AbstrakPenanganan penyakit infeksi diperlukan suatu imunostimulator. Propolis adalah campuran resin yang dikumpulkan lebah dari tumbuh-tumbuhan, digunakan sebagai material isolasi sarang lebah, merupakan bahan yang berpotensi sebagai imunostimulator. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada pada Januari-Maret 2013. Penelitian ini bertujuan menganalisis peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis kultur makrofag yang diberi ekstrak etanol propolis terhadap Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC). Desain penelitian eskperimen. Ke dalam kultur makrofag yang diperoleh dari tiga orang subjek, masing-masing diberi ekstrak etanol propolis 6,25; 12,5; 25; 50, dan 100 µg/mL serta kontrol tanpa ekstrak etanol propolis. Inkubasi dilakukan satu hari. Kultur diinfeksikan EPEC selama 30 menit, diwarnai dengan Giemsa dan diamati dengan mikroskop. Persentase aktivitas fagositosis diperoleh dengan menghitung jumlah makrofag yang aktif dalam 100 makrofag. Nilai kapasitas fagositosis diperoleh dengan menghitung jumlah bakteri yang difagosit oleh 50 makrofag. Uji analysis of variance (ANOVA) menunjukkan perbedaan signifikan aktivitas maupun kapasitas fagositosis kultur makrofag yang diberi ekstrak etanol propolis dibanding dengan kontrol (p=0,000). Uji Tukey HSD pada aktivitas fagositosis menunjukkan hasil signifikan antara kontrol dan konsentrasi 6,25 µg/mL (p=0,008), sedangkan pada kapasitas fagositosis terlihat antara kontrol dan konsentrasi 12,5 µg/mL (p=0,001). Simpulan, ekstrak etanol propolis meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis kultur makrofag terhadap EPEC dengan konsentrasi minimum 12,5 µg/mL. Effect of Ethanolic Extract Propolis on Phagocytosis Activity and Capacity in Macrophages Culture Infected by Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) AbstractThe use of immunostimulant for infectious diseases treatment is needed. Propolis is a mixture of resin collected from plants by bees and used as an insulating material in beehives which has a potential as immunostimulant. This study was performed at Laboratory of Research and Integrated Testing, Gadjah Mada University, in January− March 2013. This experimental research aimed to analyze the increase of phagocytosis activity and capacity on macrophages culture added by propolis ethanolic extract against Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC). The design of this study was experimental study. Macrophage cultures obtained from three subjects were individually culture supplemented with the 6.25, 12.5, 25, 50, and 100 µg/mL propolis ethanolic extract. A control without the addition of propolis ethanolic extract is also used. Cultures were incubated for one day. Macrophage cultures were infected by EPEC for 30 minutes, stained by Giemsa, and observed by microscope. Percentage of phagocytosis activity is determined by the number of active macrophages per 100 macrophages. The phagocytosis capacity value was determined by counting the number of bacteria that were phagocytized by 50 macrophages. Analysis of variance ...
Probiotic administration in coping of various disease caused by pathogenic bacteria that resistant to antibiotic nowadays has become a trend (Mileti et al. 2009). Probiotics are living microorganism which if given in adequate manner will produce many advantages for the health of the host (Kaboosi 2011). Probiotic bacteria are generally used and can be isolated from Lactobacillus groups (Romeo et al. 2010).
Abstrak Diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan adanya kondisi inflamasi ringan vaskuler. Kadar tumor necrosis factor-α (TNF-α) yang meningkat berhubungan dengan sitokin dan resiko komplikasi dari diabetes melitus tipe 2. Kadar TNF-α, metabolit dari nitric oxide (NO) yang meningkat menandakan adanya disfungsi endotel pada diabetes Melitus tipe 2. Hal ini akan mengakibatkan kadar CRP pada penderita diabetes melitus tipe 2 juga meningkat. CRP merupakan indikator adanya inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan jaringan pada tubuh.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif pada 30 orang pasien dengan kadar hemoglobin A1c (HbA1c) 6,5%. Alat yang digunakan adalah penganalisa Afinion 2 dengan metode imunoturbidimetri untuk melihat kadar CRP. Berdasarkan penelitian dilakukan menggunakan uji statistik yaitu dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan untuk nilai p = 0,026 dan r = 0,406. Uji Chi-square digunakan untuk melihat hubungan dari dua variabel, untuk melihat ada hubungan atau tidak dari penelitian yang dilakukan. Didapatkan hasil p 0,05 (0,026) maka artinya penelitian yang dilakukan terjadi hubungan kolerasi, dengan kekuatan hubungan nilai r =0,406 (moderat). Terdapat hubungan hemoglobin A1c (HbA1c) yang tinggi dengan peningkatan kadar CRP pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebagai indikator adanya proses inflamasi yang terjadi akibat komplikasi kronik penyakit diabetes melitus.Disarankan penderita DM tipe 2 melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar CRP kuantitatif sebagai penunjang diagnosis untuk pemeriksaan diabetes melitus tipe 2 bersama dengan pemeriksaan HbA1c. Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe 2, CRP, HbA1c
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernapasan atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan atas dan bawah merupakan penyakit yang umum terjadi di masyarakat. Infeksi ini disebabkan oleh masuknya mikroorganisme berupa bakteri yang belum diketahui sebagai penyebab infeksi yang kemudian dapat berkembang menjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif. Adanya bakteri penyebab ISPA diperlukan uji diagnostik menggunakan sputum. Bervariasinya mengenai bakteri yang ditemukan pada sputum, maka digunakan sampel sputum yang merupakan sampel representatif untuk mengetahui penyebab infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan spesies bakteri Gram-negatif dari sputum penderita ISPA di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui penelitian kultur sputum yang di tanam pada media MacConkey Agar (MCA), pewarnaan Gram mikroskopis dan uji biokimia metode IMVIC penderita ISPA periode Februari-Maret 2017. Hasil penelitian menunjukkan ditemukan bakteri Gram negatif dari 15 sampel sputum penderita ISPA terdapat spesies bakteri dengan persentase Klebsiella pneumoniae 13,3 %,Pseudomonas aeruginosa 26,6 %Enterobacter aerogenes 13,3%,danProteus mirabilis 13,3 %. Disarankan penegakkan diagnosis lebih diperhatikan agar lebih akurat mengenai salah satu penyebab infeksi dan para klinisi dapat menentukan terapi antibiontik selanjutnya agar pengobatan pada pasien lebih efektif dan efisien. Kata kunci :Infeksi saluran pernapasan akut, sputum, bakteri Gram negatif.
Latar Belakang. Pemerintah selalu mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan, dikarenakan salah satu usaha untuk memutus mata rantai penyebaran virus SARS-COV-2 ini adalah menerapkan 3 M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Kegiatan sosialisasi pencegahan virus covid-19 melalui mahasiswa merupakan satu upaya untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Metode. Kegiatan ini dilaksanakan 11 September 2020 secara daring. Mahasiswa diberikan kuisioner melalui Google Form untuk tracing penyebaran virus SARS-COV-2. Sebelum dilakukan sosialisasi, diberikan pretes. Kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi pencegahan virus SARS-COV-2 oleh 2 narasumber yang diikuti 75 mahasiswa. Materi pertama membahas tentang Pemeriksaan Virus SARS-COV-2, sedangkan materi kedua tentang pengenalan virus SARS-COV-2 dan pencegahannya Kegiatan diakhiri dengan postes. Hasil dan pembahasan. Mahasiswa diberikan kuisioner yang berkaitan dengan tracing pencegahan virus SARS-COV-2. Dari responden 75 mahasiswa, 1 orang (1,3%) pernah demam di atas suhu 37oC, namun mahasiswa tersebut demam bukan karena virus SARS-COV-2. Sebanyak 13% mempunyai riwayat perjalanan keluar kota, dikarenakan beberapa mahasiswa berasal dari luar kota Cimahi. Transportasi yang digunakan adalah motor pribadi (86%), dengan demikian penyebaran virus dapat diminimalisir. Sebanyak 8% ketika sakit mengunjungi tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas/RS/klinik). Sebanyak 10% mahasiswa dalam sehari selalu berada di tempat ramai. Ketika di keramaian mahasiswa memakai masker yaitu masker bedah (31%) dan masker kain (69%). Lamanya pemakaian masker 4-6 jam dalam sehari (90%), frekuensi pencucian masker kain setiap hari (79%). Selama beraktivitas menggunakan faceshield (8%). Sedangkan, hasil pretes didapatkan nilai rata-rata 45,6 dan hasil postes didapatkan nilai rata-rata naik menjadi 74,2. Kesimpulan. Adanya sosialisasi tersebut dapat meningkatkan wawasan keilmuan bagi mahasiswa tentang bahaya virus SARS-COV-2, bagaimana cara pencegahannya agar terhindar dari infeksi virus tersebut serta bagaimana cara meningkatkan imunitas tubuh supaya tidak terkena infeksi SARS-COV-2.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.