AbstrakAceh erat kaitannya dengan syariat Islam. Kesenian dimanfaatkan sebagai media dakwah untuk mensyiarkan agama Islam kepada seluruh masyarakat diberbagai wilayah Provinsi Aceh. Tari Seudati Inong merupakan tarian tradisonal masyarakat Aceh yang ditarikan oleh perempuan dan gerakannya merupakan imitasi dari Tari Seudati yang ditarikan oleh laki- laki. Tari Seudati Inong biasa juga disebut sebagai Tari Laweut, tarian ini berkembang di pesisisr utara hingga timur daerah Aceh dengan menggambarkan semangat, perjuangan dan doa-doa dalam syair tari tersebut. Tujuan dalam penelitian ini membahas bagaimana bentuk tari Seudati Inong di Kabupaten Aceh Besar dan mengetahui bagaimana tari Seudati Inong sebagai wujud reperesentasi kesetaraan gender di Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan data dan penelitian dilakukan dengan beberapa tahap seperti tinjauan pustaka untuk mendapatkan berbagai informasi tertulis, observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengamati secara langsung perkembangan dan pristiwa yang terjadi dilapangan dan lokasi penelitian berada di Desa Cucum, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Data-data yang telah didapatkan kemudian dianalisa sehingga menghasilkan hasil penelitian lalu disajikan ke dalam bentuk deskriptif. Tari Seudati Inong merupakan salah satu wujud dari representasi kesetaraan gender yang telah ada sejak zaman dahulu. Mengingat Aceh yang merupakan daerah dengan syariat Islam, tarian ini muncul dan berkembang ditengah masyarakat dengan wujud representasi kesetaraan gender, gerakkan tarian dari tari Seudati yang dilakukan oleh laki-laki dan saat ini dengan perkembangan zaman ditarikan oleh perempuan. Tari Seudati Inong tidak memiliki perbedaan gerak dengan tari Seudati, perbedaan hanya berada pada gerak pukulan tangan dimana laki-laki pukulannya di bagian dada dan perempuan di bagian paha. Pola lantai juga memiliki kesamaan dan juga semangat dari tariannya sama dengan tari Seudati. Kata Kunci: seudati inong, kesetaraan gender, Aceh.AbstractAceh culture is closely related to Islamic law. Art is used as a medium of preaching to broadcast Islam to all communities in various regions of Aceh Province. Seudati Inong dance is a traditional Acehnese dance that is danced by women and its movement is an imitation of Seudati Dance which is danced by men. Seudati Inong dance, also known as Laweut Dance, is a dance that develops in the northern to eastern coast of Aceh by depicting the spirit, struggle and prayers in the lyrics of the dance. The purpose of this research is to discuss how the Seudati Inong dance form in Aceh Besar District and to find out how the Seudati Inong dance is a form of representation of gender equality in Aceh Besar District. Data collection and research were carried out in several stages such as literature review to obtain various written information, observations, interviews and documentation to directly observe developments and events that occurred in the field and the research location was in Cucum Village, Jantho City District, Aceh Besar District. The data that has been obtained are then analyzed so that the results of the research are then presented in a descriptive form. Seudati Inong dance is a form of representation of gender equality that has existed since ancient times. Given that Aceh is an area with Islamic law, this dance appears and develops in the community with a form of representation of gender equality, moving the dance from the Seudati dance which is performed by men and nowadays it is danced by women. Seudati Inong dance has no different movements with Seudati dance, the only difference is in the motion of the hand strokes where the male punches on the chest and the female on the thigh. The floor pattern also has similarities and the spirit of the dance is the same as that of the Seudati dance.Keywords: seudati inong, gender equality, Aceh.
Proses pembelajaran seni khususnya seni tari di SLB masih menggunakan metode pembelajaran secara konvensional. Artinya pembelajaran secara konvensional memiliki kelemahan bagi tenaga pengajar dimana ABK sering merasa bosan, tidak fokus, slow respon, dan kurang menarik perhatian ABK. Pengabdian ini menawarkan proses pembelajaran digital yang digunakan ABK seperti media audio visual menjadi media alternatif. Dimana media audio visual seperti video gerak tari, peragaan tempo dan iringan musik menjadi bentuk pembelajaran baru. Metode dalam pengabdian ini meliputi persiapan, survei, sosialisasi penyesuaian komposisi gerak, kerja studio (proses pembuatan video), edukasi dan pertunjukan. Gerak tari yang diajarkan berangkat dari kesenian tari Aceh melalui proses kreasi sesuai dengan kemampuan dari ABK. Tari kreasi yang dibuat mengandung rukun-rukun (ragam gerak) kesenian Aceh. Kesenian tersebut diadopsi dari rukun tari kreasi Ratoeh Jaro, meliputi rukun Salam pembuka, demo, amin-lalee, salam penutup dan penutup. Rukun-rukun tersebut menjadi gerak dasar yang dikembangkan dalam suatu komposisi gerak tari kreasi baru dengan iringan musik Khutidheng. Tari Kreasi ini dibuat dalam bentuk video sebagai metode pembelajaran bagi ABK di SLB Negeri Kota Jantho. Hal ini bertujuan agar ABK lebih mudah dalam proses belajar tari serta meningkatkan antusias diri untuk mengebangkan potensi dan kreatifitas anak-anak berkebutuhan khusus. Hasil akhir dari pengabdian ini adalah menghasilkan video pembelajaran berbasis digital dengan materi gerak tari kreasi guna menanamkan karakter budaya bagi ABK serta melalui video pembelajaran ini ABK di SLB Negeri Kota Jantho dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara mandiri. Pembejaran tari Ratoh Jaroe dalam kegiatan pengabdian mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswi di SLB Negeri Kota Jantho dibuktikan dengan sukses tampil dalam pertunjukan tari yang dilaksanakan masyarakat Kota Jantho.
Kesenian Nandong adalah seni vokal yang diwariskan secara turun-tumurun pada masyarakat Simeulue. Kesenian Nandong merupakan sejenis seni tutur yang syair-syairnya berisikan karangan yang mengandung nasehat, sindiran, rintihan yang dilantunkan dengan iringan alat musik yaitu kedang/gendang dan biola. Nandong dilantunkan menggunakan bahasa Devayan khas bahasa Simeulue, namun dalam kesenian Nandong juga menggunakan bahasa Aneuk Jamee. Keunikan Nandong selain terdapat dalam bahasa Aneuk Jamee yaitu dilantunkan dengan nada yang tinggi dan melengking serta saling bersahut-sahutan oleh pria dengan suara tinggi dan melengking. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang berusaha mengaplikasikan teori untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang diwujudkan dalam bentuk keterangan atau gambar tentang kejadian atau kegiatan yang dilakukan menyeluruh dengan mendatangi langsung di Desa Lataling, Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue. Adapun langkah tersebut dilakukan dengan tahapan yaitu: penentuan subjek penelitian; pemilihan setting dan instrumen penelitian, teknik, dan analisis data. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa terdapat analisis terhadap fenomena musik pada kesenian ini. Fenomena tersebut seperti pemakaian timbre low, disusul timbre high dengan berbagai intensitas kemunculan, serta diperoleh deskripsi tangga nada (scale), dan pengurutan nada-nada yang terdapat dalam Nandong tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi.
Tari Tulo-tulo merupakan kesenian yang berasal dari masyarakat Nias yang menetap di Kota Sabang. Tari Tulo-tulo memiliki keunikan dimana tari ini kental dengan semangat perjuangan dalam penyajiannya. Saat ini Tari Tulo-tulo sebagai tari hiburan pada masyarakat di Kota Sabang. Konsep dalam penggarapan Tari Tulo-tulo berawal dari rasa kerinduan masyarakat Nias akan tanah kelahirannya. Dengan demikian konsep penyajian pada tari Tulo-tulo identik dengan tari peperangan. Konsep Tari Tulo-tulo terbagi menjadi tujuh bagian, dimana setiap bagian memiliki kesinambungan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Pada penelitian ini akan mengidentifikasi konsep dan bentuk pertunjukan Tari Tulo-tulo melalui bentuk penyajian yang meliputi, gerak, pola lantai, musik, properti, tata rias dan kostum. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan konsep dan bentuk penyajian Tari Tulo-tulo di Kota Sabang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah anilisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Studi Pustaka, observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah menjabarkan dan mengkaji tujuh bagian dari Tari Tulo-tulo yaitu Sereu, Talifusei, Haru manbaluse, Faliga Baluse, Bamaina, Simate mila menemali, dan Belatu terlak. Tari Tulo-tulo ditarikan oleh kaum pria berjumlah genap dan satu orang sebagai raja/syeh.
ABSTRAKSeni tari mempunyai peran yang penting dalam kehidupan kita, yaitu sebagai media ekspresi, media komunikasi, media berpikir kreatif, dan media pengembangan bakat. Pelatihan seni tari sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian dan hal positif bagi warga binaan pemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan di Lapas Jantho dalam bidang seni tari Rapa’i Geleng. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain non-eksperimental dengan metode “Ex post facto casual comparative research” di mana akan diobservasi pengaruh dari penerapan metode pembinaan melalui seni tari terhadap perilaku dan sikap dari warga binaan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembinaan terhadap warga binaan Lapas Kota Jantho tepat sesuai sasaran dan memenuhi ekspektasi penulis. Hasil pembinaan juga memberikan dampak yang positif terhadap warga binaan Lapas Kota Jantho yang ditandai dengan adanya peningkatan karakter, mental, disiplin, rasa gotong-royong, dan kekeluargaan. Selanjutnya, lapas bukanlah sebuah lingkungan yang memaksakan seseorang untuk berada dalam tekanan psikologis. Hal ini dapat dicegah dengan adanya proses pembinaan-pembinaan dan pengembangan karakter terhadap warga lapas. Proses pembinaan ini juga memberikan manfaat yaitu terjalinnya hubungan baik antara ISBI Aceh dan Lembaga Pemasyarakatan Kota Jantho.ABSTRACT Dance performance plays an important role in human life as an expression media, communication media, creative thinking media, and gaining talent media. These include the people who spend their time in prison or inmate. The coaching of dance performance can improve their positive mind and activities especially becoming an autonomous person. The design method used Ex post facto casual comparative research which observed the influence of coaching method through dance performance towards to behavior and attitude of inmates. The conclusion of this research is the coaching method for inmates got a positive impact. Several activities have been applying to maintain their character building. The aim is for preventing them from doing bad things for the second time. Some of those activities are religion life and activities on arts. Prison is not a place where force someone to live in high psychological pressure. It can be prevented by doing the coaching process and character building to the inmates. This process also transferred some relationship beneficial from ISBI Aceh to the Jantho Prison.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.