Gout arthritis is a rheumatic disease that ranks third after rheumatoid arthritis. Gout arthritis is caused when the body has high levels of uric acid due to increased breakdown of purines. Purines are found in many foods and drinks. Therefore. It is important to provide education to the elderly regarding food and drink that is good for consumption so that inflammation and severe pain do not occur in the elderly who have gout arthritis / gout. The method of implementing this community service is in the form of providing education in the form of counseling assisted by giving leaflets to every community who visits Posyandu Dahlia, Bontomakio Village, Rappocini District, which is attended by 23 participants. The result obtained in this activity is that there is public awareness to improve behavior or eating patterns that have been applied so far. Participants who took part in this activity looked enthusiastic and motivated in living a healthy life to improve their health status.

Hipertensi masih merupakan masalah besar di wilayah kerja Puskesmas Pimpinan. Berdasarkan data Puskesmas Pimpinan penyakit hipertensi selalu meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kasus ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kurangnya pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat mengenai penyakit hipertensi sehingga masyarakat memiliki perilaku yang rendah dalam melakukan pencegahan penyakit hipertensi. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan Kesehatan melalui media audiovisual dalam meningkatkan pengetahuan pengunjung mengenai pencegahan dari penyakit hipertensi di Puskesmas Pimpinan. Metode pengabdian yang digunakan adalah melalui penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual. Hasil pengabdian ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pengetahuan pengunjung tentang penyakit hipertensi antara sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan dengan media audiovisual sebesar 41%. Selain penyuluhan kesehatan juga dilakukan pembagian brosur kepada pengunjung puskesmas sebagai pengingat dalam pencegahan penyakit hipertensi. Diharapkan promosi Kesehatan di puskesmas tetap terus dijalankan dan diperlukan pembentukan komunitas kelompok perduli hipertensi agar dapat menekan angka kejadian hipertensi di wilayah kerja mitra.

The high rate of hypertension causes the high mortality rate. Hypertension can cause various complications, especially if the high incidence of hypertension is associated with a lack of knowledge about proper management of hypertension. This study aims to describe knowledge about management of hypertension. This was a quantitative descriptive study. The population in this study was all teachers at State Senior High School in Paccerakang Village who had hypertension with a total population of 50 people. 50 samples were selected using total sampling technique. Data were collected using a questionnaire and were analyzed using univariate analysis. The study findings were categorized into good, moderate and poor. The results of the study revealed that 52.5% of respondents had a poor level of knowledge regarding management of hypertension. Poor level of knowledge can be seen from the answers of respondents who stated the inappropriate management of hypertension. Based on the results of the study, it was found that more than half of respondents had a poor level of knowledge. Thus, there should be further efforts which involved coordination with the local Community Health Center to provide health education about hypertension management for State SHS Teachers in Paccerakang Village.

Kejadian gawat darurat pada umummnya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik dalam kondisi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit dalam mengantisipasinya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa di daerah tersebut belum pernah dilakukan pelatihan evakuasi dan transportasi. Pada saat terjadi kecelakaan di wilayah tersebut warga yang menemukan kemudian memberikan pertolongan, dikarenakan belum mendapatkan pelatihan terkait evakuasi dan transportasi tentunya masyarakat memberikan pertolongan tanpa memperhatikan aspek keamanan bagi diri sendiri maupun bagi korban yang ditolong. Jumah peserta yang mengikuti sebanyak 35 kader kesehatan. Metode yang dilakukan adalah dengan pemberian pelatihan (penyampaian teori dan praktik keterampilan). setelah diberikan pelatihan pengetahuan subjek dalam kategori kuat berjumlah 30 subjek (86 %). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan subjek setelah dilakukan simulasi pertolongan pertama kegawatdaruratan.