Excessive energi consumption play a role in increasing blood glucose levels (hyperglycemia), due to the inability of the hormone insulin to compensate the high blood glucose levels. Blood glucose receptor found in the hypothalamus of VMH (Ventro Medial Hypothalamus) and LH (the Lateral Hypothalamus) is able to detect and change the settings for the feeding activity. The aim of this study was to obtain the relationship between high sucrose feeding on male Wistar rats of behavior and activity. This method uses Wistar rats (Rattus norvegicus) as an animal model. Sixteen rats were grouped into 4 treatment groups. The first group was given additional feed 20% sucrose, the second group was given additional feed 40% sucrose, a third group was given additional feed 60% sucrose, and the last as a control group. This feed given continuously for 70 days.Observation of activities conducted using Optovarimex® auto-track system ver.4.31. The results showed an corellation between activity based doses of sucrose. Keywords: sucrose,ventromediall hypothalamus, wistar rats, activity PENDAHULUANMakan adalah kegiatan memasukkan makanan atau sesuatu ke dalam saluran pencernaan untuk menyediakan nutrisi bagi makhluk hidup. Berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh akan dipenuhi melalui kegiatan ini, salah satu diantaranya adalah karbohidrat. Gula adalah senyawa karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi utama dan sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk pangan. Dewasa ini semakin banyak beredar produk pangan yang diberi pemanis tambahan. Produk pangan ini melimpah dipasaran dan sangat diminati karena memililiki palatibilitas yang tinggi.Konsumsi makanan sumber energi yang terus menerus secara berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Tubuh menerima glukosa melalui penyerapan usus yang kemudian akan beredar dalam pembuluh sebagai gula darah untuk kemudian disimpan dalam hati dan sel otot sebagai glikogen. Hiperglikemia disebabkan oleh terlalu tingginya kadar gula darah yang terus beredar dalam sistem peredaran akibat tidak bisa dikonversi menjadi glikogen. Keadaan tersebut terjadi akibat terbatasnya kemampuan sekresi insulin dalam mengimbangi konsentrasi glukosa di peredaran darah serta penurunan glucose carrier (pengangkut glukosa ke dalam sel) sehingga banyak glukosa yang tertimbun dalam darah (Sherwood. 2001).Perubahan pada kadar glukosa darah dirasakan dan direspon oleh sistem saraf pusat. Jean Mayer dengan
Konsumen berhak mengonsumsi susu yang aman, sehat, utuh dan halal. Faktor yang memengaruhi produktivitas dan kualitas susu, di antaranya adalah ketinggian lokasi serta kondisi lingkungan di sekitar peternakan. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kualitas mikrob dan jumlah sel somatik (JSS) susu dari peternakan yang berlokasi di dataran tinggi (Cijeruk, Bogor) dan peternakan yang berlokasi di dataran rendah (Pondok Ranggon, Jakarta Timur). Parameter yang diamati, ialah angka lempeng total (ALT) mikrob, jumlah Staphylococcus aureus, dan JSS. Pengujian mikrob menggunakan metode hitungan cawan dan penghitungan JSS menggunakan metode Breed. Data dianalisis secara statistik dengan uji Mann-Whitney U dan Chi-square. Hasil ALT mikrob, jumlah S. aureus, dan JSS dalam susu yang berasal dari peternakan Pondok Ranggon yang berlokasi di dataran rendah menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu yang berasal dari peternakan Cijeruk yang berlokasi di dataran tinggi. Rata-rata ALT mikrob, jumlah S. aureus, dan JSS dalam susu dari peternakan Cijeruk berturut-turut adalah 1,6×104 ± 1,5×104 CFU/mL; 1,3×103 ± 4,2×103 CFU/mL; dan 1.795.000 ± 1.838.791 sel/mL. Rata-rata ALT mikrob, jumlah S. aureus, dan JSS dalam susu yang berasal dari peternakan Pondok Ranggon berturut-turut adalah 3,5×105 ± 1,0×106 CFU/mL; 1,7×105 ± 6,3×104 CFU/mL; dan 3.032.222 ± 4.348.654 sel/mL. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi peternakan dengan jumlah S. aureus dalam susu (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini ialah status mikrob dan JSS dalam susu dipengaruhi oleh lokasi peternakan.
Global warming has caused heat stress in quail (Coturnix coturnix Japonica). Heat stress can cause an increase in free radicals, through increased production and secretion of glucocorticoid hormones, which exceed the ability of the body's antioxidant system, causing oxidation, especially of double bonded lipid compounds found in cell membranes. Long-term secretion of glucocorticoids can cause a decrease in reproductive function. Dexamethasone is a glucocorticoid drug. The purpose of this study was to determine the effect of giving dexamethasone, as an analogy to glucocorticoid secretion in quail, on the quantity and quality of eggs produced by quail. Egg quality observed was length, width, weight, yolk weight and percentage, Haugh unit, white weight and percent, white height, egg shell weight and thickness. This study used 16 quails which were divided into four groups, namely one control group and three dexamethasone groups. The doses of dexamethasone given were 1.25 mg/kg BW, 2.5 mg/kg BW, and 5 mg/kg BW. Dexamethasone was given orally for two weeks. Sampling was carried out every day since the start of the study. The results showed that the administration of dexamethasone caused a decrease in the quantity and quality of eggs produced by quail.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.