The life of a pagan prophet from Moab named Balaam is an exciting lesson about leadership to study. This prophet represents a materialistic lifestyle, disobedience to God, and disobedience of service in the name of God. His ministry was in a historical setting where Israel also experienced severe moral decadence as God's people. This article will reveal and analyze how Balaam's role as a reflection of contemporary leadership in the church is strongly influenced by the concepts of materialism, hedonic lifestyle, and highly pay-oriented leadership. Through a qualitative descriptive approach, this study uses some works of literature as the main study. Through Balaam's life, contemporary church leaders could learn about the importance of integrity and genuine ministry motivation. The exemplary aspect is an essential factor that leaders must own. We also found that leaders need to serve with a servant spirit, as Jesus had shown. Only in this way can a leader have an honorable and consistent life in the values of the truth of God's word.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman dan kontribusi pemikiran teologis dari kajian 1 Timotius 4:1-16 mengenai formasi rohani pemimpin muda masa kini. Pendekatan yang dipakai ialah menggunakan metode kualitatif eksegesis dan metode analisis hermeneutik terhadap formasi rohani pemimpin muda. Dari hasil penelitiantelah ditemukan bahwa formasi rohani dalam konteks ini bersifat perintah yang sedang dan terus senantiasa dilakukan sebagai seorang hamba Tuhan. Dengan itu, ada beberapa prinsip formasi rohani yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin muda masa kini berdasarkan 1 Timotius 4:1-16 yang dapat diterapkan, yakni: menolak sifat dunia dan mengejar kesalehan hidup, senantiasa berharap kepada Allah yang hidup, menghormati diri sendiri dan menjadi teladan, senantiasa menjadikan firman sebagai pusat hidup dan pelayanan, tidak melalaikan tanggung jawab sebagai seorang pelayan
Talking about the upcoming judgment is a mysterious thing that is certainly questioned by everyone, causing their own fears, some are not too curious and even most don't really know what the upcoming judgment will look like. As a result, different opinions have emerged in response to this. In the Old and New Testament Bibles it is written how God gives a picture of the judgment. Thus, this article attempts to examine theologically the upcoming judgments found in the Old to New Testaments with the aim that people have a correct picture of the coming judgments. Researchers use descriptive analytical methods to explain the concept of judgment in the Old Testament, and the concept of judgment in the New Testament. In this study, it is a reflection that the judgment that occurs is inseparable from how God relates to His creation, all will experience both the living and the just dead and the person who does so is God Himself. Thus, man needs to maintain the sanctity of life, make the word the center of life, keep hope in Jesus and carry out the Great Commission until thetime of judgment comes.Keywords: bible; judgment; new testament; old testament AbstrakBerbicara mengenai penghakiman yang akan datang merupakan suatu hal yang misterius yang tentunya dipertanyakan oleh setiap orang sehingga menimbulkan ketakutan tersendiri, ada pula yang tidak terlalu ingin tahu bahkan sebagian besar tidak terlalu spesifik tahu seperti apa kelak penghakiman yang akan datang itu. Akibatnya muncul berbagai pendapat yang berbeda-beda dalam menanggapi hal demikian. Dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah tertulis bagaimana Allah memberikan gambaran kelak mengenai penghakiman itu. Dengan itu, artikel ini mencoba mengkaji secara teologi penghakiman yang akan datang yang terdapat dalam Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru dengan tujuan agar umat memiliki gambaran yang benar akan penghakiman yang akan datang. Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik untuk memaparkan konsep penghakiman dalam Perjanjian Lama, dan konsep penghakiman dalam Perjanjian Baru. Dalam kajian ini mendapatkan sebuah refleksi bahwa penghakiman yang terjadi tidak terlepas dari bagaimana hubungan Allah dengan ciptaan-Nya, semua akan mengalami baik yang hidup maupun yang telah mati secara adil dan oknum yang melakukannya ialah Allah sendiri. Dengan itu, manusia perlu menjaga kekudusan hidup, menjadikan firman sebagai pusat hidup, tetap berpengharapan pada Yesus dan melaksanakan Amanat Agung hingga waktunya penghakiman itu tiba.Kata kunci: alkitab; penghakiman; perjanjian baru; perjanjian lama
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.