Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggali kandungan Al-Quran surat al-’Asr serta mengkontekstualisasikannya guna merespon fenomena dalam generasi milenial yang semakin tidak bisa dipisahkan dari aktifitas berkomunikasi melalui teknologi digital (media sosial) khususnya gawai. Eratnya hubungan masyarakat dan gadget telah merubah banyak tatanan mulai dari nilai moral, budaya, pola pikir dan lain sebagainya. Di samping berbagai keuntungannya, adanya media sosial juga telah menjadi pemicu berbagai masalah sosial yang kontra dengan perdamaian. Atas latar belakang tersebut, dalam penelitian ini penulis berusaha mengkaji surat al-’Asr yang kandungan-kandungannya akan diformulasikan untuk menjadi pedoman bagaimana cerdas dalam mengoptimalisasikan media sosial. Penelitian kualitatif ini akan menggunakan pendekatan hermeneutika Al-Quran yang digagas Fazlur Rahman yakni teori double movement. Metode ini memberikan penekanan untuk menemukan nilai universal sehingga hasil penafsiran progresif dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks ruang dan waktu. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa surat al-’Asr jika dikontekstualisasikan dapat diperoleh darinya tiga ideal moral sebagaiana yang digagas oleh Rahman. Apabila ketiganya tertanam dalam kesadaran setiap manusia maka hal tersebut dapat menjadi solusi perdamaian dunia. Dalam konteks bermedia sosial upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkannya seefisien dan seefektif mungkin untuk kebaikan dan kebermanfaatan serta untuk menyampaikan segala hal yang tidak berseberangan dengan kebenaran dan nilai kemanusiaan.
Perkembangan Ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah pemikiran muslim tentang ekonomi di masa lalu. Keterlibatan pemikir muslim dalam kehidupan masyarakat yang komplek dan belum adanya pemisahan disiplin keilmuwan menjadikan pemikir muslim melihat masalah masyarakat dalam konteks yang lebih integratif. Pembahasan mengenai perbedaan antarpendapat ekonom Muslim tidak perlu dihindari karena takut akan timbulnya perpecahan dalam pengembangan ekonomi Islam. Berbicara mengenai sistem ekonomi, sudah banyak kajian yang menyatakan bahwa dalam menjawab persoalan perekonomian manusia, Islam dapat menawarkan sistem perekonomian yang lebih baik, dan memberikan harapan yang menjanjikan. Kegagalan pendekatan pembangunan ekonomi secara konvensional itu, ditandai dengan adanya kemiskinan masyarakat. Salah satu ekonom Muslim Kontemporer yaitu Muhammad Abdul Mannan. Menurut Mannan, distribusi kekayaan tergantung pada kepemilikan orang yang tidak seragam. Mannan mengkritik mengenai neoklasik mengenai distribusi, pandangan–pandangannya secara mendasar malah masuk ke dalam kerangka neoklasik. Disini penulis akan mengkaji tentang distribusi dalam ekonomi Islam menurut pandangan Muhammad Abdul Mannan.
In the current era of modernization, equal is often interpreted with meaning in terms of social standing, equal in descendants, and balanced in ownership of property. Based on observations made by the author in Sungai Penuh City, Jambi, several community opinions were found that said equal was equal in social status, descent, and wealth. This is often discussed when someone is about to get married, which is a consideration given by his family, especially his parents are to see prospective son-in-law based on social status, whose offspring, and how many prospective daughters-in-law have property. This study aims to examine in depth the case of an unequal marriage and its impact on household harmony that occurred in Sungai Penuh City, Jambi. The writing of this article uses a qualitative research method using field data in Sungai Penuh City. Data collection methods used are observation, interviews, and documentation. The technique that the author used in this research is to use qualitative analysis consisting of domain analysis, taxonomic analysis, and componential analysis. The results of the study show that there are two views of the Sungai Penuh City community on equal issues in marriage, namely people who are concerned with social status (descent and wealth) and idealistic community views with Islamic teachings.
After implementing the green revolution policy and the existence of the National Logistics Agency (Bulog) as an institution whose role is to maintain food stability, the people’s food barns have lost their existence. The impact of the decline in the existence of community food barns, in the long run, causes food instability in Indonesia. This is due to several factors, including the conversion of agricultural land into industrial land, the use of inorganic fertilizers which causes soil fertility to decline resulting in reduced crop yields, Bulog’s transfer of function from a government entity to a state-owned enterprise/Perum, and an increase in demand for food caused by a surge in population that is not comparable to the existing food supply. This paper aims to dig deeper about strengthening food security through the modernization of food barns departing from the Indonesian people’s local wisdom and the extent to which the modernization of food barns can be a solution in overcoming food insecurity due to not achieving food security. This paper uses descriptive qualitative research methods based on literature data, discussing alternative concepts to revitalize community food barns to maintain community and national food security stability. The concept being offered is to modernize community food granaries in terms of both management of stored foodstuffs and managerial aspects of community food storage management. Besides, it is necessary to develop cooperation to synergize between several food barns that are close to the community so that the working area coverage becomes wider.Keywords: management modernization, community food storage, food securityAbstrakPasca diterapkannya kebijakan revolusi hijau serta keberadaan Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai lembaga yang berperan menjaga kestabilan pangan, lumbung pangan masyarakat telah kehilangan eksistensinya. Dampak dari berkurangnya eksistensi lumbung pangan masyarakat tersebut dalam jangka panjang justru menyebabkan ketidakstabilan pangan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri, penggunaan pupuk anorganik yang menyebabkan kesuburan lahan menurun sehingga menyebabkan hasil panen berkurang, terjadinya alih fungsi Bulog dari lembaga pemerintah menjadi BUMN/Perum, dan terjadinya peningkatan permintaan pangan yang disebabkan oleh peningkatan penduduk yang tidak sebanding dengan persediaan pangan yang ada. Tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam tentang penguatan ketahanan pangan melalui modernisasi lumbung pangan yang bertolak dari kearifan lokal masyarakat Indonesia dan sejauh mana modernisasi lumbung pangan dapat menjadi solusi dalam mengatasi rawan pangan akibat belum tercapainya ketahanan pangan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif berbasis data literatur, membahas alternatif konsep untuk merevitalisasi lumbung pangan masyarakat dalam upaya menjaga kestabilan ketahanan pangan masyarakat dan nasional. Konsep yang ditawarkan adalah memodernisasi lumbung pangan masyarakat baik dari segi pengelolaan bahan pangan yang disimpan, maupun aspek manajerial pengelolaan lumbung pangan masyarakat. Selain itu, perlu pengembangan kerja sama untuk bersinergi antar beberapa lumbung pangan masyarakat yang berdekatan dengan masyarakat sehingga cakupan wilayah kerjanya menjadi lebih luas.Kata kunci: modernisasi pengelolaan, lumbung pangan masyarakat, ketahanan pangan
The freedom of use of social media has been exploited by a number of people to distribute information that is questionable. The fake news or hoax is disseminated to lead public opinion related certain thing that is motivated by personal and group interests. In 2019, Masyarakat Telematika (Mastel) launched a survey result which stated that 34.60% of Indonesians had received hoax news every day through social media. Starting from this, the government’s role is needed to participate in filtering information circulating on social media. Through this study, the author wants to examine the role of government in preventing and assisting the society in filtering and clarifying hoax news on social media about elections in the political year. This study uses a qualitative approach that is library research. Reference materials are obtained from books, journals, research reports, magazines related to hoaxes, elections, and social media. After the data is collected, the author analyze the data using analysis techniques including data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the purpose of spreading hoaxes was to earn money and spread the ideology. The rapid development of hoaxes on social media is an urgency for the government to conduct various ways immediately to overcome this, both by increasing the capacity and security within the government and by collaborating with several expert agencies.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.