Pemanfaatan kaki ayam di Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan ceker ayam pada umumnya hanya digoreng, dimasak untuk campuran sup, campuran sayur, bubur, dibuat krecek rambak, direbus untuk diambil kaldunya, atau digunakan sebagai campuran makanan hewan. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi dan ketersediaan teknologi pengelolaan yang tepat serta manfaat produk kaki ayam yang dihasilkan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan protein tepung ceker ayam dan mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap biskuit yang disubtitusi tepung ceker ayam. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Parepare pada bulan Juli-Agustus 2017. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama proses pembuatan tepung ceker ayam dan analisis kimianya. Tahap kedua adalah menentukan persentase yang tepat pada proses pembuatan biskuit dengan subtitusi tepung ceker ayam. Tahap ketiga adalah menentukan tingkat kesukaan biskuit yang paling disukai oleh panelis berdasarkan peubah warna dan tekstur. Tahap ketiga diuji mengggunakan metode hedonic berskala 1-5 menggunakan 20 panelis semi terlatih. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah oven, wadah plastik, ayakan, pisau, dan rolling pin, tepung terigu protein rendah, air, gula pasir, telur, margarin, susu bubuk, baking powder, kertas label, kemasan plastik, vanili dan air. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) program SPSS Versi 16 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung ceker ayam memiliki kadar protein yang sangat tinggi yaitu 49,36%. Tingkat kesukaan panelis atas variabel warna dan tekstur, yaitu biskuit dengan subtitusi tepung ceker ayam dengan level 5%.
ABSTRAKPemanfaatan limbah pertanian seperti tongkol jagung menjadi solusi untuk mengatasi masalah pakan. Azolla pinnata juga merupakan salah satu tanaman paku dan dianggap gulma oleh petani. Tanaman ini memiliki potensi sebagai pakan bagi ternak ruminansia, ketersediaan yang tinggi serta kandungan nutrisi yang cukup baik merupakan pertimbangan penggunaannya sebagai pakan ternak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan serat pada pakan yang diberi Azolla pinnata dengan level yang berbeda. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan dan diulang tiga kali sehingga terdapat 9 satuan percobaan. Peubah yang diamati untuk melihat respon terhadap perlakuan yang diberikan adalah kandungan sellulosa, hemisellulosa dan lignin yang dianalisis menggunakan metode analisis Van-Soest. Hasil analisis ragam pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan penambahan Azolla sebagai pakan ternak ruminansia berpengaruh sangat nyata (P>0,05) terhadap kandungan sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Kandungan sellulosa yang diperoleh berkisar antara 18,67% sampai dengan 22,42%. Kandungan hemisellulosa pakan komplit berkisar antara 25,60% -28,40% sedangkan kandungan lignin berkisar antara 8,60% -9,40%.Kata kunci: A. pinnata; pakan komplit; sellulosa; hemisellulosa; lignin. 221 Fitriani, et al. ABSTRACTA. pinnata is one of the nail plants and considered a weed by farmers. The plant have the potential as feed for ruminants, high availability, and good nutrition which a consideration of its used as animal feed. This study aims to determine the fiber content in the feed given Azolla pinnata with different levels. This research was conducted using an experimental method with three Complete Random Design, namely three treatments and treatments repeated 3 (three) times so that there were 9 experimental units. The variables observed to see the response to the treatment given were cellulose, hemicellulose, and lignin contents which were analyzed using the Van-Soest analysis method. The results of analysis of various varieties of corncob-based complete feed with the addition of Azolla as ruminant feed had a very significant effect (P>0.05) on the content of cellulose, hemicellulose, and lignin. Cellulose content obtained ranged from 18.67% to 22.42%. Complete feed hemicellulose content ranged from 25.60% -28.40% while lignin content ranged from 8.60% -9.40%.
Concentrate is required to be added for forage feeding in order to meet nutritional needs and also to increase the productivity of goat livestock. This study was done gradually and continuously, starting from the making of liquid organic fertilizer with the addition of Morinda fruit bio-activator that used to cultivate Taiwan grass. Furthermore, the Taiwan grass is combined with concentrate to be given to goats every day at different treatment level. During the cultivation process, consumption and weight gain value are generated in goats. It can be concluded that the value of consumption and weight gain are not significant statistically. However, the best weight gain is obtained in K3 treatment with a value of 0.29 kg/day and it is also in line with the value of feed consumption in K3. Taiwan grass as initial feed and concentrate as additional feed in balancing level so that it can fulfill nutritional needs of goat livestock.
The spread of Avian Influenza (AI) virus have a significant impact on the decline in the bird population, economic losses, and food safety. The purpose of this study was to determine level and patterns of distribution AI in chicken at Polewali Mandar Regency, period 2008-2013. The results showed that in 2008 to 2013 cases of poultry deaths by AI has spread in 13 districts of the total 16 districts and 53 villages of the total 167 villages in Polewali Mandar Regency. It shows that 81,25% of district and 31,74% of villages in Polewali Mandar has been infected with AI. The number of deaths of poultry caused AI period 2008 to 2013 is 49,182. The chicken that are infected native chicken, broiler, ornamental chickens (Philipin), cuckoo, rooster, and ducks. The chicken reared in backyard and commercial poultry sector 3 with the number of chicken are 10-10000. Trend increase in cases of poultry death by AI period 2008 to 2013 in Polewali Mandar generally occurs in January, February, March, July, September, November, and December.
Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu daerah jumlah populasi sapi potong tertinggi di Sulawesi Barat. Wilayah ini sangat berpotensi dalam pengembangan ternak sapi potong. Untuk itu, pihak pemerintah di Provinsi Sulawesi Barat melihat potensi lahan yang yang memadai di Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar untuk pengembangan peternakan sapi potong. Tahap awal yang bisa dilakukan adalah penyediaan pakan untuk keberlangsungan hidup ternak sapi, karena itu hal yang paling pokok dalam pengembangan peternakan khususnya pada ternak sapi adalah ketersediaan pakan hijauan. Namun demikian terkadang ketersediaan pakan berupa hijauan rumput masih sangat terbatas, sehingga dalam pengembangan peternakan sapi dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian. Hal ini merupakan salah satu strategi dalam penyediaan pakan ternak melalui optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri pertanian.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.