AbstrakKeluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan serta perkembangan anak. Peran dan fungsi keluarga menjadi sangat penting dalam tanggung jawab terhadap pendidikan anak. Pendidikan akan mengembangkan potensi anak menjadi suatu kompetensi, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi pendidikan dalam menanamkan kejujuran, kedisiplinan, dan rasa tanggungjawab sebagai unsur dari karakter. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus memiliki karakter yang kokoh agar mampu mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa untuk menangkal penetrasi budaya asing yang kurang relevan. Setiap keluarga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran anak, kelak dalam mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa sebagai kekuatan dalam setiap aspek pembangunan nasional. Sumberdaya manusia yang berkarakter akan mampu mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa dan memiliki daya saing dalam menghadapi era global.Kata kunci :Keluarga , karakter dan sosial budaya.Manusia secara kodrati terlahir sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai individu memiliki kekhususaan, ciri khas, kepribadian, karakter, yang tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia disebut sebagai makhluk yang unik, karena dari semua individu yang ada di muka bumi ini tidak satupun sama. Dalam kehidupan individu juga harus terjaga keharmonisan sebagai individu yaitu dimulai dari berfikir yang jujur dan benar, berkata yang jujur dan benar, dan berperilaku yang jujur dan benar. Dengan kata lain bahwa kehidupan harmonis bagi seorang individu adalah keseimbangan antara pikiran, perkataan dan tindakan.Manusia tidak dapat hidup terpisah dari manusia lainnya, manusia akan memiliki makna apabila hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Keharmonisan secara individu akan sangat memudahkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Manusia secara kodrati juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial seseorang individu harus hidup berdampingan dengan orang lain, bahkan makhluk hidup lainnya. Kehidupan sosial, seperti berteman, berkeluarga,
The implementation of online learning during the COVID-19 pandemic may affect students’ learning attitude and motivation to some extent. This paper aims to describe the university students’ opinions about learning attitude and motivation while studying from home due to the COVID-19 pandemic in Indonesia. A non-experimental research design was used with an exploratory quantitative method. A total of 238 respondents participated in the online survey from April 22 to 29, 2020. Descriptive statistics was used to analyse the collected data by using SPSS 23. The results showed that 52.5% (n = 125) of the respondent did not enjoy studying from home and 91.5% (n = 218) did not gain as much knowledge as in the traditional mode, although they still had a higher motivation to learn and had a better relationship with their family members. Interesting materials and enjoyable teaching methodology and interaction are therefore suggested. Keywords: Covid-19; studying from home; online learning attitude; learning motivation
Abdimas ini dilakukan dalam bentuk pendampingan dalam rangka mempraktikkan PHBS anak usia Dini di lingkungan Sekolah Pos PAUD Terpadu Melati. Aktivitas yang dilaksanakan oleh siswa usia dini Pos-PAUD terpadu Melati di antaranya, pengenalan makanan sehat gizi seimbang; cuci tangan dengan memakai sabun; pengenalan pengelolaan sampah, kebersihan rumah; pengenalan vektor penyakit yang disebabkan oleh serangga (lalat, kecoa, serta tikus). Ada pun pengenalan materi-materi tersebut dilaksanakan dengan metode cerita dan bermain peran (role playing) disertai dengan gambar-gambar menarik. Hasil kegiatan memperlihatkan hasil pemahaman yang cukup baik, yang ditunjukkan dengan hasil: 7 anak (18%) berani bercerita tentang pengalaman yang pernah dilakukan tentang membersihkan lingkungan rumahnya. Ada 5 anak (14%) yang berani bercerita tentang membuang sampah di tempat pembuangan sampah, dan pembasmian vektor serangga. Ada 10 anak (26%) yang berani menyatakan menu makanan gizi seimbang yang harus dimakan, serta ada Ada sejumlah 30 anak (78%) yang berani bermain olah raga sendiri tanpa meminta pertolongan orang tuanya.
Salah satu cara membangun citra positif eks lokalisasi Dolly adalah dengan mempromosikannya sebagai kampung wisata edukasi. Upaya mempromosikan kampung wisata membutuhkan peran dan keterlibatan kelompok pemuda karang taruna. Mereka diharapkan dapat berperan sebagai agen promosi dan pengelola bisnis perjalanan wisata Dolly. Oleh karena itu, pelatihan peningkatan kapasitas dilakukan agar karang taruna memiliki persiapan dalam mengelola bisnis perjalanan wisata. Konsep pelatihan bersifat andragogi, bertujuan memberi gambaran dan pengalaman nyata dalam mengonsep, mengelola, dan memandu kawasan wisata Dolly. Pelatihan dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: pertama, kegiatan pelatihan memandu dan mengelola bisnis perjalanan wisata Dolly. Kegiatan kedua berupa praktik perjalanan wisata Dolly. Luaran pengabdian berupa modul pelatihan Mengelola dan Memandu Bisnis Perjalanan Wisata Dolly. Hasil kegiatan pengabdian yaitu (1) peserta mampu mengidentifikasi potensi wisata di Dolly, (2) peserta mampu menyusun konsep perjalanan wisata Dolly, (3) peserta mampu mengelola perjalanan wisata, dan (4) peserta mampu menyusun konsep pengembangan kawasan wisata Dolly. Konsep pengembangan kawasan wisata Dolly berupa kampung tematik "Kampung Bunga dan Toga", "Kampung Mural Batik", "Kampung Kostum", "Kampung Literasi", dan "Kampung IT" yang rencananya akan ditawarkan kepada pihak swasta agar dapat direalisasikan. Oleh karena itu, pendampingan lanjutan pengembangan, pengelolaan, dan promosi kawasan wisata Dolly masih dibutuhkan hingga tahun berikutnya.
Since emotional intelligence receives much attention in the context of academic success and intellectual humility is frequently studied in the context of career path, research concerning the relationship between emotional intelligence and intellectual humility on academic achievement is a necessity. This study aims to investigate that relationship while contributing to higher education on the insight to an employable graduate. The quantitative approach was implemented as the research framework by applying independent t-test and multiple regression in the first and second phases respectively. We found that the total score of intellectual humility and emotional intelligence for students (male and female) in the first year have a significant effect, while only the total score of intellectual humility among male in the second year has a significant effect on GPA (n = 531). Acknowledging academic achievement is an important variable in student’s academic process and intellectual humility to continuously plan, adapt, adjust, and evaluate their set of competencies, while simultaneously their engagement in a non-academic activity should be fostered. Besides, we suggest a mentor programme on both career and academic dimensions to make them enjoy and comfortable during their educational process. An understanding of IH during the educational process is impossible without serious attention to emotion, including the religious dimension.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.