Keywords: Organic Fertilizer TKKS, Waste TKKS, Levels of Nitrogen (N) and phosphorus (P). PendahuluanIndonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia (Anggoro & Budi, 2008). Menurut data Direktorat Jendral Perkebunan, luas perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 10.956.231.000 ha. Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di area Sulawesi. Luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 147.757.000 ha. Produksi TBS (Tandan Buah Segar) per tahun mencapai 259.361.000 ton (Ditjenbun, 2013).Selain menghasilkan minyak kelapa sawit yang jumlahnya cukup besar disisi lain juga pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dan juga limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, lumpur, dan bungkil. Limbah padat yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah tandan buah segar yang dihasilkan. Limbah padat tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama yaitu 23% dari proses pengolahan kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sebanyak 22-23% atau 220-230 kg. Adapun limbah cair pabrik minyak kelapa sawit (LCPMKS) berasal dari unit pengukusan (sterilisasi) dan klarifikasi (pemisahan produk pabrik kelapa sawit berdasarkan berat jenis) (Rahmadi, dkk., 2014).Menurut Hannum, dkk. (2014) pencemaran yang ditimbulkan dari industri kelapa sawit dan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit, menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya. Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan limbah dari pabrik kelapa sawit adalah sebagai pupuk. Hasil samping dari industri perkebunan kelapa sawit seluruhnya dapat dimanfaatkan jika para pelaku industri mampu mengelolanya dengan baik. Tandan kosong kelapa sawit memiliki komposisi kimia berupa selulosa 45,95%, hemiselulosa 22,84%, lignin 16,49%, minyak 2,41%, dan abu 1,23%. Selama ini pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit sangat terbatas yaitu ditimbun (open dumping) dan dibakar dalam incinerator (Firmansyah, 2011
Keywords:Bioethanol, taro root, hydrolysis, fermentation PendahuluanBahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menjadi semakin berkurang, bahkan di beberapa tempat terpencil mengalami kelangkaan pasokan. Oleh karena itu, sudah saatnya bangsa Indonesia mencari bahan bakar alternatif yang sifatnya terbarukan. Sebagai negara agraris dan tropis, Indonesia telah dianugerahi kekayaan alam yang melimpah yang dapat digunakan sebagai bioenergi. Selain merupakan solusi menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa mendatang, bioenergi bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui (renewable), serta terjangkau masyarakat (Hambali dkk., 2007).Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berperan penting dalam mengurangi dampak negatif pada pemakaian bahan bakar fosil (Cardona & Sanchez, 2007). Bioetanol dapat dibuat dari berbagai bahan baku, seperti gas hidrokarbon, bahan-bahan yang mengandung sakarosa (tebu dan gula biet), bahan-bahan yang mengandung pati (ubi kayu, jagung, beras), maupun bahan-bahan yang mengandung selulosa (kayu, limbah pertanian, dan lain sebagainya) (Gusmarwani dkk., 2010).Peluang mengkonversi umbi-umbian termasuk umbi talas menjadi etanol sebagai bahan bakar sangat rasional dan penting. Hal ini dipicu oleh keterbatasan cadangan energi tak terbarukan. Sebaliknya kebutuhhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Pemilihan talas sebagai bahan baku pembutan etanol karena talas termasuk golongan umbi seperti halnya singkong yang memiliki kandungan pati sebanyak 66,8% dan kadar air sebanyak 7,2% (Retno dkk., 2009).Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku industri tetapi juga untuk pakan ternak. Talas mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari metabolisme sekunder seperti alkaloid, glikosida, saponin, minyak essensial, resin, gula dan asam-asam organik. Umbi talas mengandung pati yang mudah dicerna kirakira sebanyak 18,2%, sukrosa serta gula preduksinya 1,42% dan karbohidrat sebesar 23,7%. Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi pada talas sangat berpotensi sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan etanol (Setiasih, 2011).Etanol adalah alkohol yang didapat dari fermentasi bahan-bahan yang mengandung gula, pati atau selulosa. Etanol merupakan
This study aimed to determine glucose and ethanol levels from fermentation of peel waste of breadfruit. Glucose level was determined using UV-Vis spectrophotometer and then continued with fermentation of glucose from hydrolysis process using yeast tape (saccharomyces cerevisiae) for 3 days to produce bioethanol. The step in this study was the sample preparation, the acid variations in hydrolysis with HCl, H2SO4, H3PO4 (10%) and the fermentation. Determination of ethanol from the fermentation of glucose was measured by using alkoholmeter. The highest glucose level was 0.68% which was from hydrolysis using HCl and the highest ethanol level was 9% which obtained from the fermentation of glucose by using HCl hydrolysis. The conclusion shows that the type of acid used to reach optimum hydrolysis of the breadfruit’s peel is HCl.
Keywords: Rice, sweet corn, glucose, Spectronic 20, Carbohydrate. PendahuluanBeras adalah salah satu bahan makanan pokok masyarakat Indonesia yang mudah disajikan dan mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, sehingga berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Komposisi umum bahan makanan baik yang berasal dari hewan maupun yang berasal dari tumbuhtumbuhan terdiri atas protein, lemak dan karbohidrat (Ariyadi & Anggraini, 2010). Di Indonesia, beras menyumbang energi, protein, dan zat besi masing-masing sebesar 63,1%, 37,7%, dan 25-30% dari total kebutuhan tubuh. Kandungan karbohidrat utama nasi berupa glukosa. Glukosa diperoleh dari hidrolisis pati sekitar 1250 molekul glukosa yang berperan menghasilkan energi dalam tubuh. Proses tersebut dikenal dengan proses glikolisis dimana glukosa berperan dalam produksi ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan bentuk energi yang diperlukan tubuh. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam metabolisme lipid (Sofyan, 2008). Pati beras terbentuk oleh dua jenis molekul polisakarida, yang masingmasing merupakan polimer dari glukosa. Kedua molekul tersebut adalah amilosa dan amilopektin (Astawan, 2006). Di Indonesia jagung juga diolah sebagai bentuk beras untuk dimasak lebih lanjut menjadi bahan makanan pokok, dapat pula direbus atau dibakar sebagai makanan selingan. Pengolahan tersebut dapat mengubah nilai sosial jagung menjadi sangat meningkat, dan merupakan suatu cara untuk membuat jagung lebih banyak diterima masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pilihan alternatif pengganti beras (Sulaeman, 2008).Jagung mengandung 73-75% karbohidrat. Kandungan karbohidrat pada jagung menyamai beras yakni 76,2%. Artinya, jika penduduk dilanda rawan pangan beras maka jagung dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Jagung mengandung protein sekitar 10%, lebih tinggi dibandingkan dengan beras (7,5%), dan lebih rendah dibanding gandum (14%). Nutrisi lain yang dikandung jagung adalah lemak dan serat masing-masing 5% dan 2%. Kandungan nutrisi per 100 g biji adalah kalsium 45 mg, besi 3 mg, fosfor 24 mg, natrium 11 mg, dan kalium 78 mg (Medved, 1986
Keywords: mimosa plant, diabetes mellitus, blood glucose levels, antidiabetic PendahuluanDiabetes Melitus merupakan masalah kesehatan yang menghinggapi hampir seluruh masyarakat dunia. Di negara maju, diabetes merupakan masalah utama sedangkan di negara berkembang penyakit menular dan kurang pangan masih menjadi masalah utama kesehatan (Ranakusuma, 1987). Diabetes Mellitus merupakan keadaan ketiadaan atau kekurangan penghasil insulin, atau badan bersifat rentan terhadap insulin. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang akan kekal seumur hidup. Selain jumlah penderita yang terus meningkat, hal lain yang perlu diwaspadai dari Diabetes Mellitus adalah bahaya komplikasi yang timbul jika Diabetes Mellitus tidak terkendali. Penderita Diabetes Mellitus tetap dapat hidup normal dan berkualitas dengan cara mengendalikan kadar gula darahnya mendekati nilai normal. Komplikasi Diabetes Mellitus dapat dicegah, pengendalian Diabetes Mellitus yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mencegah timbulnya komplikasi di kemudian hari (Kirwanto, 2014).Obat-obat antidiabetik yang ada saat ini, meskipun memberikan kontribusi besar dalam menurunkan diabetes, tetapi masih memiliki banyak keterbatasan terutama efek samping yang ditimbulkan seperti hipoglikemia, peningkatan berat badan dan ketidakmampuan untuk mencegah degenerasi pankreas atau komplikasi diabetik yang berhubungan dengan stres oksidatif (Novrial, dkk., 2012). Obat tradisional dari tumbuhan dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan apalagi di tengah situasi perekonomian dimana salah satu konsekuensinya adalah tingginya harga obat sintetik. Meskipun banyak senyawa kimia organik sintetik telah tersedia untuk penggunaan pengobatan berbagai penyakit, tetapi sangatlah penting untuk mencari alternatif obat baru yang memungkinkan efektivitas pengobatan yang lebih baik dan diharapkan mempunyai The research aim is to determine the effect of mimosa plant (Mimosa pudica Linn) to reduce blood sugar levels in mice and determining the effective concentration of mimosa plant extracts as an alternative to decrease blood sugar levels. Extract is produced by the infusion method. The animal test used is male mice with amount 18 mice that induced by EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid).Mice are divided into 6 groups randomly with different treatment. The group I, II, III and IV are respectivelygiven the mimosa plant extract with a concentration of 10% (w/v), 20% (w/v), 30% (w/v), and 40% (w/v)
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.