Sidrap Regency in South Sulawesi Province has special food, namely Palekko’, which has duck as raw material. The number of palekko’ stalls in Sidrap will raise concerns about the waste generated because there is no treatment at all. This waste will increasingly pollute the environment, if not managed properly. Therefore, the processing is carried out, namely the manufacture of duck bone meal. This duck bone meal was analyzed by chemical analysis to compare it with the SNI for the bone meal and other bone meal that had been tested. This research was conducted to know the potential use of duck bone meal to be maximized through chemical analysis. The chemical analysis carried out was the test of moisture, protein, fat, crude fiber, ash content, calcium, and phosphorus (P2O5). The results of the chemical analysis obtained were moisture, protein, fat, crude fiber, ash, calcium, and phosphorus content (P2O5) respectively, namely 2.01%, 33.33%, 12.38%, 2.78%, 41.66%, 2.53% and 6.24%. Then it compared with SNI a duck bone meal and others. The results obtained bone powder duck has the potential to be applied optimally produce products made from the bone meal of duck with doing some treatment to improve their quality.
Penyarangraian adalah tahapan proses pembentukan aroma dan citarsa khas pada minuman kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu penyangraian terhap aroma kopi yang dihasilkan dari beberapa metode pengolahan. Pengolahan buah kopi dilakukan dengan tiga pengolahan yaitu pengolahan basah (fermentasi dalam air selama 12 jam), pengolahan kering (tanpa fermentasi) dan fermentasi menggunakan teknologi Ohmic (OHM) dan dengan penambahan ekstrak nenas. Kopi hasil fermentasi dikeringkan hingga kadar air sekitar 11% bb kemudian disangrai pada tiga tingkat penyangraian light (193oC) dengan waktu 10 menit, medium (203oC) dengan waktu 8 menit, dan dark (213oC) selama 7 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopi yang diperoleh dari penyangraian pada tingkat medium kandungan kafein tertinggi pada pengolahan kering dengan total kafein 0,119%, kemudian diikuti pengolahan basah dengan total kafein 0,087%, dan kadar kafein terendah diperoleh dari kopi yang difermentasi menggunakan teknologi Ohmic dengan penambahan ekstrak nenas yaitu 0,047%. Kandungan keasaman (pH) pada pengolahan kering merupakan pH tertinggi dengan nilai pH yaitu 5,85, kemudian diikuti pengolahan basah 5,78, dan pH terendah diperoleh dari kopi yang di fermentasi dengan menggunakan teknologi Ohmic dengan penambahan ekstrak nenas yaitu 4,81% yang mendekati asam. Kandungan total asam tertinggi diperoleh dari kopi yang di fermentasi dengan menggunakan teknologi Ohmic dengan penambahan ekstrak nenas dengan kandungan total asam 0,0034%, diikuti pada pengolahan basah 0,0033%, dan total asam terendah diperoleh dari pengolahan kering dengan total asam 0,0032%. Atribut aroma yang dihasilkan pada tingkat penyangraian medium memberikan aroma chocolate, caramel, fruity, dan earty. Sedangkan pada citarasa seduhan kopi meberikan rasa yang seimbang antara sweetness, acidity, bitteness, dan body yang tebal yang disukai oleh panelis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.