Abstrak-Penjadwalan batch sudah didiskusikan di beberapa penelitian. Terdapat dua jenis penjadwalan batch yaitu job processor dan batch processor. Pada job processor, part diproses secara bergantian sampai semua part dalam satu batch selesai diproses, sedangkan pada batch processor part diproses bersama dalam satu waktu sehingga waktu untuk memproses batch besarnya sama dengan waktu untuk memproses satu part. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini waktu untuk memproses batch bukan hanya waktu untuk memproses satu part namun gabungan dari waktu yang diperlukan untuk memproses satu part dan waktu untuk memasang tools pada setiap part dalam satu batch. Penelitian ini merupakan tahap ke dua, setelah sebelumnya dikembangkan model yang sama namun untuk masalah single item dengan due date yang sama maka pada penelitian ini due date dari item berbeda -beda. Model penjadwalan untuk masalah multi due date diselesaikan dengan menganggap satu interval waktu yang merupakan selisih antar dua due date yang berurutan sebagai masalah common due date. Jumlah minimum batch yang terbentuk untuk setiap interval waktu ini adalah satu dan waktu minimal untuk memproses batch besarnya sama dengan waktu untuk memproses satu part ditambah dengan waktu yang diperlukan untuk memasang tools untuk seluruh part pada satu batch. Jika waktu pada interval waktu tidak cukup untuk memproses part yang diminta pada interval waktu tersebut maka part diproses pada interval waktu setelahnya. Model diuji dengan beberapa set data hipotetik. Variabel keputusan adalah jumlah batch dan ukuran batch untuk setiap interval waktu, dan urutan pengerjaan batch sehingga akan meminimasi total waktu tinggal aktual.Kata kunci: batch, batch processor, single item, common due date, multi due date, waktu tinggal aktual Abstract-Batch scheduling has been discussed in several studies. There are two types of batch scheduling, job processor and batch processor. On job processor, parts are processed alternately until all parts are processed, while in batch processor parts in batch are processed together in one time. Hence the processing time for batches is equal to one part processing time. Unlike the previous study, in this study batch processing time not only time to process one part but it is the sum of processing time of one part and time to install tools on each part in one batch. This paper is continuation of previously developed batch scheduling model for single item common due date problem, hence for multi due date.The scheduling model for single item multi due date is solved by considering one time interval which is the difference between two successive due dates as a common due date issue. The minimum number of batches generated for each time interval is one and the minimum time required to process this batch is the one-part processing time plus the time required to install tools on all parts in one batch. If the time at the time interval is not sufficient to process the requested part at that time interval then the part is processed at the time i...
PT.XYZ Karawang merupakan distributor tunggal untuk produk-produk dari PT. ABC. Lokasi penyimpanan yang terletak di Karawang ini mendistribusikan banyak jenis keramik. Sebagai distributor tunggal, PT.XYZ harus mendistribusikan keramik baik ke 19 cabang di seluruh Indonesia maupun langsung ke end customer. Terdapat dua jenis keramik, yaitu floor tile dan wall tile. Dalam menentukan kebijakan persediaan, PT.XYZ belum menggunakan perhitungan baku. Hal ini membuat PT.XYZ melakukan pembelian keramik berlebih sehingga menyebabkan overstock pada persediaan keramik. Kondisi ini membuat PT.XYZ harus menanggung tingginya biaya total persediaan di gudang. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan usulan kebijakan persediaan keramik jenis floor tile 40x40 agar total biaya persediaan dapat diminimasi. Kebijakan persediaan yang diusulkan merupakan hasil perhitungan menggunakan metode joint replenishment dan Model P, dimana pemesanan keramik dilakukan secara bersamaan selama interval waktu tertentu. Hasil dari kebijakan ini berupan interval review, reorder point, maksimum inventori level maupun safety stock. Hasil perhitungan kebijakan persediaan untuk floor tile 40x40 memberikan penghematan total biaya persediaan sebesar 45.80% . atau sebesar Rp473.495.683. Dari hasil tersebut diperlukan pnerapan kebijakan keramik di PT.XYZ Karawang agar dapat menurunkan total biaya persediaan
Pengendalian persediaan terhadap barang di gudang sangat penting bagi perusahaan, khususnya PT MMM untuk memenuhi permintaan pasar. Apabila persediaan kurang maka akan menyebabkan terjadinya lost sale. Namun apabila persediaan berlebih dapat menyebabkan penumpukan persediaan (overstock) yang berakibat pada tingginya biaya total persediaan. Tingginya persediaan kategori produk food di gudang PT MMM dikarenakan pemesanan barang dalam jumlah besar dalam setiap pemesanan tanpa didasari oleh perhitungan yang baik. Pengelolaan persediaan yang efektif akan menurunkan biaya persediaan produk food. Penelitian ini merancang kebijakan persediaan dengan klasifikasi ABC untuk produk food yang dibagi atas kelas A, kelas B, dan Kelas C. Kelas A menggunakan metode Probabilistik Continuous Review (s,S), sedangkan kelas B dan C menggunakan metode Probabilistik Continuous Review (s,Q). Dengan kebijakan ini mampu mengasilkan penghematan total biaya inventori dengan Continuous Review (s,S) sebesar 63% dan penghematan total biaya inventori dengan Continuous Review (s,Q) sebesar 57%. Kedua total biaya inventori kondisi usulan tersebut lebih rendah dari total biaya inventori pada kondisi existing.
The availability of spare parts is very crucial thing for manufacturing company in order to support the continuity of production activities. PT XYZ is a manufacturing company which produces thread into fabric. In this case, inventory control of spare part is not properly managed. Inventory position of spare parts in warehouse is always more than inventory policy of the company itself or called overstock which causes total inventory cost is always high. Company only consider on the order fulfillment of spare parts to prevent downtime on the machine that increase performance of production. Hence, order quantity of spare parts is always excessive or not optimal. In this research, global inventory policy conducted in order to minimize total inventory cost is periodic review approach (R, s, S) method. This inventory policy will be calculated using power approximation and obtained total saving cost of holding cost by 31 % while total saving cost of order cost decreased by 7 %. Overall, total inventory cost minimized by 7 % or equal to Rp138.902.742.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.