Permasalahan gizi yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus di Indonesia adalah stunting. Kasus stunting juga ditemukan di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Meskipun penanganan stunting membutuhkan waktu yang panjang, intervensi gizi-sensitif dan gizi-spesifik perlu untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memfasilitasi warga di Posyandu Aster 138A Jember berkaitan dengan upaya pencegahan stunting melalui kegiatan penyuluhan dan budidaya tanaman hidroponik, penyediaan sarana bermain ramah anak serta pelatihan pembuatan makanan tambahan. Kegiatan yang dilakukan selama kurun waktu Juli-September 2019 telah memberikan dampak dan hasil positif berupa peningkatan pengetahuan dan pengalaman dari para kader dan juga anggota Posyandu Aster 138A tentang urban farming melalui budidaya tanaman hidroponik serta pembuatan makanan tambahan dalam bentuk kukis dan nugget yang kaya akan zat besi. Selain itu, pada kegiatan pendirian sarana bermain anak yang dapat merangsang aktivitas motorik juga disambut baik oleh anak-anak yang berada di lingkungan Posyandu Aster 138A. Sebagai kesimpulan, program-program yang mendukung intervensi gizi-sensitif dan gizi spesifik dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sasaran. Program seperti ini diharapkan dapat dilakukan berkelanjutan untuk membantu mencegah stunting di Indonesia.
<p>Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan berdampak terhadap terjadinya resistansi. Oleh karena itu, studi penggunaan antibiotik perlu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik di bangsal penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangil Kabupaten Pasuruan dengan menggunakan metode<em> Anatomical Therapeutic Chemical</em> (ATC)/<em>Defined Daily Dose</em> (DDD). ATC/DDD adalah metode perhitungan penggunaan antibiotik secara kuantitatif yang direkomendasikan oleh <em>World Health Organization</em> (WHO). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan sumber data excel berupa rekapitulasi rekam medik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dewasa di bangsal penyakit dalam sepanjang tahun 2017. Sejumlah 973 data dari keseluruhan populasi memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dilakukan berdasarkan pada karakteristik pasien, profil antibiotik dan perhitungan kuantitatif dengan metode ATC/DDD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah golongan sefalosporin sebesar 51,41%, sedangkan jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu ceftriaxone dengan jumlah sebesar 25,86%. DDD/100 <em>patient-days</em> tertingi adalah ceftriaxone dengan nilai 27,79 DDD/100 <em>patient-days</em>. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode Gyssens untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik.</p>
Pada masa menyusui seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan penggunaan obat, sehingga banyak ibu yang sedang menyusui menggunakan obat yang dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Beberapa obat dengan karakteristik tertentu dapat diekskresikan melalui ASI. Karakteristik yang dimaksud antara lain adalah obat yang mudah larut dalam lemak, obat yang memiliki berat molekul kecil, obat yang terionisasi, dan obat yang berikatan lemah dengan protein plasma. Tingkat pengetahuan ibu menyusui akan keamanan obat merupakan faktor yang penting untuk menjaga keselamatan bayi. Apabila ibu menyusui memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan keamanan obat sepanjang menyusui, maka bayi dapat terhindar dari bahaya efek samping obat. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional terhadap 100 orang responden di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Sampel responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas serta uji reliabilitas. Kategori tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang keamanan obat dibagi menjadi 3, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Acuan untuk kategori tersebut, diambil dari nilai rata-rata ± SD pengetahuan ibu menyusui. Analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata ± SD yaitu sebesar 6,5 ± 2,4, sehingga untuk nilai di antara 4,1-8,9 termasuk dalam kategori sedang. Nilai < 4,1 termasuk ke dalam kategori rendah dan nilai > 8,9 termasuk ke dalam kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu menyusui yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 20%, tingkat pengetahuan sedang sebesar 57%, dan tingkat pengetahuan tinggi sebesar 23%. Pada penelitian ini juga dilakukan pengelompokan obat yang digunakan oleh responden ditinjau dari tingkat keamanannya berdasarkan ketentuan WHO tahun 2003. Hasilnya adalah di antara obat-obat yang digunakan oleh responden, terdapat obat yang masuk ke kelompok obat dengan tingkat keamanan kategori satu (amoksisilin, asam mefenamat, dekstrometorfan HBr, ibuprofen, parasetamol, dan tetrasiklin), obat dengan tingkat keamanan kategori dua (asetosal dan efedrin HCl), serta obat dengan tingkat keamanan kategori tiga (klorfeniramin maleat).
Background: Diabetes mellitus is a metabolic disease, characterized by hyperglycemia. It occurs due to impaired insulin secretion, insulin action, or both. Diabetes mellitus is a chronic disease that is often accompanied by complications, one of which is hypertension, so that drug interactions cannot be avoided. Objective: This study aimed to determine the medication profile and potential drug interactions in diabetes mellitus outpatient with hypertension at RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor. Method: It was a descriptive study. The data was obtained from diabetes with hypertension outpatient in three months (October-December 2020). To analyze potential drug interaction, used drugs.com, Medscape and Stockley for literature. Results: The medication profile showed that insulin aspart (43.84%) and the combination of candesartan and amlodipine (52.05%) were the most used drugs. The most common potential drug interactions were found between insulin and candesartan (73.34%) with moderate severity. Conclusion: Insulin aspart was the most used of antidiabetic. Candesartan plus amlodipine was the most widely used antihypertensive. Both types of drugs (insulin and candesartan) have the potential for drug interactions. Keywords: antidiabetic, antihypertensive, drug interaction
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.