This paper specifically described the issue of initiating the study of Christianity based on missiology. This topic was reviewed because factually Christian education based on missiology was still not fully encouraged in religious learning in classes. This topic was discussed considering that there were still a lot of various tribes who had not been reached in missionary services. Obviously, this should not be the responsibility of missionary institutions alone, but religious institutions in the context of Christian education should also make a contribution and pay attention to it. In discussing this topic, the researchers used qualitative methods with a literature study approach. The description in discussing this article started with the Curriculum of Christian Religious Education leading to missiology. Then, the practice of mission-based learning was carried out for students in the classrooms. This was done to instill the concern of the Great Mandate from an early age. Besides, Christian Educators should live up to their missionary activities as their responsibility of their vocation as educators chosen by God to encourage the missionary movements. It was done to emulate the way how Jesus and the apostles taught but framed in missionary Tulisan ini secara spesifik menguraikan perihal menggagas pembalajaran agama Kristen berbass misiologi. Topik ini diulas karena secara faktual pembelajaran agama Kristen berbasis misiologi masih belum sepenuhnya digalakkan dalam pembelajaran agama di kelas. Topik ini dibahas mengingat masih banyak ditemukan berbagai suku belum terjangkau dalam pelayanan misi. Tentunya tanggung jawab itu tidak hanya dibebankan kepada lembaga misi, namun lembaga keagamaan dalam konteks pendidikan Kristen turut ikut andil memerhatikannya. Di dalam menguraikan topik ini peneliti menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Uraian pembahasan pada artikel ini dimulai dari, kurikulum Pendidikan Agama Kristen itu sendiri mengarah pada misiologi. Kemudian praktik pembelajaran berbasis misiologi dilakukan di dalam kelas bagi naradidik. Ini dilakukan untuk menanamkan sejak usia dini, kepedulian pada mandat Amanat Agung. Disamping itu, Pendidik Agama Kristen menghidupi kegiatan bermisiologi, sebagai bentuk tanggung-jawab panggilannya sebagai pendidik yang dipilih oleh Tuhan untuk ikut menggalakkan gerakan bermisiologi. Hal itu dilakukan untuk meneladani jejak Yesus dan para rasul yang mengajar namun terbingkai dalam gerakan misiologi.
This paper discusses the congregation pastor household being a role model for the congregation. The method used in this research is descriptive qualitative method with a literature approach. The result of this discussion is shepherd in Greek uses the word ποιμένας (poimenas) which means a feeder, protector and guide. God gives a pastor's ministry to a person for the purpose of carrying out the task of shepherding and educating His people so that they can live more properly and spiritually mature. Through the task God has delegated to the pastor to serve the congregation, his life and household should become a role model for the congregation. The pastor becomes a role model for the congregation starting from his marriage, has a good track record in life, is able to lead all members of his family, and the wife's lifestyle does not become a stumbling block. Why is the congregation pastor's household required to be a role model for the congregation, because the congregation pastor is closely related to the spiritual arrangement and arrangement of the church's household life.
Ide dasariah tulisan ini berangkat dari pada bulan Desember 2021, berbagai stasiun televisi dan platform media sosial mengulas maraknya pelecehan seksual yang terjadi baik di tanah air maupun di luar negeri. Berdasarkan laporan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melaporkan, korban kekerasan seksual mencapai angka tertinggi pada tahun 2020 yakni sekitar 7.191 kasus, sementara pada tahun 2020 jumlah kasus kekerasan pada anak dan perempuan mencapai 11.637. Di dalam menguraikan topik ini, peneliti menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur untuk menjawab dua inti utama pertanyaan penelitian pada topik ini, yaitu bagaimana gambaran penderitaan korban pelecehan seksual? dan bagaimana kontribusi pengajar pendidik agama Kristen (PAK) untuk membantu pemulihan traumatik korban? Temuan pada pembahasan pada topik ini, mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual, mengalami penderitaan fisik, finansial, psikis serta spiritual. Kontribusi yang dapat dilakukan oleh pengajar PAK dengan menggagas dan melakukan PAK berbasis konseling dan mentoring. Tujuan penerapan dilaksanakan, pengajar hadir serta menemani korban sampai mengalami tahap pemulihan dari trauma yang dialami. Pendidikan seks yang terintegrasi dalam agama juga dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak ada yang menjadi pelaku pelecehan seksual. Hal tersebut akan membantu jumlah pengurangan kasus pelecehan seksual.
Latar-belakang tulisan ini berpijak ditemukannya suatu fakta bahwa kontribusi para pengajar dalam membantu meningkatkan kepercayaan diri murid penyandang distabilitas belum secara signifikan. Kontribusi nyata sebagai seorang guru amat diperlukan mengingat murid yang terkategori sebagai distabilitas pada tahun 2020-2021 mencapai angka 144.621 siswa. Besarnya murid penyandang distabilitas menjadi perhatian setiap kita terutama guru untuk membantu secara pendidikan maupun mental. Di dalam menguraikan tulisan ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Rumusan pertanyaan yang hendak dijawab dalam artikel ini, bagaimana gambaran problematik penyandang distabilitas? Serta seperti apa kongkret kontribusi pengajar PAK dalam menumbuhkan kepercayaan nara didik? Hasil pembahasan pada artikel ini mengemukakan bahwa problematik yang dialami murid penyandang distabilitas mereka menerima stigma negatif serta rawan pada kesehatan mental. Kontribusi nyata pengajar untuk membantu menumbuhkan kepercayaan diri murid melalui pendekatan guru berbasis friendship, pendidikan berbasis praktik ketrampilan serta pendidikan berbasis kemandirian hidup. Kepercayaan diri murid akan bertumbuh bila hal ini akan terealisasi serta para pendidik mencontoh bagaimana sikap Yesus memanusiakan kaum distabilitas.
Who would have guessed that the Covid-19 pandemic would become a prolonged global problem and no one knows when it will end. The impacts experienced in every aspect, including the education aspect, resulted in major changes. The Indonesian government's efforts to ensure that students get a proper education are distance learning. PJJ is conducted online using hardware devices such as mobile phones or laptops, as well as using the internet network. The world of education welcomes this PJJ program, but as time goes on it turns out that this PJJ has a negative impact on students, namely the emergence of Loss Learning as a result of dropping out of school, decreasing learning achievement and acts of violence perpetrated by parents of students. This topic will discuss PAK learning strategies with learning methods that have concepts in tune with the teachings of Jesus Christ as the Great Teacher, namely the concept of the lecture method, the concept of the question and answers method, the concept of exemplary, the concept of problem solving and the concept of demonstration. It is hoped that it can help educators to minimize the Loss Learning.Abstrak: Siapa yang menduga pandemi Covid-19 menjadi masalah global yang berkepanjangan dan tidak ada yang mengetahui kapan akan berakhir. Dampak-dampak yang di alami di setiap aspek termasuk aspek pendidikan mengakibatkan perubahan yang besar. Usaha pemerintah Indonesia agar peserta didik mendapatkan pendidikan yang layak maka diadakanlah Pembelajaran Jarak Jauh. PJJ dilakukan secara daring dengan menggunakan perangkat lunak seperti telepon genggam atau laptop, dan jaringan internet. Dunia pendidikan menyambut gembira dengan program PJJ ini, akan tetapi ketika waktu terus berjalan ternyata PJJ ini memiliki dampak negatif terhadap peserta didik yaitu timbulnya Loss Learning akibat dari putus sekolah, menurunnya pencapaian pembelajaran serta tindakan kekerasan yang dilakukan orang tua peserta didik. Topik ini akan membahas tentang strategi pembelajaran PAK dengan metode pembelajaran yang memiliki konsep-konsep seirama ajaran Yesus Kristus sebagai Guru Besar Agung yaitu konsep metode ceramah, konsep metode tanya jawab, konsep keteladanan, konsep problem solving dan konsep demonstrasi. Diharapkan dapat membantu para pendidik untuk meminimaliskan Loss Learning tersebut.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.