Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan dan kepuasan wisatawan prewedding di Pantai Melasti Ungasan. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi dokumen. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan mix methode, dimana memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui kualitas pelayanan dan kepuasan wisatawan pada penelitian ini menggunakan analisis GAP, CSI (Costumer Satisfaction Index),dan IPA (Importance Performance Analysis). Berdasarkan hasil olah data melalui analisis CSI (Costumer Satisfaction Index), berada dalam katagori puas. Hal ini memberikan hasil wisatawan yang melakukan kegiatan prewedding merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola Pantai Melasti Ungasan pada saat ini. This study intends to evaluate pre-wedding visitors' satisfaction with the level of service at Melasti Beach Ungasan. Observation, interviews, distribution of questionnaires, and document studies are the methods utilized to gather data. A mix method technique, which mixes qualitative and quantitative approaches, is used in this study. Using the analysis of GAP, CSI (Customer Satisfaction Index), and IPA, establish the level of service quality and tourist satisfaction in this study (Importance Performance Analysis). It falls under the satisfied category according to the outcomes of data processing through the study of the CSI (Customer Satisfaction Index). As a result, tourists who participate in pre-wedding activities are satisfied with the services offered at this time by the staff of Melasti Beach Ungasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi produk wisata di desa wisata Pucak Tinggan, dan mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap kinerja pelayanan pengelolanya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan pengukuran CSI (Costumer Satisfaction Index). Dari penelitian ini diketahui bahwa produk wisata di desa wisata Pucak Tinggan adalah berupa paket treking mengunjungi Pura Pucak Mangu, peternakan lebah madu di tengah perkebunan kopi, edukasi biogas, produksi kopi bubuk dan produksi kripik talas. Kondisi sarana pendukung di sepanjang jalur treking seperti gazebo, tempat selfie dan toilet sudah mengalami kerusakan dan kurang terawat karena terkendala biaya. Pelatihan dan pendampingan telah dilakukan oleh tim dosen IPBI menyasar pada peningkatan sumberdaya pengelola dan produk UKM penunjang yang berbasis pertanian/agro. Kualitas layanan berdasarkan analisis CSI (Costumer Satisfaction Index) berada pada katagori memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang menjadi reponden dalam penelitian ini menilai puas terhadap kinerja pengelola wisata di desa wisata Pucak Tinggan.
The goal of community service in the second year (2020) in Pelaga village is to increase the role of tourism aware groups (Pokdarwis) and small business groups (SMEs) for the development of Pelaga Agrotourism Park-based on community. Through mentoring done by the team has been successfully created preferred tour packages and promotional tools online on Youtube, Facebook and Instagram. Agricultural products as supporting tourism produced by SME groups have been successfully improved quality and performance by using the brand Pelaga Agrotourism Park. It is hoped that the use of destination branding will increase the promotion and marketing of agribusiness products and Pelaga village as an agrotourism destination. Keywords: Pelaga Agrotourism Park, village community empowerment.
Potensi Desa Pelaga berupa perpaduan antara keindahan panorama alam dengan pola kehidupan masyarakat agraris beserta keunikan adat istiadatnya apabila dikemas dan dikelola dengan baik sebagai destinasi terintegrasi dalam bentuk “Pelaga Agrotourism Park” akan memiliki prospek dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Permasalahannya adalah keberadaan kelompok masyarakat di desa Pelaga seperti Pokdarwis sebagai motor penggerak pariwisata perdesaan belum memiliki kemampuan mengelola agrowisata yang akan dikembangkan. Kelompok-kelompok pendukung agrowisata seperti kelompok pengolah pangan belum berkembang dengan baik. Kelompok Karang Taruna Desa Pelaga juga masih belum kreatif dan produktif. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini telah terlihat manfaat yang diperoleh masyarakat. Potensi yang dimiliki Desa Pelaga telah dikemas menjadi paket-paket wisata pilihan menarik. Pemahaman dan keterampilan yang diperoleh anggota Pokdarwis dalam mengelola destinasi agrowisata meningkat. Usaha penunjang wisata khususnya oleh-oleh berupa produk usaha kecil masyarakat lokal telah mengusung destination branding “Pelaga Agrotourism Park” dalam setiap kemasan produknya dan sangat membantu pemasaran produk yang bersangkutan dan destinasi agrowisata di Desa Pelaga. Kata kunci: Pelaga Agrotourism Park, pengabdian masyarakat, pengelolaan pariwisata, pengembangan usaha kecil.
Daya dukung lingkungan adalah jumlah atau daya tampung maksimum yang dapat ditampung oleh lingkungan dalam satu hari, dan perhitungan mengenai daya dukung lingkungan sesuai dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan persamaan rumus Cifuentes (1992), yang menganalisis daya dukung fisik (PCC), daya dukung rill (RCC) dan daya dukung efektif (ECC). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dan studi literatur. Hasil perhitungan daya dukung lingkungan Semara Ratih Delodsema Village didapatkan nilai (PCC) 716 wisatawan/hari, nilai RCC 32 wisatawan/hari dan nilai ECC 28 wisatawan/hari dengan durasi kunjungan 3,7 jam per hari. Jumlah wisatawan saat ini 50 per hari masih berada diatas jumlah kapasitas efektif yang seharusnya diterapkan oleh Semara Ratih Delodsema Village, atau jumlah wisatawan saat ini melebihi kapasitas daya dukung lingkungan Semara Ratih Delodsema Village. Environmental carrying capacity is the maximum amount or capacity that can be accommodated by an environment and follows the concept of sustainable tourism development. This study aims to analyze the environmental carrying capacity of Semara Ratih Delodsema Village and the preference between the current number of visits and the calculation of the adequate carrying capacity that can be accommodated per day. The method used in this study is the calculation of the Cifuentes formula (1992), which analyzes Physical Carrying Capacity (PCC), Real Carrying Capacity (RCC), and Effective Carrying Capacity (ECC). Data collection techniques were collected through observation, interviews, questionnaires, and studying documentation. The results of calculations regarding the environmental carrying capacity of Semara Ratih Delodsema Village obtained a value (PCC) of 716 tourists/day, an RCC value of 32 tourists/day, and an ECC value of 28 tourists/day with a visit duration of 3.7 hours per day. Compared to the current number of visits, 50 tourists/day, the ECC value is below the current number of visits, or the current number of visits exceeds the capacity that Semara Ratih Delodsema Village should have to accommodate.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.