through filling out a questionnaire by 3 physics teachers and the validity of the data obtained from 3 physics lecturers. The instruments in this study were teacher questionnaires, self-evaluation sheets and expert validity sheets. Data were analyzed descriptively. This research produces interactive multimedia with characteristics set according to 4 syntaxes of cognitive conflict-based learning models using the adobe animate cc 2019 application. Multimedia is designed to improve students' conceptual understanding of dynamic fluid materials and justify 4C skills. the results of self-evaluation show that multimedia is in the very good category.

In Field A, an extended well test carried out over 5 months was used to validate 5 facies models generated with Multi-Point Statistics, each declined into a set of petrophysical models. The geological context of Field A is that of low NTG fluvial deposits which include channel and bar sandstones, alluvial splay siltstones and flood plain shales. Sparse static conditioning data, limited spatial information and naturally complex 3-D channel networks imply that various models can be equi-probable. Multipoint statistics (MPS) approaches were used to model sedimentary bodies in order to ensure the consistency between the model and the geological understanding. Simulation of the conditioned MPS models enabled to reproduce a set of extended well test responses and hence compare the dynamic behaviour of the models against that of the reservoir. Successive comparisons enabled to extract 2 MPS models which matched respectively the early and late time well test data. To obtain a better match over the whole well test data, an engineering-based hybridisation algorithm was used to combine the 2 better-fit models. The successful implementation of this algorithm resulted in promising results and enabled to obtain a quality match with the real well test data.

Kucing domestik betina berumur satu tahun bernama Kesi datang ke Rumah Sakit Hewan Jakarta (RSHJ) dengan keluhan wajah yang membengkak. Anamnesa yang didapat dari pemiliknya bahwa hewan terlihat lesu, sehingga pemiliknya memberikan Decolgen® pada Kesi sehari sebelumnya. Kelainan yang paling umum diamati pada pemeriksaan fisik dari kucing adalah: tingkat pernapasan meningkat, pucat-berlumpur selaput lendir, hipotermia, dan takikardia. Tanda-tanda lain adalah depresi, anoreksia, muntah, wajah dan cakar membengkak, air liur, diare, koma dan kematian. Dari temuan klinis dan anamnesa pemilik didapati bahwa hewan mengalami keracunan paracetamol. Prognosa yang didapat dari kasus adalah dubius apabila segera ditangani dan infausta apabila tidak segera ditangani. Pemberian paracetamol pada kucing tidak disarankan karena dapat berakibat fatal pada kucing. Pemberian acetylcysteine pada Kesi bertujuan untuk membantu kucing dalam pembentukan glutathione seluler. Setelah dilakukan pengobatan selama 3 hari, terlihat adanya kemajuan yang dapat diamati dari mukosa yang sudah tidak membengkak dan mukosa sudah tidak berwarna pucat lagi. Setelah 4 hari pengobatan, hewan sudah diperbolehkan untuk dibawa pulang oleh dokter.