Global warming and climate change have led to the world energy crisis. While it also leads to the crisis of energy consumption, the main reason is still debatable among the researchers. However, the released of carbon emission in construction field is generally believed has triggered the phenomena and become the primary cause of global warming. It is proven that the building sector contributes to the biggest causes of overheating in the environment. Based on previous research, residential and commercial has reached 20% to 40% of the total energy consumption and this growing trend is still happening. Moreover, the electricity consumption in the building and construction process is the main reason for the growth of carbon emission. Therefore, the stakeholder particularly architects and designer should take an early initiative to overcome the problems. One of the approaches is to predict building performance through simulation in the initial design phase. In line with this, rapid technology development has brought to an alarming situation concerning energy consumption. Passive design is considered as one of the strategies to moderate indoor temperature in a tropical climate. Some studies suggest that the use of natural ventilation is potentially reducing operating costs and produce better thermal and indoor air quality. This study will investigate the optimization process of daylight performace condition that driven by façade components such as balcony size, orientation, openings, layout and louver windows using generative and parametric tools through multi-objectives optimization and generative simulation. The methodology used in this research is generative simulation in parametric platform named Grasshopper sith plugin software ladybug + honey bee. From the simulation it is resulted that Preferred individuals have an illuminance value of 211 test points. The properties owned by these individuals are cantilevered as a canopy at the height of 3 meters, a cantilever or canopy length of 2 meters, the building’s orientation angle to the south is 21 °, and has 32% opening of the total façade surface.
Analisis maupun peramalan pasut pada daerah survei dapat dipakai untuk berbagai keperluan rekayasa, antara lain perencanaan alur pelabuhan, navigasi, pengembangan wilayah pantai, penentuan batas wilayah dan sebagainya. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut selama periode tertentu diantaranya adalah metode admiralty dan metode least square. Dalam penelitian ini dilakukan analisa prediksi pasang surut di stasiun Surabaya dengan menggunakan data pasut 29 hari. Metode yang digunakan adalah metode admiralty dan metode least square dengan panjang data 15 dan 29 hari. Dari ke-empat metode tersebut dilakukan perhitungan tiap komponen pasutnya sehingga dapat dilakukan prediksi pasut dan dibandingkan hasilnya. Selisih nilai amplitudo terbesar terdapat pada komponen P 1 untuk perbandingan antara admiralty dan least square 15 hari yakni sebesar -36,49 cm. Sedangkan untuk selisih beda fase terbesar terdapat pada komponen S 2 pada perbandingan antara least square dengan panjang data 15 dan 29 hari yakni sebesar -332,89:. Nilai RMS error yang dihasilkan oleh metode least square lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh metode admiralty yakni sebesar 12,360 cm untuk panjang data 15 hari dan 5,972 cm untuk panjang data 29 hari pada prediksi pasut bulan pertama.
Sektor konstruksi dan bangunan, terutama hunian dan bangunan komersil, berkontribusi hampir 40% dalam mempercepat proses pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh konsumsi energi berlebih oleh penghuni bangunan dalam upaya beradaptasi dengan perubahan suhu pada tempat tinggalnya. Walaupun demikian, hal ini dapat diantisipasi oleh stakeholder terutama arsitek dan desainer dengan menerapkan model desain yang berorientasi pada perfoma bangunan pada saat tahap awal desain. Perancangan arsitektur masa kini banyak mengalami perubahan dikarenakan pengaruh dari perkembangan komputer. Digital design salah satu cabang yang berkembang dalam arsitektur memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola pikir desain arsitektur masa kini. Sebut saja Parametric Design dan Generative Algorithm, yang merupakan suatu pendekatan desain yang mengandalkan kemampuan komputer dalam mengambil alih perhitungan-perhitungan matematis yang komplek dalam proses perancangan arsitektur. Penelitian ini akan membahas penggunaan platform tersebut dalam menginvestigasi peran dan fitur dari komponen fasad diantaranya panjang kanopi jendela, luas permukaan bukaan, tinggi ambang atas dan bawah dari jendela dan derajat perputaran orientasi bangunan dengan studi kasus Institut Teknologi Sumatera, dengan iterasi secara generative untuk mengukur target goal dari proses perancangan seperti Operative Temperature, View Percentage, Daylight Simulation, Surface Temperature, Sun Hours Simulation. Hasil yang didapatkan dari proses iterasi pada 34 generasi menggambarkan preferred solution adalah individual yang memiliki sudut perputaran 6 derajat, Panjang cantilever jendela 0.9 meter, glazing ratio 0.2%, tinggi ambang atas dan bawah jendela adalah 3,5-meter dan 10 cm.
Sense of community merupakan penentu signifikan kualitas hidup secara umum dan kepuasan dalam kesejahteraan. Dalam kehidupan bermukim, anggotanya harus memiliki sense of community agar komunitasnya tetap bertahan dan hubungan yang berjalan semakin kuat. Adanya hubungan yang kuat antar warga permukiman merupakan salah satu ukuran kepuasan hidup di daerah perumahan. Aktivitas interaksi sosial yang terjadi di ruang komunal menjadi salah satu indikator terhadap sense of community. Ruang komunal di dalam kota keberadaannya bisa direncanakan, bisa pula muncul secara organic (tidak terencana). Masing-masing ruang komunal baik yang ‘by design’ ataupun ‘non design’ memiliki peran masing-masing berdasarkan aktivitas dan keseharian yang terjadi. Keberadaan interaksi sosial melalui terbentuknya kelompok pengguna ruang, intensifnya penggunaan ruang dan adanya aktivitas yang beragam dapat menjelaskan bagaimana ruang komunal bermakna bagi masyarakat. Ruang komunal dalam mempertahankan eksistensinya dipengaruhi oleh bagaimana penghuni atau pengguna (user) memanfaatkan ruang komunal tersebut. Kebutuhan ruang komunal dilakukan berdasarkan sebuah kesadaran bahwa interaksi sosial merupakan bagian dari kebutuhan keseharian. Pada ruang komunal kampung kota, interaksi sosial bisa dilakukan kapan saja setiap saat, dengan memanfaatkan ruang-ruang yang justru tidak direncanakan atau ruang yang berada relatif dekat dengan hunian. Ruang komunal baik terencana maupun tidak terencana masing-masing memiliki peran sosial. Sense of community dapat dinilai dari kualitas penggunaan lahan, kualitas fisik ruang komunal dan kualitas sosial. Masing-masing ruang komunal memiliki peran dalam menciptakan sense of community karena faktor lingkungan sangat penting untuk pengembangan rasa kebersamaan dalam komunitas perkotaan. Studi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan untuk untuk memperhatikan hadirnya ruang-ruang interaksi/ ruang komunal dalam perencanaan permukiman/ perkotaan yang menciptakan Sense of Community.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.