ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memahami berlangsungnya proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Desa Wisata Penglipuran dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya wilayah. Hasil penelitian diketahui bahwa proses pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Penglipuran berlangsung dalam tiga tahap yaitu tahap penyadaran, pengkapasitasan dan pemberian daya. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun kendala-kendala dalam pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan usaha mempertahankan budaya dan adat istiadat dari arus modernisasi, sikap masyarakat, terbatasnya sumber daya manusia dan ketersediaan akomodasi wisata serta kurangnya kegiatan promosi.Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata memberikan implikasi terhadap ketahanan sosial budaya wilayah berupa penguatan dan beberapa perubahan pada tata nilai sosial, budaya dan lingkungan.
The development of sustainable tourism with tourism villages as its implementation has become one form of development that is considered in accordance with current needs, both from fulfilling economic needs as a parameter of the successful implementation of tourism development in the community and community involvement in tourism development in their area. This paper aims to record the form of implementation of the development of sustainable tourism in rural areas, with a focus on tourism villages seen from the impact of economic implications on income levels and shifts in people's livelihoods. Taking a case study in Pujon Kidul Tourism Village, Malang Regency. The research method was carried out by descriptive qualitative models and in-depth interviews. As a result, Pujon Kidul Tourism Village has succeeded in empowering the potential of its village through the development of sustainable tourism, as seen from the increased income of the community and the shift in the livelihood of agrarian communities to become entrepreneurs.
The global tourism waved lead to a new trend of village tourism where tourists came in small groups to interacted and learned the life of villagers intensively. If the management was not well planned, this model infl icted
ABSTRAKArus pariwisata global mengarah pada tren baru pariwisata pedesaan dimana wisatawan datang dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi intensif, mempelajari kehidupan masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan penduduk desa. Pariwisata model ini rentan menyebabkan perubahan sosial budaya di masyarakat jika pengelolaannya tidak direncanakan secara matang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan partisipasi pemuda dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (CBT) dan kontribusinya terhadap Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 22, No 2, Agustus 2016: 137-157 ketahanan sosial budaya wilayah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan prosedur metode campuran konkuren yang mengkombinasikan pendekatan kualitatif dengan kuantitatif. Penentuan sampel dipilih berdasarkan purposive sampling dengan penggunaan kriteria berdasarkan pertimbangan. Hasil penelitian menunjukkan pemuda merupakan bagian dari aktor pengelola CBT di Desa Wisata Pentingsari (Dewi Peri). Partisipasi pemuda berada pada tingkat partisipasi citizen power dengan bobot rata-rata sebesar 70 persen. Model pengembangan CBT di Dewi Peri memungkinkan seluruh masyarakat terlibat secara aktif sebagai aktor utama. Partisipasi pemuda dalam pengembangan CBT di Dewi Peri berkontribusi terhadap ketahanan sosial budaya wilayah berdasarkan parameter asas kemitraan, kesejahteraan, perlindungan, kemandirian, kerukunan, nilai sosial dan budaya lokal. Ketahanan sosial budaya wilayah terbentuk melalui pelestarian sosial budaya secara dinamis dengan melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan sosial-budaya lokal melalui aktivitas pariwisata.
JURNAL KETAHANAN NASIONAL
Penelitian bertujuan untuk mengetahui peluang dan tantangan dengan adanya penerapan kebijakan mandatory sertifikasi halal setelah pengeluaran UU No.33 Th 2014 dan PP No. 31 Th 2019. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian mixed yaitu penelitian lapangan dan penelitian hukum, dengan pendekatan pendekatan eksploratoris. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik: Wawancara, dokumentasi dan observasi. Data yang dikumpulkan di olah dan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dengan tahapan analisis; pemeriksaan Data (editing), penandaan data (coding), dan penyusunan data (constructing/systematizing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi pelaku UMKM terkait dengan pelaksanaan kebijakan mandatory sertifikasi halal masih rendah. Kemudian tantangan yang dihadapi UMKM dengan adanya kebijakan mandatori sertifikasi halal, dimulai dari: a) Kebijakan sertifikasi halal memberikan tuntutan bagi pelaku usaha agar produknya tersertifikasi halal; b) Persyaratan kelengkapan dokumen yang harus dilengkapi UMKM; c) Modal yang minim yang dimiliki dan belum beraninya berproyeksi dengan modal pinjaman menjadikan ada ketergantungan pelaku usaha khususnya mikro-kecil kepada pemerintah; d) Proses yang masih manual dan belum menggunakan aplikasi online; e) Pemenuhan kriteria halal terkait bagaimana pelaku usaha mempersiapkan bahan, produk, fasilitas produksi, prosedur tertulis untuk aktivitas kritis, dan kemampuan telusur; f) Masalah dalam internal UMKM termasuk rendahnya SDM yang dimiliki menjadikan rasa malas dan tidak antusias terhadap kebijakan yang diberlakukan (UMKM kurang tergerak mandiri) dan g) Paradigma pelaku usaha: sertifikasi halal bagi perusahaan yang beromset besar.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.