Abstract. Indonesian waters containing many small islands and shallow waters leads to a less accurate of sea surface height (SSH) estimation from satellite altimetry. Little efforts are also given for the validation of SSH estimation from the satellite in Indonesian waters. The purpose of this research was to identify and retrack waveforms of Jason-2 altimeter satellite data in southern Java island waters and Java Sea using several retrackers and performed improvement percentage analyses for new SSH estimation. The study used data of the Sensor Geophysical Data Record type D (SGDR-D) of Jason-2 satellite altimeter of the year 2010 in the southern Java island waters and 2012-2014 in Java Sea. Waveform retracking analyses were conducted using several retrackers (Offset Center of Gravity, Ice, Threshold, and Improved Threshold) and examined using a world reference undulation geoid of EGM08 and Oceanic retracker. Result showed that shape and pattern of waveforms were varied in all passes, seasons, and locations specifically along the coastal regions. In general, non-Brownish and complex waveforms were identified along coastal region specifically within the distance of 0-10 km from the shoreline. In contrary, generally Brownish waveforms were found in offshore. However, Brownish waveform can also be found within coastal region and non-Brownish waveforms within offshore region. The results were also showed that the four retrackers produced a better SSH estimation in coastal region. However, there was no dominant retracker to improve the accuracy of the SSH estimate.
<p><em>A waveform created by the reflected signal from altimeter satellite in offshore is generally in ideal shape (Brown-waveform) and produces an accurate sea surface height (SSH) estimation. However, over coastal waters, the waveform shape becomes complex due to a disruption by reflected signal from land, resulting inaccurate SSH estimation. The objective of this research was to improve the accuracy of SSH estimation employing waveform retracking analyses of Jason-2 altimeter satellite data in the Java Sea during the years of 2012-2014. This study used data from the Sensor Geophysical Data Record type D (SGDR-D) from Jason-2 satellite (cycle 129 - 239) and global geoid undulation data of Earth Gravitational Model 2008 (EGM08). </em><em>Waveform retracking analyses were conducted using several retracker methods</em>. <em>The performance of the all retrackers were examined using a world reference undulation geoid of EGM08. The results showed that the waveform retracking analyses were able to improve the accuracy of SSH estimation approximately 29.7% in the north coast and 56.4% in the south coast of total non-Brown-waveform in each region. Higher improvement percentage (IMP) of SSH estimation found in the southern coastal areas was due to a relatively smooth coastline formation in this region than in northern coastal region. There was no specific retracker that produce dominant IMP of SSH estimation. However, the threshold 10% retracker produced better SSH estimation than the other retrackers with dominant IMP values of 57.1% (pass 051), 48.1% (pass 064), and 25.7% (pass 127). OCOG retracker the worst retracker to estimate SSH in the Java Sea. </em></p><p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>EGM08, </em><em>waveform retracking, SSH, Jason-2, ocean retracker, threshold retracker</em></p>
Jeruju selama ini kurang termanfaatkan bahkan hanya dianggap semak belukar hingga tak jarang habitatnya menjadi terancam. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengedukasi masyarakat bahwa jeruju dapat diolah menjadi keripik yang bernilai ekonomi tinggi sehingga penting untuk menjaga kelestariannya. Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang ibu-ibu warga Desa Babakan, Kabupaten Pangandaran sebanyak 10 orang untuk mengikuti pelatihan mengenai pembuatan keripik jeruju. Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan selama praktik pembuatan keripik jeruju, seluruh peserta pelatihan dapat mempraktikan dengan cermat tanpa menunjukkan kesulitan.
Kawasan mangrove Bulaksetra diinisiasi oleh masyarakat Desa Babakan, Kabupaten Pangandaran yang merehabilitasi kawasan pemukiman nelayan yang rusak oleh tsunami pada tahun 2006 dengan tumbuhan mangrove. Bibit mangrove yang ditanam untuk kegiatan rehabilitasi didominasi oleh Rhizophora apiculata. Metode pengamatan menggunakan transek kuadran. Hasil penelitian menunjukkan pada stasiun 1 Rhizophora apiculata menjadi jenis mangrove yang paling dominan untuk stadia pohon, anakan dan semai dengan Indeks Nilai Penting (INP) berturut-turut: 185,82; 100,00; dan 200,00. Pada stasiun 2 didominasi oleh Sonneratia spp. untuk stadia pohon, anakan dan semai dengan INP berturut-turut: 300,00; 66,67; dan 200,00. Terakhir, pada stasiun 3 hanya terdapat mangrove Rhizophora spp. pada stadia anakan dengan INP 200,00. Hasil ini menunjukkan bibit Rhizophora apiculata telah berhasil tumbuh dengan baik terbukti pada stasiun 2 dan 3 ditemukan Rhizophora apuiculata pada stadia anakan. Nilai indeks keanekaragaman < 2 menunjukkan kawasan mangrove Bulaksetra bersifat rentan apabila ada tekanan ekologis dari lingkungan sekitarnya.
Penggunaan rumpon oleh nelayan di perairan Samudera Hindia semakin marak. Ikan yang berkumpul di sekitar rumpon lebih mudah untuk ditangkap, sehingga hasil tangkapan nelayan meningkat. Meski demikian, terdapat kekhawatiran akan adanya dampak ekologis dari penggunaan rumpon yang terlalu banyak terhadap keberlangsungan sumberdaya ikan. Kurangnya sumber makanan di sekitar rumpon dapat menggiring kepada terjadinya kelaparan pada ikan-ikan yang berasosiasi dengannya. Kurangnya makanan dapat berdampak buruk pada kemampuan ikan untuk berkembangbiak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis ikan yang tertangkap di sekitar rumpon, mengetahui kondisi lambung dan jenis makanan ikan yang berasosiasi dengan rumpon dan menentukan dampak rumpon terhadap keberlangsungan sumberdaya ikan. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi jenis ikan yang ditangkap menggunakan pukat cincin dan pancing ulur di sekitar rumpon laut dalam yang dipasang di Samudera Hindia selatan Jawa. Sebanyak 279 sampel ikan dari berbagai jenis dibedah lambungnya untuk mengetahui kondisi kepenuhan lambung dan jenis makanannya. Terdapat 16 jenis ikan yang tertangkap di sekitar rumpon. Persentase ikan dengan lambung kosong yaitu 44%. Jenis makanan ikan yang ditangkap dengan pukat cincin yaitu lemuru, teri, dan cumi-cumi, sedangkan ikan yang ditangkap dengan pancing ulur memakan lemuru, teri, cumi-cumi, tongkol, cakalang, layang, udang dan larva Stomatopoda. Penggunaan rumpon dapat menimbulkan dampak negatif berupa kompetisi dalam memperoleh makanan yang ketersediaannya terbatas. Kondisi ini dapat mengganggu keberlangsungan sumberdaya ikan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.