Identitas kolektif sebagai warga desa adat Bali telah berperan penting dalam memperkuat dan menjaga konsistensi gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Untuk pertama kali dalam sejarah desa adat di Bali, identitas kolektif warga dari gabungan desa adat ini telah masuk dalam arena gerakan sosial. Artikel ini bertujuan untuk memahami konstruksi identitas kolektif warga desa adat di Bali yang teraktivasi dalam bentuk gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, studi ini mengkaji struktur kesadaran dari subyek dalam relasinya dengan fenomena gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Studi ini menemukan bahwa identitas kolektif warga desa adat di Bali dalam menentang reklamasi Teluk Benoa terjadi melalui proses konstruksi di kalangan pelaku gerakan baik dalam dimensi laten (aktivitas keseharian) mereka maupun dimensi visible melalui aksi-aksi kolektif. Konstruksi identitas kolektif warga adat tersebut melibat unsur kognisi, afeksi atau emosi, serta relasi sosial baik di internal kelompok gerakan, maupun dengan pihak eksternal. Kata Kunci: identitas kolektif, desa adat, gerakan sosial, Teluk Benoa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media visual di kelas VB SDN 3 Banjar Jawa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 3 Banjar Jawa Tahun ajaran 2017/2018, sebanyak 32 orang siswa. Pengumpulan data hasil belajar matematika dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode tes berbentuk esai. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif. Data hasil penelitian menunjukan pada siklus I persentase hasil belajar matematika mencapai 74,06% berada pada kategori sedang dan pada siklus II mencapai 85,31% berada pada katagori tinggi sehingga terjadi peningkatan persentase hasil belajar matematika mencapai 11,25%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajarn kooperatif tipe Group Investigation berbantuan media visual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VB di SD Negeri 3 Banjar Jawa.
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pendekatan aktivis-aktivis perempuan di Bali dalam mendifusikan norma global kesetaraan gender. Aktivitas mereka berhadapan dengan adat budaya Bali yang patriarki. Dengan menggunakan metode kualitatif berjenis fenomenologi, penelitian menggambarkan pengalaman aktivis perempuan di Bali dalam ruang transnasionalisme. Penelitian ini menemukan bahwa upaya untuk mendifusikan norma dari ranah global ke ranah domestik dan lokal, tidak terjadi secara linear. Ratifikasi Konvensi mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1984, tidak berarti bahwa norma kesetaraan gender dapat menyebar dan terinternalisasi dalam masyarakat secara otomatis. Aktivis dalam gerakan perempuan memiliki peran yang penting dalam mempromosikan pentingnya hak-hak perempuan. Mereka melakukan adaptasi agar norma kesetaraan gender pada level global, mendapatkan penerimaan di segmen tertentu dari budaya Bali. Pilihan strategi dalam difusi norma oleh para aktivis perempuan di Bali adalah hasil interaksi antara identitas pemahaman mereka terhadap budaya lokal, interaksi dalam jaringan advokasi internasional serta penggunaan kesempatan politik baik yang berasal dari ranah internasional maupun domestik. Pengalaman berinteraksi langsung dengan aktivis gender di negara Barat menimbulkan gagasan kreatif untuk mengadopsi praktik perjuangan gender yang telah berhasil di luar negeri untuk diterapkan di level lokal.Kata-kata kunci: norma global, difusi, glokalisasi, gerakan gender, transnasionalismeThis article aims to analyze the approach of women activists in Bali in diffusing global norms of gender equality. Their activities deal with patriarchal Balinese cultural tradition. Using a qualitative method of phenomenology, the study describes the experiences of women activists in Bali in the space of transnationalism. This study finds that efforts to diffuse norms from the global to the domestic and local domains do not occur in a linear fashion. Ratification of the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women by the Government of Indonesia in 1984 does not mean that gender equality norms can spread and be internalized in society automatically. Activists in the women’s movement have an important role in promoting the importance of women’s rights. They make adaptations so that the norms of gender equality at the global level gain acceptance in certain segments of Balinese culture. The strategy choices in the diffusion of norms by women activists in Bali are the result of the interaction between their identity and understanding of local culture, interaction in international advocacy networks and the use of political opportunities both from the international and domestic spheres. The experiences of interacting directly with gender activists in Western countries give rise to creative ideas to adopt the practice of gender movement that has been successful abroad to be applied at the local level.Keywords: global norms, diffusion, glocalization, gender movement, transnationalism
Perjuangan untuk mengubah ideologi patriarki menuju kesetaraan gender di Bali memerlukan komitmen, energi, dan waktu. Sejumlah perempuan di Bali mengambil sikap dan tindakan untuk terlibat secara intensif dalam gerakan kesetaraan gender. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami identitas naratif dari para aktivis kesetaraan gender di Bali. Dengan menggunakan metode fenomenologi, penelitian ini menemukan bahwa motivasi untuk terjun dalam gerakan kesetaraan gender bersumber dari interpretasi atas pengamatan personal atas kasus diskriminasi dan marginalisasi terhadap perempuan di lingkungan mereka masing-masing. Pemaknaan tersebut menjadi dasar dari identitas mereka sebagai aktivis perempuan. Reformasi politik dan kebijakan afirmasi terhadap perempuan dilihat oleh mereka sebagai kesempatan untuk mulai berkiprah atau memperbesar gerakan kesetaraan gender. Pemaknaan atas diri dan orientasi nilai mendasari pilihan fokus pada segmen gerakan yang antara lain mencakup pendidikan gender, pendampingan kasus hukum, dan sosialisasi norma kesetaraan gender.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.