Kehidupan remaja menentukan kehidupan mereka selanjutnya. Permasalahan yang kompleks dapat terjadi pada masa remaja, diantaranya pola hidup yang tidak sehat dan ketidakstabilan emosi. Selain itu, remaja juga memiliki resiko dalam kesehatan reproduksi, diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual, kekerasan seksual dan terbatasnya remaja terhadap layanan informasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 216 siswa dan siswi SMK Mutiara Bangsa dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Desain penelitian adalah one-group pre-post test design. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Analisis data menggunakan perangkat lunak komputer. Uji hipotesis menggunakan uji non-parametris dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan nilai rata-rata sikap antara sebelum (68,73) dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan (87,10). Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi (Pv = 0,000). Diharapkan Puskesmas dan Sekolah bekerja sama untuk lebih giat dan aktif dalam memberikan KIE dilingkungan sekolah secara berkala dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan.
Jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja antara lain kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMK Mutiara Bangsa. Jumlah populasi yaitu 216 siswa sedangkan jumlah sampel yang didapat yaitu 97 responden. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus simple random sampling. Teknik sampling menggunakan probability sampling dengan metode pengambilan sampel proporsionate stratified random sampling. Desain penelitian adalah one-group pra-post test design. Analisis data menggunakan uji nonparametris dengan Wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian didapat ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (Pvalue = 0,000). Terdapat perubahan nilai rata-rata pengetahuan antara sebelum (53,51) dan sesudah (84,28) diberikan pendidikan kesehatan. Diharapkan puskesmas dan sekolah bekerjasama untuk memberikan Pendidikan Kesehatan secara berkala dan berkelanjutan sesuai kebutuhan. Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Kesehatan Reproduksi
Pacaran remaja menghawatirkan ketika mengarah pada perilaku seksual sebab berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan dini, aborsi, infeksi menular seksual (IMS), HIV dan AIDS. Di SMAN 7 Singkawang periode ajaran 2019/2020 didapati 2 siswa hamil diluar nikah, dari wawancara 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, 90% siswa laki-laki dan 100% siswa perempuan pernah berpacaran. Tujuan penelitian adalah mempelajari dan menjelaskan determinan perilaku pacaran siswa di SMAN 07 Singkawang. Metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa SMAN 07 Singkawang tahun ajaran 2019/2020 sebanyak 495 siswa. Sampel penelitian yaitu kelas X dan XI yang berpacaran sebanyak 272 siswa, tehnik sampling purposive sampling. Analisa data univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi (p=0,0005 OR=4,017), sikap terhadap kesehatan reproduksi (p=0,004 OR=2,910), religiusitas (p=0,011 OR=2,783), pengaruh teman sebaya (0,0005 OR=3,816), pengaruh media sosial (p=0,007 OR=3,300) dengan perilaku pacaran siswa di SMAN 07 Singkawang tahun 2020. Faktor dominan yang berhubungan dengan perilaku pacaran adalah religiusitas (p=0,004; OR=4.024; 95%CI 1,580-10,253). Kesimpulan bahwa perilaku pacaran remaja sangat besar dipengaruhi oleh tingkat religiusitas. Saran bagi sekolah dapat meningkatkan edukasi keagamaan melalui mata pelajaran agama, kegiatan-kegiatan keagamaan, mempasilitasi sarana/perlengkapan untuk kegiatan ibadah. Kata kunci: Perilaku, Pacaran, Remaja
Successful aging is a universal goal, but it is a challenge owing to declining physical, psychological, and social conditions that occur with increasing age. The aim of this study was to analyze risk factors and changes in successful aging among older individuals (≥ 60) in Indonesia. This longitudinal study (2000 to 2014) used data from the Indonesia Life Survey (IFLS). Successful aging was defined with physical, mental and social health based on the available questionnaire. The univariate analysis and chi-square- test was used in this study. Of the 801 individuals followed up, 588 (93.2%) were found to have unsuccessful aging and 43 (6.8%) older person showed a change from unsuccessful to successful aging. The proportion of older persons mental and social unhealthy were higher than physical. Factors significantly relating to unsuccessful aging included female sex (p < 0.001), living in rural areas (p < 0.05) or movement from rural to urban areas (p < 0.05), unemployed (p < 0.001), movement from employed to unemployed (p < 0.001), unmarried (p < 0.001) and underweight (p < 0.05). Older individuals who are not categorized as successful aging at the age of ≥ 60 years can still change for better success in aging at ≥ 74 years of age. Maintaining mental and social health of older individuals can be achieved through their empowerment by providing opportunities for social activity and work productivity in the community.
Pesantren merupakan salah satu hunian dengan kepadatan yang cukup tinggi. Kondisi di pondok pesantren tidak terawat, sanitasi buruk, kamarnya terlalu lembab dan penerangannya kurang, menyebabkan tingginya insiden skabies di pesantren. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang penyakit skabies ditinjau dari personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap pengetahuan santri di Pondok Pesantren Al Hidayah Boarding School Kota Depok. Jenis penelitian ini menggunakan pre-experimental dengan rancangan one group pretest-posttest. Populasi penelitian ini santri putra dan putri kelas VII sebanyak 82 responden dan sampel yang digunakan sebanyak 40 responden menggunakan teknik sampel Random Sampling. Hasil penelitian menemukan sebagian besar santri (90%) telah memehami tentang tujuan sanitasi lingkungan, namun separuh dari santri (50%) tidak memahami tentang cara penularan scabies. Hasil analisis statistik terdapat perbedaan yang signifikan nilai pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan (p value 0,001). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengatahuan tentang scabies perlu dilakukan pada santri yang tinggal di pesantren. Pemahaman terhadap pencegahan skabies melalui menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan pada santri sebaiknya diberikan secara intens yang dapat disampaikan dalam kurikulum Pendidikan kesehatan. Kata kunci : penyuluhan, pengetahuan, skabies.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.