ABSTRAKPenyakit degeneratif disebabkan karena antioksidan yang ada di dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas, sehingga perlu adanya antioksidan dari luar untuk menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun kelengkeng dibandingkan dengan kuersetin. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun kelengkeng menggunakan metode penangkapan radikal 2,2'-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) dan kuersetin sebagai pembanding. Data diolah menggunakan persamaan regresi linier untuk memperoleh nilai ES 50 (konsentrasi yang efektif untuk menangkap radikal bebas DPPH sebanyak 50 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak metanol, dan pembanding kuersetin maka semakin besar pula persen penangkapan radikal bebas DPPH. Dari hasil perhitungan potensi antioksidan diperoleh nilai ES 50 ekstrak metanol dan kuersetin masing-masing sebesar 40,32 dan 2,48 µg/ml. Kata kunci: daun kelengkeng, Euphoria longan (L) Steud., antioksidan, DPPH, 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
ABSTRACTThe degenerative diseases is caused by endogenous antioxidant cannot neutraliced from increased concentration of free radicals, therefore it is necessary to consume antioxidant from the outside ofbody for neutralizing and destroying free radicals. The aim of this research is to evaluate the antioxidant activity of methanolic extract of longan leaves. The experiment of antioxidant activity from extract longan leaves uses the scavenging assay using 2,2'-diphenyl-1-pycrylhydrazyl (DPPH) method and quersetin as positive control. The analytical result is processed using linear regression methode in order to get ES 50 value. The results of research showed that theincreasing concentration of methanolic extract, and quercetin causes the higher percentage of DPPH radical scavenging. The ES 50 values of methanolic extract and quercetin obtained are 40.32 µg/ml and 2.48 µg/ml respectively.
Posyandu merupakan wadah yang dapat digunakan untuk upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan baik gizi, kesehatan ibu dan anak, Pola hidup bersih sehat, imunisasi dan sebagainya. Lewat model penimbangan dan pemantauan gizi tiap bulan juga dapat dijadikan sebagai alat surveilans gizi yang tujuan akhirnya adalah upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi balita. Jika pelaksanaan Posyandu baik maka target pragram akan terpenuhi, akan tetapi jika pelaksanaan posyandu kurang lancar maka target tidak akan bisa terpenuhi. Dalam praktek di masyarakat pelaksanaan Posyandu masih mengalami beberapa kendala antara lain kemampuan kader yang masih kurang dalam kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan pengabdian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam pengukuran dan penimbangan balita serta status gizi ibu dan balita. Perlu juga peningkatan kemampuan penyuluhan kader, mengingat keterbatasan tenaga penyuluh di puskesmas Depok 3. Hal ini berimplikasi pada penanganan permasalahan kesehatan ibu dan balita lebih cepat. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu dengan pemberian kegiatan pelatihan-pelatihan untuk peningkatan skill kader Posyandu disertai dengan mengadakan lomba penyuluhan kepada masyarakat dan pemberian hadiah berupa ung pembinaan untuk melengkapi melengkapi sarana pra sarana yang menunjang kegiatan Posyandu. Melalui kegiatan ini diharapkan peran Posyandu sebagai ujung tombak pemantauan status gizi di masyarakat dapat lebih optimal. Hasil dari kegiatan ini meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan metode ang lebih menarik sehingga meningkatkan kepercayaan diri kader untuk bisa berbagi kepada masyarakat tentang kesehatan. Pelatihan ini meluas karena juga diberikan kepada kader posyandu lansia dan juga posbindu.
Objective: Misuse of rat meat as food worried people. Rat meat can come from research waste; one of the rats used in the research was the Sprague Dawley. Analysis of rat meat in food can be done using fat. The aim of this study was to authenticate rat fat with GC-MS combined with chemometrics.
Methods: The meat of Sprague Dawley rats, wild boar, goats, cow, and processed meatballs was put in the oven at 90-100 °C for±one hour, then derivatized with BF3 and NaOH in methanol to get the methyl ester for injected in GC-MS instrument. The results obtained were in the form of chromatograms and spectrograms. The data was processed using Principal Component Analysis (PCA) to grouping rat's meat with others (wild boars, goats, cows, and processed meatballs).
Results: Rat meat fatty acid analysis results with GC-MS were obtained oleate (43.32±1.43)%, linolenate (32.24±1.46)%, palmitate (19.75±0.09)%, palmitoleate (1.14±0.06)%, stearate (0.26±0.01)%, myristate(0.18±0.01)%, margarate (0.15±0.02)%, and pentadecanoate (0.14±0.01)%. The PCA chemometrics results showed that rat meats had scores that close to cows, which meant they had similar fatty acid composition.
Conclusion: The GC-MS method, combined with PCA chemometrics, tested rat fat with other animals and processed meatballs samples on the market.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.