Kendang Bali merupakan alat musik yang termasuk dalam keluarga perkusi. Kendang lanang dan kendang wadon memiliki pola yang berbeda-beda, namun jika dimainkan bersama bisa menimbulkan keseimbangan di dalamnya. Keseimbangan merupakan salah satu unsur estetika yang peneliti gunakan untuk menganalisis keseimbangan pola permainan kendang Bali yang dapat dilihat dari konsep rwa bhineda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menghasilkan data kualitatif. Data yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan dengan teknik metode penelitian berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Setelah data diperoleh, peneliti mengkaji unsur estetika bunyi kendang Bali dengan teori estetika keseimbangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukannya keseimbangan estetika lanang dan kendang wadon. Pola kendang gegilak dan tetambat menjadi salah satu bentuk estetika keseimbangan yang timbul dari bunyi kendang Bali yang dalam filosofinya memunculkan konsep rwa bhineda berupa lanang dan wadon atau laki-laki dan perempuan.
Memegang peranan sebagai seorang pengendang Bali di dalam sebuah barungan gamelan gong kebyar, ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Menjadi seorang pengendang di dalam sebuah sekeha gamelan gong kebyar Bali, harus memiliki jiwa kepemimpinan, agar sebuah sekeha dapat menampilkan pertunjukan yang bagus. Tidak semua pengendang Bali memiliki jiwa seperti itu, itu dikarenakan tidak semua pengendang tekun dalam melatih dirinya agar memiliki teknik dan kepekaan musikal yang baik. Peneliti ingin mengetahui konsep seorang pengendang yang ada di dalam memimpin sebuah sekeha gamelan gong kebyar Bali. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,yang dalam implementasinya menggunakan teknik observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan di dalam penelitian ini adalah konsep musikalitas seorang pengendang Bali di dalam memimpin sebuah pertunjukan gamelan gong kebyar Bali. Konsep musikalitas ini meliputi teknik bermain kendang, mengatur dinamika lagu, mengatur tempo, memulai gending dan mengakhiri gending. Dalam praktikalnya konsep musikalitas ini di implementasikan melalui bahasa tubuh, pola kendang dan keras lirihnya suara kendang. Konsep musikalitas ini sangat penting dimiliki oleh seorang pengendang Bali, agar sebuah pertunjukan menjadi lebih bagus dan rapi, sehingga dapat memukau penonton. Musical Concept Of Kendang Instruments In Gamelan Gong Kebyar. Holding the role of a Balinese tamer in a barong gamelan kebyar, was not as simple as it seems. Being a controller in a gamelan gong kebyar in Bali, must have a soul of leadership so that a school can show a good performance. Not all Balinese people have such a soul, that is because not all Balinese performers are diligent in training themselves to have good musical techniques and sensitivity. The researcher wants to know the concept of a person who is in charge of leading a gamelan gong kebyar in Bali. This research uses descriptive qualitative method, which in its implementation uses observation, interview, literature study and documentation techniques. The results found in this study are the musical concept of a Balinese tamer in leading a Balinese kebyar gong gamelan performance. This musicality concept includes the technique of playing the drum, adjusting the dynamics of the song, adjusting the tempo, starting the gending, and ending the gending. In practice, the concept of musicality is implemented through body language, drum patterns, and loud sounds. The concept of musicality is very important owned by a Balinese performer, so that performance becomes better and neater so that it can amaze the audience.
I Ketut Widianta is a Balinese musical artist who specializes in single drum and at the same time has a unique teaching method. This research is very important to do, considering that I Ketut Widianta has a teaching method that is very different from other single kendang teachers. The purpose of this study is to reveal how his teaching methods, from the usual and unusual teaching methods. This research will be analyzed with qualitative descriptive methods, where the implementation uses observation, interview and documentation techniques. The results achieved from this study were the discovery of two teaching techniques possessed by I Ketut Widianta, namely the usual and unusual teaching techniques. His usual teaching technique was to divide the teaching class into several majors, while the unusual teaching technique was applied by telling his students to hit the unfinished drum.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.