No abstract

Kemampuan berpikir kreatif matematika merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting bagi siswa. Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mix method yaitu dengan menggabungkan  metode penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara bersama-sama. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI Tata Busana SMK Negeri 6 Semarang Sebanyak 30 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran problem posing, dan (2) mendeskripaikan kemampuan berpikir kreatif siswa pad setiap tingkatan yaitu kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Teknik analisis data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara dan tes. Hasil penelitian ini adalah (1) Hasil belajar siswa kelas Eksperimen menggunakan model pembelajaran problem posing dengan pendekatan open ended berbasis soal cerita lebih baik dari model pembelajaran konvensional (2) kemampuan berpikir kreatif siswa pada model pembelajaran problem posing tingkat tinggi berada ditingkat 4 (sangat kreatif) yang memenuhi  indikator kefasihan, originality, fleksibility dan elaboration,  siswa dapat mengajukan soal yang baru dari contoh sebelumnya. Sedangkan siswa pada kemampuan berpikir kreatif tingkat sedang berada di tingkat 2 (cukup kreatif) memenuhi indikator originality atau fleksibility, siswa mengerjakan soal dengan pemikirannya sendiri dan untuk kemampuan berpikir kreatif tingkat rendah berada di tingkat 1 (kurang kreatif) hanya memenuhi indikator kefasihan saja, siswa berkemampuan tingkat rendah tidak mampu menggunakan cara lain dalam menyelesaikan soal dan pada pengajuan contoh soal siswa dapat membuat sebuah soal tetapi tidak mampu memberikan soal yang berbeda dari contoh soal yang pernah diberikan pada pembelajaran sebelumnya.

Abstract. This article describes the case study on postgraduate students by using descriptive method. A problem is designed to facilitate the reasoning in the topic of ChiSquare test. The problem was given to two male students with different ages to investigate the gesture pattern and it will be related to their reasoning process. The indicators in reasoning problem can obtain the conclusion of analogy and generalization, and arrange the conjectures. This study refers to some questions-whether unique gesture is for every individual or to identify the pattern of the gesture used by the students with different ages. Reasoning problem was employed to collect the data. Two students were asked to collaborate to reason the problem. The discussion process recorded in using video tape to observe the gestures. The video recorded are explained clearly in this writing. Prosodic cues such as time, conversation text, gesture that appears, might help in understanding the gesture. The purpose of this study is to investigate whether different ages influences the maturity in collaboration observed from gesture perspective. The finding of this study shows that age is not a primary factor that influences the gesture in that reasoning process. In this case, adult gesture or gesture performed by order student does not show that he achieves, maintains, and focuses on the problem earlier on. Adult gesture also does not strengthen and expand the meaning if the student's words or the language used in reasoning is not familiar for younger student. Adult gesture also does not affect cognitive uncertainty in mathematics reasoning. The future research is suggested to take more samples to find the consistency from that statement. IntroductionThe gesture is a movement towards the body that person does in understanding problems. According to Alibali and DiRusso [1], the functions of gesture can help children to an understanding of numbers to others. In other words, the gesture may help children to pass on their knowledge to the respondent. According to Reynolds and Robert [2], the students make a gesture of collaborating is a source of diagnosis or as information for teachers. This research makes a study of two graduate students gestures collaborate in conducting mathematical reasoning with the statistical material. The three functions of gesture that is: first, the gesture is used to achieve, support, and return the focus to the problems. Second, gesture strengthens and expands the meaning of the word if the student or the language used in problemsolving is not familiar. Third, it is possible in some circumstances, the gesture is an index of an uncertainty level cognitive that replaces the understanding (the changes cognitive). Reynold and Robert [2] see three of these functions on students who collaborate in solving problems of graph speed time and graphical representation of a bus trip. This research addresses the different perspectives, by observing the changes of understanding about what and how an understanding of the changes that occur...

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI menurut langkah-langkah john dewey ditinjau dari adversity quotient. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripstif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari 3 tipe adversity quotientyaitu quitters, campers,dan climbers. Penelitian ini fokus pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tipe campers.Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan pada Siswa camperssebagai berikut: 1) mampu dalam mengenali masalah atau menyajikan masalah, 2) mampu dalam mendefinisikan masalah, 3) kurang mampu dalam mengembangkan beberapa hipotesis, 4) mampu dalam menguji beberapa hipotesis, 5) tidak mampu menyelesaikan memilih hipotesis terbaik. Jadi, siswa campers dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika masuk kategori sedang.