Authority is always attached to a leader, including church leaders. However, the problem is that there are some leaders who abuse authority for their own interests. There are also other leaders who cannot use an authority in determining doctrinal and ethical matters. Therefore, this study aims to explain the authority of the disciples to bind and release the law in Matthew 16:19 and its implications for today's church leaders. This research method is qualitative with a hermeneutic approach based on a literature study. The results of the study show that the authority was given by God to expand His kingdom on earth so church leaders must use this gift for His glory and improve the quality of the congregation that God has entrusted to him.
Conflicts that occur between religious communities make a problem, namely the incompatibility between the concept of the teachings of love from religion and the facts. Fundamentalist attitudes, radicalism, fanaticism, and extremism produced by religion are the triggers for conflict. With this conflict, it can be said that the teachings of love are not implemented properly. The purpose of writing this article is to state the law of love which is implemented in a pluralistic life which is an effort to build a culture of tolerance in religious moderation and is an effort to prevent, resolve horizontal conflicts between religions. The research method used is library research with a descriptive qualitative approach by collecting and digging various literature related to the theological biblical analysis of the law of love. From the analysis of this article, several findings were obtained, namely: first, religion does not function properly, secondly, the teachings of love are not implemented properly, the three concepts of implementing the law of love are the basis for moderating the middle way that can build awareness of tolerance in pluralism. AbstrakKonflik-konflik yang terjadi antar umat beragama menjadikan suatu permasalahan yaitu ketidak sesuaian antara konsep ajaran kasih dari agama dengan fakta yang ada. Sikap fundamentalis, radikalis-me, fanatisme dan ekstrimisme yang dihasilkan agama menjadi pemicu terjadinya konflik. Dengan adanya konflik tersebut maka dapat dikatakan bahwa ajaran kasih tidak terimplementasikan dengan baik. Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk menyatakan hukum kasih yang diimplementasikan dalam kehidupan majemuk yang menjadi suatu upaya membangun budaya toleransi dalam moderasi agama, dan menjadi suatu upaya pencegah, penyelesai konflik horizontal antar agama. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan dan menggali berbagai literatur yang berkaitan dengan analisis biblis teologis hukum kasih. Dari analisis artikel ini maka didapatkan beberapa penemuan yaitu: pertama, agama tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kedua tidak terimplementasinya ajaran kasih dengan baik, ketiga konsep implementasi hukum kasih menjadi dasar dalam moderasi jalan tengah yang dapat membangun kesadaran toleransi dalam kemajemukan.
Abstrak Masa pandemic memberikan berbagai macam dampak, salah satunya yaitu berdampak kepada aspek kepemimpinan. Perubahan situasi dapat berpengaruh kepada proses kepemimpinan, dengan adanya persoalan ini maka gereja perlu memiliki stategi dalam menyikapi hal ini. Diperlukan respons dan perubahan yang tepat dalam mengimbangi dampak pandemic tersebut. Dalam situai yang penuh perubahan inilah kepemimpinan Kristen Tranfromnasional diperlukan. Tujuan penelitian ini bertujuan supaya pemimpin Kristen dapat dibangun dalam masa-masa Pandemi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan melalui kajian literatur untuk kepemimpinan yang transformatif. Dari penelitian ini ditemukan hasilnya yaitu dengan membangun kepemimpinan yang Kepemimpinan Kristen Tranfromnasional di masa pandemic Covid-19 memberikan pengaruh pada yang dipimpin untuk tetap memiliki keyakinan dan kepercayaan diri, selalu optimis dan memiliki sikap saling menolong di masa pandemic yang di hadapi ini. orang-orang yang dipimpin diharapkan lebih percaya diri dan optimis untuk mengoptimalkan potensi yang ada di diri mereka, serta mengembangkan kemampuan lain untuk dapat bertahan melewati situasi sulit.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi mengatasi kemarahan melalui perumpamaan yang didasarkan pada kitab Yunus 4. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model (Research and Development) yang mengadopsi 10 langkah pengembangan dari Borg and Gall. Dari 10 langkah yang ada, penelitian ini berfokus pada dua tahap utama, yaitu tahap pengembangan model dan tahap validasi model. Model yang dikembangkan adalah model prosedural berupa strategi. Pengembangan model dilakukan melalui kajian hermeneutik dan eksegesi terhadap Yunus 4. Model yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh 33 pakar dan praktisi yang dilakukan dengan teknik angket yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Model dinyatakan valid apabila hasil validasi bernilai di atas kriteria keberhasilan setelah melalui pengujian one sample t-test berbantuan SPSS 25. Hasil penelitian ini adalah strategi yang berbentuk prosedur untuk mengatasi kemarahan yang terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) Adanya penyebab kemarahan; (2) Terjadinya kemarahan tahap 1; (3) Pemberian perumpamaan; (4) Terjadinya kemarahan tahap 2; (5) Penyampaian penjelasan mengenai penyebab kemarahan yang dibandingkan dengan perumpamaan yang diberikan; (6) Dampak dari penjelasan. Model ini telah tervalidasi oleh validator dengan nilai t sebesar 2,09 yang signifikan pada tingkat kesalahan 0,044 (lebih kecil dari 0,05). Dengan demikian, model yang dikembangan tervalidasi dengan baik, dan layak untuk digunakan.
The issue of Gender does not yet have a common ground. Women are always considered weak and helpless human beings. However, in some ethnic groups in Indonesia, the opposite is true. Men are deemed to have no value to women. This study aims to examine the concept of gender equality from a biblical perspective. As the primary source of teaching authority, the Bible provides a solid picture of gender equality. The research method used is exploratory qualitative. The results of the study state that the Bible consistently discusses the principle of gender equality. Because gender equality is essential, many activists voice this principle in the struggle for human rights. Therefore, viewing humans as the noblest created beings is the basis for this struggle for gender equality. Thus, opportunities and responsibilities in all aspects of life own by all humans and created by God.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.