Terjadinya pandemi Covid-19 telah mengubah total kehidupan umat manusia di semua aspek kehidupan, termasuk dalam ibadah dan pelayanan. Ibadah virtual kini telah menjadi bagian dari kehidupan kerohanian gereja sebagai umat Tuhan. Melalui tulisan ini penulis hendak mengulas tentang plus minus pelaksanaan ibadah virtual untuk kemudian mengajukan usulan tentang bagaimana sebaiknya gereja dapat meningkatkan pelayanannya. Penelitian ini dilakukan memakai metode kualitatif studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai referensi yang membahas tentang pelaksanaan ibadah virtual selama pandemi. Mengingat pandemi sudah berlangsung berbulan-bulan, gereja perlu memproyeksikan pelayanan digital sebagai program utama pelayanan (bukan lagi sebagai alternatif sementara atau hanya pelengkap) dan siap untuk dalam pelayanan sosial sebagai wujud kasih kepada Tuhan dan sesama.
Konsep kehendak bebas (free will) dalam kaitannya dengan karya penyelamatan Allah terhadap manusia yang berdosa merupakan bahan perdebatan yang tiada habisnya. Artikel ini memberikan perbandingan dari dua pandangan yang berbeda tentang kehendak bebas, yaitu Augustine dan Calvin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparasi dengan pendekatan kualitatif literatur. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah: kedaulatan ilahi tidak menghilangkan kehendak bebas manusia, sebaliknya, ketetapan Allah jangan dianggap sebagai penolakan (overriding) terhadap kehendak bebas manusia. Kedaulatan Allah tersebut jangan dipahami sebagai kuasa untuk membuat kita takut, melainkan hendaknya direspons dengan rasa aman, kepercayaan, terima kasih dan sukacita
Perpuluhan merupakan salah satu aspek penting dalam hal memberi yang tak dapat diabaikan dalam kehidupan material segenap umat Tuhan, yang sangat tertib pelaksanaannya di masa PL. Selain itu, perpuluhan merupakan salah satu sistem pengelolaan keuangan yang ditetapkan oleh Allah sendiri. Akan tetapi perpuluhan ini kemudian berkembang menjadi sesuatu yang dianggap kontroversial. Ada yang menganggap praktik ini sudah tidak berlaku lagi di zaman sekarang, hanya berlaku di zaman PL di bawah hukum Taurat Musa, namun ada pula yang dengan tertib mematuhinya. Itu sebabnya penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut berbagai kontroversi seputar ajaran ini dan bagaimana sesungguhnya pengajaran Alkitab mengenai perpuluhan. Apakah perpuluhan masih relevan dilakukan di zaman sekarang ini? Atau itu hanya berlaku di zaman PL saja? Sebab ada yang beranggapan memberi perpuluhan adalah mekanisme hukum Taurat, sementara Tuhan Yesus sendiri sudah menggenapi hukum Taurat dengan kematian-Nya di kayu salib sehingga segala bentuk mekanisme Taurat tidak membebani kita lagi. Apa dan bagaimana solusi yang tepat seputar kontroversi dan relevansi perpuluhan di masa kini, itulah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Orang tua memiliki tanggung jawab bukan sekadar memenuhi kebutuhan anak-anak mereka melainkan juga mendidik mereka di dalam iman. Akan tetapi, masih banyak orang tua yang kurang memahami apa dan bagaimana pendidikan iman tersebut seharusnya dilakukan. Itu sebabnya di dalam tulisan ini penulis mengeksplorasi pendidikan iman anak di dalam keluarga dengan orang tua sebagai pendidik menurut Ulangan 6:1-9. Penulisan dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif di GPdI Alfa Omega Bangsalsari. Penulis memilih delapan orang tua dari antara jemaat di sana sebagai partisipan dalam penulisan ini. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semua partisipan menyadari tanggung jawab mereka dalam mendidik anak. Namun pengetahuan tersebut masih bersifat mendasar dan perlu adanya pembekalan lebih lanjut.
Murni Hermawaty Sitanggang & Juantini, Self-Image According to Genesis 1:26-27, The Application for Youth Stewards The Indonesian Pentecostal Church Hebron-Malang. The right understanding about self-image as written in Genesis 1:26-27 will affect someone’s way of life. This research tries to prove that with focused on to the Youth Stewards at The Indonesian Pentecostal Church Hebron-Malang. The research used a qualitative method with a descriptive and exegetical approach. The result is most of the ministers do not have the right self-image as Genesis 1:26-27 said yet. From the religious side, their self-image is low with 36,5% score, and from the psychological side they score 45,9% and then from the social side the result is 55,5%. Murni Hermawaty Sitanggang & Juantini, Citra Diri Menurut Kejadian 1:26-27, dan Aplikasinya bagi Pengurus Pemuda Remaja GPdI Hebron-Malang. Pengertian yang benar tentang citra diri manusia sebagaimana tertulis dalam Kejadian 1:26-27 akan mempengaruhi cara hidup seseorang. Penelitian ini berusaha membuktikan hal tersebut dengan memfokuskan sasaran penelitian kepada pengurus pemuda remaja GPdI Hebron-Malang.Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan eksegesis. Dari hasil penelitian kemudian didapat bahwa sebagian pengurus belum sepenuhnya memiliki citra diri yang dimaksudkan dalam Kejadian 1:26-27. Dari segi rohani, citra diri mereka rendah dengan persentase 36,5%, kemudian dari segi psikologi persentase yang didapatadalah 45,9% dan dari segi sosial hasilnya adalah 55,5%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.