No abstract

Hipertensi masih merupakan masalah besar di Indonesia dengan prevalensi sebesar 25.8%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2014 hipertensi termasuk dalam 10 besar penyakit dengan jumlah kasus sebanyak 48,929 kasus. Peningkatan kasus ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat mengenai hipertensi sehingga masyarakat memiliki perilaku yang rendah dalam melakukan pencegahan hipertensi. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode penyuluhan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai hipertensi melalui penyuluhan. Metode yang digunakan adalah dengan penyuluhan kesehatan interaktik pada ibu-ibu di dusun Bantar Kulon dan Bantar Wetan secara langsung dengan menggunakan power point sebagai penyajian materi penyuluhan. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, peserta aktif bertanya dan mengikuti penyuluhan dari awal sampai selesai.

Soil Transmitted Helminth (STH) infection is the third ranks of the top 10 common infectious diseases in the world, with an incidence rate about 1.4 billion per year. The incidence of STH in Indonesia is still quite high. Amount 60-80% of STH infection is occurs in primary school students, while 40%-60% infection for all ages. The purpose of this study was to determine factors related to STH infection in primary school children at Moyudan Primary School in Sleman Regency. This research conducted using an analytic observational with the cross-sectional design. The population in this study was all students of grade I, II, and III in Moyudan Primary School. This study took 60 respondents as samples with total sampling technique. Data were analyzed using chi-square test. The results showed that the habit of hand washing before eating (p= 0.010; RP= 3.850), the habit of hand washing after defecating(p= 0.007; RP= 4.571), nail hygiene (p= 0.179; RP= 2.138), the habit of wearing footwear (sig= 0.008; RP= 3.714), and defecation habits (p= 0.004; RP= 4.000). It can be concluded that there STH infection was associated with hand washing before eating, hand washing after defecating, the habit of wearing footwear and defecation habits on Moyudan Primary School the students. It was not associated with nail hygiene. (p=0,010; RP=3,850), mencuci tangan setelah buang air besar (p=0,007; RP=4,571), kebersihan kuku (p=0,179; RP=2,138), kebiasaan memakai alas kaki (p=0,008; RP=3,714), dan perilaku buang air besar (p=0,004; RP=4,000 Abstrak Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) atau kecacingan menempati urutan ketiga dari

Latar belakang. Anemia adalah kondisi dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (<12gr%). Anemia tidak hanya disebabkan oleh defisiensi zat besi tetapi juga infeksi seperti malaria, kecacingan dan lain-lain. Cacing yang menempel pada dinding mukosa usus akan meyerap darah dan zat-zat gizi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan pada anak. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan infeksi kecacingan dengan kejadian anemia pada anak sekolah dasar. Metode. Jenis penelitian ini adalah Cross sectional, teknik pengambilan sampel adalah totality sampling dengan jumlah sampel 81 siswa. Pengambilan sampel dilakukan di SD Muhammadiyah Gendol IV, Sleman dan pemeriksaan feses dilakukan di Laboratorium Parasitologi Universitas Gadjah Mada menggunakan metode Kato-Katz serta pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode Hb meter. Hasil. Dari 81 siswa yang diperiksa 5 siswa (6.17%) yang mengalami anemia dan positif kecacingan, siswa yang mengalami anemia dan negatif kecacingan sebanyak 22 siswa (27.16%), 4 siswa (4.94%) tidak mengalami anemia tetapi terinfeksi kecacingan, dan sisanya 50 siswa (61.73%) tidak mengalami anemia dan negatif kecacingan. Hasil uji Fisher exact menunjukkan nilai rasio prevalensi (RP) = 1.818. Kesimpulan.  Infeksi kecacingan berisiko 1.8 kali lebih besar terhadap kejadian anemia.

Background: The increasing number of smokers has an impact on increasing the number of deaths due to smoking-related illnesses. Teenagers are the easiest targets for cigarette marketing, including in the city of Yogyakarta, whose numbers continue to increase. The proper investigation needs to be carried out to determine the determinants that play a role in developing effective interventions to reduce the number of teenage smokers. The purpose of this study was to determine the determinants of smoking in adolescents in The City of Yogyakarta.Methods: This study was a cross-sectional study with senior high school/vocational students’ samples. The sampling technique uses multistage random cluster sampling with Chi-Square analysis.Results: Researchers collected 481 respondents. Variables significantly associated with smoking behavior of senior high school/vocational high school students in Yogyakarta City are knowledge, attitude, self-confidence, family’s role, and peer’s role, while the unrelated variables are teacher’s role and information sources. The RP value of these variables is more than 1, which shows the seven variables are risk factors for adolescent smoking behavior.Conclusions: There is a significant relationship between knowledge, attitudes, self-confidence, the role of family, the role of peers and the smoking behavior of adolescents in Yogyakarta, Indonesia. The role of the teacher and the source of information has no significant relationship with the smoking behavior of adolescents in Yogyakarta, Indonesia. The intervention program for reducing and preventing smoking must pay attention to these variables as a determining factor.