Abstrak: Dewasa ini, critical thinking atau yang lebih dikenal dengan keterampilan berpikir kritis menjadi topik yang sering dibahas karena merupakan kemampuan yang mutlak dimiliki di era milenial ini. Terlebih pada bidang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, sampai di tingkat pendidikan tinggi. Pendidikan sudah tidak relevan lagi jika masih mengajarkan anak dengan sistem menghafal materi-materi sehingga pembelajaran hanya fokus pada mengingat saja. Padahal, yang lebih penting adalah peserta didik memahami, menganalisis, mengevaluasi, atau bahkan menciptakan berbagai macam pemecahan masalah dari berbagai masalah yang ada pada materi-materi pembelajaran. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting di sini. Melatih anak untuk berpikir kritis terhadap sesuatu dan menawarkan solusi yang masuk akal perlu dijadikan titik fokus pembelajaran bahkan penilaian. Oleh karena itu, mengingat pentingnya keterampilan berpikir kritis ini, peneliti mencoba untuk memaparkan karakteristik keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran Mata Kuliah Fonologi yang dilaksanakan oleh mahasiswa semester II. Karakteristik ini meliputi soal yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran dan juga hasil evaluasi yang didapatkan. Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan gambaran keterampilan berpikir kritis pada pengaplikasian pembelajaran di kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya keterampilan berpikir kritis mahasiswa ketika mengerjakan soal-sal HOTS (Higher Order Thinking Skills). Kata Kunci: berpikir kritis, evaluasi pembelajaran, HOTS Abstract: Nowadays, critical thinking or better known as critical thinking skills is a topic that is often discussed because it is an absolute ability to have in this millennial era. Especially in the field of education, starting from the elementary school level, secondary school, up to the level of higher education. Education is no longer relevant if it still teaches children with a system of memorizing materials so learning only focuses on remembering it. In fact, what is more important is students understand, analyze, evaluate, or even create various kinds of problem solving from various problems that exist in learning materials. Creativity is very important here. Train children to think critically about something and offer solutions that make sense need to be the focal point of learning and even assessment. Therefore, given the importance of this critical thinking skill, the researcher tries to explain the characteristics of critical thinking skills in the learning of Phonology Courses conducted by the second semester students. These characteristics include the questions used in the evaluation of learning and also the evaluation results obtained. Thus, it is expected to produce a picture of critical thinking skills in the application of learning in the classroom. The results of this study indicate that students' critical thinking skills are still low when working on HOTS (Higher Order Thinking Skills) questions. Keywords: critical thinking, evaluation of learning, HOTS
AbstrakKemampuan berpikir kritis atau critical thinking merupakan salah satu kemampuan yang sangatpenting untuk dikuasai oleh manusia abad 21. Pembelajaran sudah seharusnya diarahkan untukmelatih peserta didik untuk dapat berpikir dengan kritis mengenai suatu masalah. Pembelajaranyang mengajarkan untuk menghafal saja lebih baik mulai diganti dengan menganalisis danmemberikan solusi yang logis. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk mendapatkan datayang berkaitan dengan hasil tes mahasiswa pada Mata Kuliah Psikolinguistik. Tes yang diujikansudah dipersiapkan sedemikian rupa dengan karakteristik yang beragam, mulai dari soal yangberkategori C1, C2, C3, C4, C5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristikketerampilan berpikir kritis mahasiswa masih kurang. Terbukti dari hasil penelitian didapatkanbahwa soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang dikerjakan, sebanyak 57% masih salah,sedangkan 43% sudah dijawab dengan benar. Sementara itu, 57% mahasiswa menjawab soalLOTS (Lower Order Thinking Skills) dengan benar dan 43% mahasiswa menjawab salah.Dalam hal ini, peneliti menggunakan sumber data berupa hasil tes yang sudah dirancang olehpeneliti dengan subjek penelitian atau subjek uji adalah mahasiswa semester ke-4 tahun 2018.Kata Kunci: berpikir kritis, HOTS, LOTS
Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMP dan SMA tahun 2016 di Indonesia adalah langkah awal Pendidikan kita menuju Digitalisasi Teknologi dan Informasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Damapaknya seorang guru benar-benar dituntut profesionalismenya untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang Teknologi untuk mengikuti arus perkembangan teknologi, khusunya dalam menyelenggarakan tes berbasis komputer baik offline maupun online. Tidak semua guru mampu mengembangkan test berbasis komputer untuk digunakan dalam tes atau ujian yang dibuatnya. Test online dipilih karena mampu secara cepat melakukan penilaian dan sekaligus menampilkan nilai perolehan. Sehingga guru lebih cepat mengetahui kemampuan siswa dan segera melakukan perbaikan bagi yang belum berhasil dan memberi penghargaan bagi yang berhasil. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam bidang TIK untuk melaksanakan evaluasi dan penilaian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Dick dan Carry (1996) yang terdiri dari 4 tahap yang dikenal dengan model 4D. Hasil Penelitian adalah produk test online yang valid dan teruji yang dapat di gunakan guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait hakikat wacana pada Matakuliah Wacana Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester V yang sedang menempuh Matakuliah Wacana Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tindakan berupa penerapaan model pembelajaran Think Pair Share. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan tes akhir siklus yang berisi soal sesuai indikator pemahaman konsep. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus pertama, hasil tes menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mendapatkan hasil kurang maksimal. Pemahaman mahasiswa terkait wacana dapat dikatakan masih kurang. Selanjutnya dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran Think Pair Share dengan fokus pada pemantapan konsep terakit hakikat wacana. Pada siklus kedua ini, didapatkan hasil yang menunjukkan peningkatan yang signifikan terkait hasil belajar mahasiswa. Jadi, indikator keberhasilan sudah tercapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share terbukti dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terkait hakikat wacana. Kata Kunci: Wacana Bahasa Indonesia, Think Pair Share
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.