Our lifestyle and work patterns are undergoing changes. One of them is the implementation of the Work From Home (WFH) system which is triggered by the spread of the Covid-19 pandemic that is sweeping the world. WFH was considered as one of the most effective steps to reduce the spread of the pandemic. However, WFH also has shortcomings which cannot facilitate the work process optimally, both physically and psychologically. In this day and age, the boundaries between working and living are slowly fading away and are no longer distinctly separate. Work or live activities no longer require their respective spaces, but can also be done in the same space. In connection with the concept of future dwelling, the public-private blurring character can be an important point that is fit with the characteristics of future residents (millennial generation workers) who are more concerned with quality than quantity of space. The method used is a qualitative descriptive analysis method which goes through several stages starting with the identification of issues, the search for theory and literacy, data analysis, and the formation of design concepts. This project is designed as a form of a new typology of work, based on the characteristics of Work, Play & Live that specially designed for the millenials. The Co- Dwell is a cooperative communal housing project that can accommodate and facilitate creative digital workers, who also develop along with the booming gig economy trend. This project is designed to become an embryo for the development of future work-live facilities. Keywords: blurring public-private; new work-live typology; WFH; Work-Play-Live AbstrakPola hidup dan pola bekerja kita sekarang ini telah mengalami perubahan. Salah satunya adalah penerapan sistem Work From Home (WFH) yang dipicu oleh adanya penyebaran pandemi Covid-19 yang melanda dunia. WFH dinilai sebagai salah satu langkah paling efektif untuk menekan penyebaran pandemi. Namun, WFH juga memiliki kekurangan seperti tidak dapat memfasilitasi proses bekerja secara maksimal, baik secara fisik maupun psikologi. Pada masa sekarang ini, batasan antara bekerja dan berhuni perlahan memudar dan tidak lagi nyata terpisah. Kegiatan bekerja maupun berhuni tidak lagi membutuhkan ruang tersendiri, namun bisa juga dilakukan dalam satu ruang yang sama. Berhubungan dengan konsep berhuni masa depan, karakter blurring public-private ini bisa menjadi poin penting yang dianggap sesuai dengan karakteristik penghuni masa depan (generasi milenial) yang lebih mementingkan kualitas dibanding kuantitas ruang. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif yang melalui beberapa tahap dimulai dengan identifikasi isu, pencarian teori dan literasi, analisis data, serta pembentukan konsep perancangan. Proyek ini dirancang sebagai bentuk tipologi baru berhuni-bekerja dengan dasar karakteristik Work, Play & Live yang dirancang khusus bagi pekerja generasi masa depan. The Co-Dwell merupakan suatu proyek hunian komunal kooperatif yang dapat menampung dan memfasilitasi kebutuhan khususnya para pekerja digital kreatif yang ikut berkembang seiring dengan maraknya tren gig economy. Proyek ini dirancang bertujuan untuk menjadi embrio bagi perkembangan fasilitas berhuni-bekerja masa depan.
Jakarta is a city with a very high population density. Every year the population in Jakarta increases by around 88 thousand people according to the Central Statistics Agency for the Special Capital Region of Jakarta in 2020. This is partly due to the high level of urbanization. The high urbanization resulted in the increasing demand for housing. However, the limited amount of land has resulted in higher land prices while the purchasing power of most people for housing in Jakarta has decreased and has led to the emergence of slums. The bad impact of living in slums is the weakening in the quality of health which has a direct impact on the weakening in the standard of living of its inhabitants. Therefore, it is needed flats that not only deal with the problem of slum settlements but also deal with health and economic problems of the residents of the flats so that the standard of living of the community is increasing and has a healthy living environment. The concept of this project is housing that is able to accommodate the lives of Low-Income Communities. This project is a new solution for livable housing that is able to improve the welfare of Low-Income Communities through the main housing program as well as supporting programs for planting areas and independent markets. Residents are expected to be able to live and work in a healthy environment. The design approach uses "Rethinking Typology" which pays attention to aspects of spatial form/configuration, function, and image in a dwelling and the relationship between concepts and program contexts in buildings. Keywords: housing; rethinking typology; slum settlement AbstrakJakarta merupakan kota dengan tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi. Setiap tahun penduduk di Jakarta bertambah sekitar 88 ribu jiwa menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun 2020. Hal ini antara lain disebabkan tingkat urbanisasi yang tinggi. Tingginya urbanisasi mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan perumahan. Namun jumlah lahan yang terbatas mengakibatkan harga lahan semakin tinggi sementara kemampuan daya beli sebagian besar masyarakat untuk hunian di Jakarta semakin menurun dan menjadikan timbulnya permukiman kumuh. Dampak buruk dari bermukim di permukiman kumuh adalah menurunnya kualitas kesehatan yang berdampak langsung pada turunnya taraf kehidupan penghuninya. Oleh karena itu dibutuhkan hunian susun yang bukan hanya menangani masalah permukiman kumuh tetapi juga menangani masalah kesehatan dan perekonomian para penghuni rumah susun tersebut agar taraf kehidupan masyarakat semakin meningkat dan mempunyai lingkungan hidup yang sehat. Konsep proyek ini adalah hunian yang mampu mengakomodasi kehidupan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Proyek ini adalah solusi baru hunian layak huni yang mampu meningkatkan kesejahteraan MBR melalui program utama hunian serta program pendukung area tanam dan pasar mandiri. Penghuni diharapkan dapat bermukim sekaligus bekerja di dalam lingkungan yang sehat. Pendekatan perancangan menggunakan “Rethinking Typology” yang memperhatikan aspek bentuk/konfigurasi spasial, fungsi dan citra dalam suatu hunian dan hubungan antara konsep dan konteks program dalam bangunan.
Parks initially had two functions, an ecological function or green open space and a passive social function. But along with the changes in the types and patterns of activities and lifestyles, and also because of limited land, a park no longer only bears these two functions but will be empowered to become a park with a variety of interactive community functions. For this reason, the DKI Jakarta Provincial Government has decided to develop a public space that functions more than just green space, called the RPTRA (Child Friendly Integrated Public Space). The addition of the concept of child-friendly is a form of government commitment to improve the quality of life of the community, especially families and children. This paper is the result of a study in the context of carrying out community engagement activities with the target of improving reading park facilities in the Abdi Praja RPTRA, Pesanggrahan Village, South Jakarta. The method of implementation refers to a participatory approach, by exploring the perceived problems of Partners, the views of citizens, hopes for the existence of the current Abdi Praja RPTRA, to then be identified and sought a joint solution to overcome the existing problems. This activity resulted in the addition of collections, education to children in RPTRA in the form of training in coloring and puzzle making. In addition, the provision of workshops can make RPTRA closer and beneficial for visitors of childhood. The addition of an interesting collection of books also the addition of educational children's educational tools in the form of puzzles made by children in fact makes the park more often visited and used as its functionABSTRAK:Taman pada awalnya memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekologis atau ruang terbuka hijau dan fungsi sosial yang bersifat pasif. Namun seiring dengan adanya perubahan jenis dan pola aktivitas serta gaya hidup, dan juga karena adanya keterbatasan lahan, maka sebuah taman tidak lagi hanya menyandang dua fungsi tersebut namun akan diberdayakan menjadi sebuah taman dengan fungsi komunitas interaktif ragam fungsi. Untuk itu Pemprov DKI Jakarta memutuskan mengembangkan ruang publik yang berfungsi lebih dari sekedar RTH, dengan sebutan RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak). Penambahan konsep ramah anak merupakan wujud komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya keluarga dan anak. Tulisan ini merupakan hasil kajian dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan target peningkatan fasilitas taman baca di RPTRA Abdi Praja, Kelurahan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Metode pelaksanaannya mengacu pada pendekatan partisipatif, dengan menggali permasalahan Mitra yang dirasakan, pandangan warga, harapan terhadap keberadaan RPTRA Abdi Praja saat ini, untuk kemudian diidentifasi dan dicarikan solusi bersama untuk mengatasi persoalan yang ada. Kegiatan ini menghasilkan penambahan koleksi, edukasi kepada anak-anak di RPTRA berupa pelatihan proses mewarnai dan pembuatan puzzle. Selain itu pengadaan workshop dapat membuat RPTRA menjadi lebih dekat serta bermanfaat bagi pengunjung usia kanak-kanak. Penambahan koleksi buku yang menarik juga penambahan alat permaianan anak edukatif berupa puzzle yang dibuat sendiri oleh anak-anak secara nyata membuat taman baca lebih sering dikunjungi dan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya
Pegadungan area, West Jakarta is a housing settlement. As a residential area, this area has several educational facilities (schools). But to be able to grow and develop, other facilities are needed such as the development of talent in certain fields that can be visited after school hours. Thus the activities of children after school can be contained positively. At this time the deepening of talent and skills in an academic and non-academic field is one of the important factors in children's development. Besides, Pegadungan Village also has people who are professionals as traders and employees. Where most of the offices in Jakarta are located in the center of the city that has very heavy traffic, the people who work as employees also need a place to take a break from the office world. Through questionnaire methods and theories from the book "The Rise of the Creative Class, Revisited" by Richard Florida, it is known that Pegadungan Village needs a place for refreshing and deepening talent in the arts as well as the development of SMEs. So that with the Project Architecture as The Third place with Development of Interest Activity is expected to be a container that produces creative products from people in Pegadungan Village. Keywords: After school Activity; After School life; Creative; Development of interest; RefreshingAbstrakKelurahan Pegadungan adalah kelurahan dengan zonasi perumahan. Sebagai suatu kawasan perumahan, kelurahan ini memiliki fasilitas pendidikan (sekolah) yang cukup banyak. Namun untuk dapat bertumbuh dan berkembang, diperlukan fasilitas lain seperti pendalaman bakat pada bidang tertentu yang dapat di kunjungi seusai jam sekolah agar aktivitas anak di luar jam sekolah dapat terwadahi dengan positif. Pada saat ini pendalaman bakat dan ketrampilan pada suatu bidang baik dalam akademis maupun non-akademis menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan anak. Selain itu, Sebagian penduduk merupakan orang-orang dengan profesi sebagai pedagang juga karyawan yang membutuhkan tempat untuk rehat sejenak dari dunia perkantoran. Melalui metode kuisioner dan teori dari buku “The Rise Of The Creative Class, Revisited” by Richard Florida diketahui bahwa Kelurahan Pegadungan membutuhkan tempat untuk refreshing dan pendalaman bakat pada bidang kesenian juga pengembangan UKM. Sehingga dengan adanya Project Third Place Architecture dengan mengangkat aktivitas pendalaman bakat pada suatu bidang diharapkan dapat menjadi wadah yang menghasilkan produk-produk kreatif dari penduduk di Kelurahan Pegadungan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.