Conflicts that occur between religious communities make a problem, namely the incompatibility between the concept of the teachings of love from religion and the facts. Fundamentalist attitudes, radicalism, fanaticism, and extremism produced by religion are the triggers for conflict. With this conflict, it can be said that the teachings of love are not implemented properly. The purpose of writing this article is to state the law of love which is implemented in a pluralistic life which is an effort to build a culture of tolerance in religious moderation and is an effort to prevent, resolve horizontal conflicts between religions. The research method used is library research with a descriptive qualitative approach by collecting and digging various literature related to the theological biblical analysis of the law of love. From the analysis of this article, several findings were obtained, namely: first, religion does not function properly, secondly, the teachings of love are not implemented properly, the three concepts of implementing the law of love are the basis for moderating the middle way that can build awareness of tolerance in pluralism. AbstrakKonflik-konflik yang terjadi antar umat beragama menjadikan suatu permasalahan yaitu ketidak sesuaian antara konsep ajaran kasih dari agama dengan fakta yang ada. Sikap fundamentalis, radikalis-me, fanatisme dan ekstrimisme yang dihasilkan agama menjadi pemicu terjadinya konflik. Dengan adanya konflik tersebut maka dapat dikatakan bahwa ajaran kasih tidak terimplementasikan dengan baik. Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk menyatakan hukum kasih yang diimplementasikan dalam kehidupan majemuk yang menjadi suatu upaya membangun budaya toleransi dalam moderasi agama, dan menjadi suatu upaya pencegah, penyelesai konflik horizontal antar agama. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan dan menggali berbagai literatur yang berkaitan dengan analisis biblis teologis hukum kasih. Dari analisis artikel ini maka didapatkan beberapa penemuan yaitu: pertama, agama tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kedua tidak terimplementasinya ajaran kasih dengan baik, ketiga konsep implementasi hukum kasih menjadi dasar dalam moderasi jalan tengah yang dapat membangun kesadaran toleransi dalam kemajemukan.
The anomaly of Jonah's attitude in rejecting God's call (Jonah 1) and his anger at Nineveh's conversion caused various opinions on the genre of his book. This encourages the need to produce new findings to narrow the view of experts by placing the book of Jonah as satire literature. The purpose of this research is to describe the satire elements contained in the prologue and epilogue of the book of Jonah. The method used in this research is a narrative approach using a modified method that departs from the four narrative elements namely the narrator, character (characterization), point of view, and storyline then combined with some elements of general interpretation in it. through the narrative analysis method, the researcher sees the text as a "mirror" that projects a certain picture, namely the world of narratives that provides benefits to explore the forms and elements of the prologue and epilogical satire texts of the book of Jonah. The results showed that Irony underlies all elements of satire spread in articles 1 and 4. Researchers classify the elements of irony as personification, repetition, hyperbole, sarcasm, paronomasia, and parody. These characteristics indicate Jonah 1 and 4 are narratives containing satire. The implication of the teaching of the church by referring to the didactic values in the satire of the story of Satire Jonah can be used as a reference for learning the truth of God's Word. Abstrak Anomali sikap Yunus dalam menolak panggilan Tuhan (Yunus 1) dan kemarahannya pada pertobatan Niniwe menimbulkan beragam pendapat pada genre kitabnya. Hal ini mendorong adanya kebutuhan untuk menghasilkan temuan baru guna mempersempit pandangan para pakar dengan menempatkan kitab Yunus sebagai sastra satire. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur satire yang terdapat dalam prolog dan epilog kitab Yunus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan naratif menggunakan modifikasi metode yang berangkat dari empat unsur narasi yaitu narator, karakter (penokohan), sudut pandang, dan alur cerita lalu dikombinasikan dengan beberapa elemen penafsiran umum di dalamnya. melalui metode analisis naratif peneliti melihat teks sebagai sebuah “cermin” yang memproyeksikan gambaran tertentu, yaitu dunia narasi yang memberikan manfaat untuk mengeksplorasi bentuk dan unsur satire teks prolog dan epilog dari kitab Yunus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ironi mendasari semua unsur satire yang tersebar di pasal 1 dan 4. Peneliti mengelompokkan unsur ironi adalah personifikasi, repetisi, hiperbola, sarkasme, paronomosia dan parodi. Karakteristik ini mengindikasikan Yunus 1 dan 4 adalah narasi yang mengandung satire. Implikasinya terhadap pengajaran gereja dengan merujuk pada nilai-nilai didaktis dalam satire kisah Satire Yunus dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari kebenaran Firman Tuhan.
Abstract. This article was written with the purpose of studying the corelation between power relation and sexual abuse in the King David and Bathsheba narrative to raise awareness of the danger posed by a power relation. By using plot analysis in the 2 Samuel 11:1-27 narrative, it can be understood that with the power he possessed, David committed an abuse of power to commit acts of sexual abuse against Bathsheba. Bathsheba, in this case who was in a position of lower power, could not refuse King David's lust. Thus, power relation should not be taken for granted, but must be understood critically.Abstrak. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk untuk mengkaji hubungan relasi kuasa dengan kekerasan seksual dalam narasi Raja Daud dan Batsyeba sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan dari suatu relasi kuasa. Dengan menggunakan analisis plot pada narasi 2 Samuel 11:1-27, dapat dipahami bahwa dengan kekuasaan yang dimiliki, Daud melakukan tindakan penyalahgunaan kekuasaan secara sadar dan terencana untuk melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap Batsyeba. Batsyeba, dalam hal ini yang berada di posisi kekuasaan lebih rendah, tidak dapat menolak keinginan Raja Daud tersebut. Dengan demikian, relasi kuasa semestinya tidak diterima begitu saja, namun harus dipahami secara kritis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.