The general purpose of this study is to increase knowledge in the form of academic studies of the 2019 Jawa Pos newspaper political cartoon, and its specific purpose is to describe the denotation, connotation, myth and visual ideology of the Sunday edition of the Jawa Pos newspaper political cartoon in the sketch rubric. This study used a qualitative design. Everything related to the 2019 Jawa Pos newspaper political cartoon will be described qualitatively. The qualitative step taken was to collect, filter and analyze data to produce descriptive data in the form of words and notes related to its meaning. The research sample is the political cartoon of the January 13 and March 10 2019 edition of the Jawa Pos Newspaper. The results showed that visually, politicians occupy the top position in the drawing room. The size of the depiction was made much larger than that of the other public figures. Meanwhile, voter community figures were depicted as occupying a space position at the bottom. The depiction only showed half of the body, namely from the head to the waist. The meaning that is born from each image is determined in part by the meanings of other texts which appear to be the same. This is what is called intertextuality. Cartoonists and readers have carefully gathered various texts on politicians and voters to see the power of ideology with the intertextuality of various other texts / images.
Karya seni musik khususnya musik karawitan tercipta dari ide kreatif para seniman, ide penciptaan sebuah karya dapat muncul dari beberapa fenomena diantaranya fenomena alam, fenomena kehidupan, maupun fenomena musikal. Sebagian besar ide muncul dari fenomena alam dan fenomena kehidupan namun tidak menutup kemungkinan terciptanya suatu karya seni musik karawitan dapat muncul dari fenomena musikal. Hal ini menggugah penulis untuk menciptakan sebuah karya yang bertujuan memfokuskan pada fenomena musikal yang terdapat dalam karya yang berjudul “Ngakit” sehingga dapat memberikan sentuhan kreatifitas dalam musik karawitan. Metode yang digunakan dalam karya ini adalah metode penciptaan oleh I Wayan Beratha yang terdiri dari proses nguping, menahin, dan ngalusin dengan menambahkan metode ngungkap rasa untuk penghayatan pada setiap bagian lagu. Karya “Ngakit” direalisasikan dengan menggunakan media Gamelan Jegog dengan teknik musikal Kotekan dan teknik khas dari Jegog yaitu teknik Nyelangkit, kedua teknik musikal tersebut diolah sedemikian rupa sehingga membentuk pola musikal baru yang penulis sebut dengan istilah “Ngakit”.
Mutusake merupakan penggambaran fenomena putusnya ekor cicak yang masih dapat bergerak walaupun sudah terlepas dari badannya. Fenomena tersebut diinterpretasikan melalui sebuah karya karawitan bermedia gamelan Gender Wayang dan Selonding. Adapun permasalahan yang dibahas adalah bagaimana cara mengembangkan pola - pola gending Gender Wayang Cecek Megelut untuk membentuk pola yang baru. Karya ini menggunakan metode penciptaan yang dirancang oleh I Wayan Rai, S dengan enam tahapan yaitu modal pokok, kreatif, pemahaman budaya lokal, konsep, doa, dan proses mewujudkan karya seni. Hasil dan pembahasan, karya Mutusake terdiri dari empat bagian yaitu bagian pertama merupakan pengembangan dari gending Gender Wayang Cecek Megelut, bagian kedua pada karya ini menggambarkan gerak - gerik cicak, bagian ketiga yaitu penggambaran aksi gelut / kejar - kejaran yang dilakukan oleh cicak dan musuhnya dan bagian keempat, menggambarkan ekor cicak yang bergerak lincah walaupun sudah terlepas dari badannya. Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu teknik - teknik permainan yang terdapat dalam karya ini dapat digunakan sebagai acuan untuk berkarya selanjutnya. AbstractMutusake: An Interpretation of the Breakup of the Lizard Tail in a Karawitan Musical Work. Mutusake describes a lizard tail breaking off, which can still move even though it has been separated from its body. This phenomenon is interpreted through this musical work using the gamelan Gender Wayang and gamelan Selonding. The problem that will be discussed is how to develop the patterns of gending Gender Wayang Cecek Megelut to form a new pattern. This work uses the creation method I Wayan Rai, S designed with six stages: essential capital, creativity, understanding of local culture, concepts, prayers, and the process of creating works of art. Accordingly, Mutusake consists of four parts. The first part develops motives from the traditional Gender Wayang piece Cecek Megelut. The second part of this work imitates the movements of lizards. The third part depicts the action of the struggle/chase - the pursuit carried out by the lizard and its enemies. The fourth part describes a lizard's tail that moves nimbly even though it has been separated from its body. The game techniques in this work can be used as a reference for further work.Keywords: cecek megelut; gending; gender wayang; mutusake; selonding
Budaya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yang kemudian disebut dengan HKI bidang Hak Cipta pada ciptaan seni sebagai bentuk kesadaran akan nilai moral dan ekonomis yang perlu diselamatkan oleh seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa seniman akademik ( dosen ) telah melindungi karya ciptaan seni seperti dalam bentuk video tarian, e-book, dan seni lukis dengan Hak Cipta. Namun dalam proses pendaftaran masih banyak yang mengalami kesulitan dalam perlindungan karya ciptaannya. Fokus pembahasan adalah bagaimana mengoptimalisasikan dan membangun kesadaran untuk melindungi ciptaan para seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar ?. Tujuan penelitian: mengoptimalisasikan dan membangun kesadaran menjadi sebuah budaya untuk melindungi ciptaan para seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif, yuridis empiris dengan sumber data dari Undang - undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 dan jurnal. Pengambilan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Temuan: perlu adanya sosialisasi, seminar workshop terkait dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI ) bidang Hak Cipta.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.