ABSTRAK Perkembangan penggunaan komputer dengan akses jaringan serta layanannya cepat berkembang dari masa ke masa, ini membuat kepadatan trafik data pada jaringan internet maupun intranet. Kemacetan jaringan internet pertama kali dialami pada akhir tahun 80-an, pada PENDAHULUANPerkembangan penggunaan komputer dan jaringan serta layanannya cepat berkembang dari masa ke masa, ini membuat kepadatan trafik data pada jaringan internet maupun intranet. Kemacetan jaringan internet pertama kali dialami pada akhir tahun 80-an dimana menurun drastis sehingga terjadi kolaps, ini disebabkan pada saat itu belum adanya mekanisme yang menangani hal tersebut. Tepatnya pada tahun 1986 pertama terjadi congestion collapse, kemudian pada tahun 1988 Jacobson mengusulkan teorinya yaitu Congestion Avoidance and Control.Congestion adalah pengumpulan paket melebihi kapasitas bandwidth yang tersedia pada link, congestion akan mengakibatkan penurun kinerja jaringan diantaranya; multiple packet losses, utilitas link yang rendah (low throughput), delay antrian yang tinggi, dan kemacetan yang parah (congestion collapse). Apabila sampai saat ini congestion tidak dapat diatasi maka mungkin internet akan menjadi sejarah, dengan demikian sangat penting untuk menangani congestion, ini buktikan banyaknya metode-metode baru yang muncul dari metode sederhana sampai yang canggih, semuanya itu mempunyai kekurangan dan kelebihan, serta karakateristik masing-masing, ini menjadikan riset yang menantang untuk dipelajari dan dikembangkan, termaksud dalam penelitian ini.Congestion Control terdiri dari dua bidang yaitu TCP Congestion Control dan Active Queue Management, keduanya mempunyai mekanisme berbeda. Active Queue Management adalah congestion control yang diterapkan dijaringan yaitu di router device, teori antrian sederhana seperti FIFO umum digunakan pada AQM, walaupun demikian penerapannya sangat penting sebagai standard.Pada penelitian ini dilakukan simulasi jaringan untuk melihat kinerja suatu jaringan pada kondisi trafik yang semakin padat, sehinggan dapat ditunjukan bagaimana metode-metode Active Queue Management yang diimplementasikan pada router. Dengan menggunakan simulator OPNET dibuat topologi jaringan bottlenect yang akan diimplementasikan metode AQM klasik FIFO dengan scenario yang akan dilakukan adalah dengan trafik layanan seperti, FTP. Sehingga dapat dilihat penggunaan buffer pada router dalam penanganan antrian, juga berapa banyak trafik droped dan trafik sendnya, serta delay yaitu waktu yang dibutuhkan oleh paket untuk menunggu sampai dapat dikirim ketujuan. Dengan demikian dapat dilihat kinerja dan karakteristik AQM tersebut pada skenario yang diberikan. Tujuan Penelitian ini adalah mensimulasikan penanganan kemacetan jaringan dengan mekanisme metode Active Queue Management, yaitu Drop Tail (FIFO), sehingga dapat dilihat kinerja dan karakteristiknya.
Perkembangan penggunaan komputer dan jaringan serta layanannya cepat berkembang dari masa ke masa, ini membuat kepadatan trafik data pada jaringan internet maupun intranet. Kemacetan jaringan internet pertama kali dialami pada akhir tahun 80-an dimana menurun drastis sehingga terjadi kolaps, kemudian pada tahun 1988 Jacobson mengusulkan teorinya yaitu Congestion Avoidance and Control. Congestion adalah pengumpulan paket melebihi kapasitas bandwidth yang tersedia pada link, congestion akan mengakibatkan penurun kinerja jaringan diantaranya; multiple packet losses, utilitas link yang rendah (low throughput), delay antrian yang tinggi, dan kemacetan yang parah (congestion collapse), ini menjadikan riset yang menantang untuk dipelajari dan dikembangkan, termaksud dalam penelitian ini. TCP Congestion Control adalah protokol TCP yang diterapkan pada end device yaitu di server dan client, protokol slow-start dan congestion avoidance serta Fast Retransmit merupakan awal dalam penelitian sebelumnya, topologi jaringan bottlenect yang dimana dimplementasikan mekanisme tersebut pada Transport Layer dengan trafik layanan FTP. Pada penelitian ini dilakukan studi lanjut dan analisa TCP Tahoe algortima, dimana mengimplementasikan keempat skenario standar sesuai mekanisme TCP. Simulasi penelitian ini menggunakan simulator OPNET dengan jaringan dumbbell dan paket discarding
Teknologi TCP end-to-end congestion control hanya menangani kemacetan jaringan dari suatu host tetapi tidak pada jaringan atau intermediate network, oleh karena itu teknologi Active Queue Management (AQM) dikembangkan untuk mengantisipasi kemacetan didalam jaringan yaitu pada router. AQM dapat mengatasi buffer overflow pada router dan mencegah terjadinya masalah sinkronisasi pada jaringan yang padat, yaitu dengan mendeteksi sebelum terjadi kemacetan jaringan. AQM RED (random early detection) dikembangkan dengan pendekatan heuristik untuk mengantikan kekurangan mekanisme Droptail pada buffer router, sehingga dapat mengatisipasi memburuknya kondisi jaringan yaitu; hilangnya paket yang berlebihan, utilitasasi link yang rendah (low throughput), dan tingginya antrian (delay), dengan demikian kemacetan yang parah (congestion collapse) tidak akan terjadi. Permasalahan ini menarik untuk dipelajari dampak implementasi AQM yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Protokol AQM adalah mekanisme pengendali kemacetan yang diterapkan pada lapisan ke-tiga OSI pada peralatan jaringan router, dengan menggunakan simulator NS2 dibuat topologi jaringan bottleneck dan diuji coba dengan skenario trafik. Pada penelitian ini akan diimplementasikan metode AQM RED yang disimulasikan dengan pengiriman paket FTP dengan beberapa skenario trafik. Hasilnya berupa karakteristik jaringan dapat dilihat yaitu; jumlah paket yang ada pada buffer router, lamanya antrian paket pada buffer , dan banyakanya paket yang dibuang, sehingga dapat dianalisa kinerja RED yang merupakan tujuan penelitian ini. Kesimpulan yang didapat menunjukan bahwa RED mempunyai keunggulan dari karakteristik delay yang rendah dibandingkan mekanisme tanpa AQM atau Drop-tail.
Teknologi yang berkembang pesat saat ini memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaannya. Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat menuntut kemampuan warga untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada. Seseorang dapat melakukan pekerjaannya dari jarak jauh di rumah, tanpa harus datang ke kantor. Agar proses kerja jarak jauh menjadi lebih lancar, orang tersebut harus terlebih dahulu memahami penggunaan teknologi untuk membantu pekerjaannya. Di masa pandemi, pelatihan penggunaan Google Suite (Google Docs) sangat bermanfaat sehingga nantinya jika ada proses data yang harus di-share akan mempermudah proses update data. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk berbagi ilmu agar warga di Desa Meruya Utara dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuannya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan memperkenalkan Google Docs sebagai media kolaborasi file di masa pandemi. Metode yang digunakan adalah metode sosialisasi praktis dengan memberikan pelatihan Google Docs sehingga diharapkan melalui sosialisasi ini pemahaman dan penguasaan penggunaan Google Docs bagi warga di Meruya Utara dapat tercapai. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan menunjukkan bahwa para peserta kegiatan pengabdian masyarakat dapat memahami pentingnya penggunaan Google Docs di masa pandemi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.