Distruptif teknologi yang ada di era Industri 4.0 ternyata tidak hanya berdampak pada dunia indstri dan usaha, tetapi juga bagi sektor pemerintahan maupun maupun warganya. Saat ini Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan inovasi digital berbasis e-government mulai dari sistem pengelolaan keuangan daerah, e-sdm, e-monitoring, e-education, e-office, media center hingga sistem pelayanan publik terpadu seperti e-lampid, e-health dan SSW. Namun, perkembangan inovasi digital tersebut perlu memperhatikan tidak hanya dari aspek manfaat nya saja, melainkan perlu dikaji dan diantisipasi dampak negative yang timbul dari adanya disuptif inovasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan tingkat disuptif teknologi e-government terhadap pelayanan publik tradisional masyarakat Surabaya di tengah maraknya perkembangan industi digital 4.0. Peneliti menggunakan metode penelitian melalui pendekatan deskriptif, kausatif, dan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden menggunakan teknik non probability sampling dengan memilih objek e-Lampid, e-Health dan SSW sebagai salah satu e-government yang ada di Surabaya. Manfaat dari penelitian ini nantinya mampu menjadi reffrensi dan rekomendasi bagi Pemerintah Kota Surabaya agar tetap memperhatikan warga maupun pegawai pemerintahannya supaya tidak terkena dampak negatif dari adanya disruptif teknologi tersebut.
A project cannot be separated with the name of the risk, not the exception to the abstract information technology projects, and can only be perceived benefits in the long term. So, it becomes a very important thing to manage risk properly so helpful to the success of the project. In this paper, we contribute to the model in analyzing the priorities of risk to the project E-Government to adopt the model of risk assessment using RIPC4 and Analytic Hierarchy Process (AHP) in assessing the risk, so it can know which risks a priority to perform the procedure changes in the implementation of e-government based on the strategy used in the process of change management.
Saat ini, penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) semakin hari semakin menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kota Surabaya. Data per 7 Mei 2020 di Kota Surabaya, total ODP (Orang Dalam Pemantau) kumulatif sekitar 2.881 orang, total PDP (Pasien Dalam Pengawasan) kumulatif sekitar 1.461 orang, kumulatif orang terkena COVID-19 sekitar 592 orang. Kumulatif data orang sembuh dari COVID-19 sekitar 91 orang dan kumulatif data orang meninggal karena COVID-19 sekitar 78 orang. Jumlah data tersebut semakin meningkat dengan adanya ditemukan klaster baru COVID-19 dari PT HM Sampoerna, Rungkut 2 Surabaya. Salah satu upaya dalam mencegah penyebaran COVID-19 adalah tetap tinggal di rumah dan menggunakan masker serta sarung tangan bila ada aktivitas di luar rumah. Saat ini, masker dibutuhkan semua orang, termasuk penyandang tunarungu. Permasalahan yang terjadi adalah masker tersebut menutup bagian bibir, dikarenakan bagian bibir tersebut digunakan penyandang tunarungu dalam berkomunikasi. Mitra dari kegiatan pengabdian masyarakat adalah komunitas penyandang tunarungu yang berada di Kota Surabaya. Metode yang digunakan tim pengabdian adalah membuatkan masker khusus bagi penyandang tunarungu dengan memodifikasi masker bagian bibir, sehingga dapat terlihat dalam berkomunikasi. Hasil dari kegiatan pengabdian adalah tim pengabdian membagikan masker secara gratis bagi komunitas penyandang tunarungu di Kota Surabaya
IGraciass is an integrated academic and non-academic management information system from the Telkom Education Foundation (YPT). Based on the vision and mission, the strategy and tagline of the Telkom Education Foundation is "The Leader of ICT Education Provider" and the spirit of digital transformation for Indonesia, I-Graciass must be adopted and implemented in all higher education institutions (lemdikti) under the auspices. The YPT. However, the facts on the ground the adoption and implementation process of I[1]Graciass in each of these higher education institutions are not easy matters. Many features, ease of use of technology and the system interface needed to access the system are important factors in the success of the system. For this reason, this research was conducted with the aim of facilitating the adoption process of IGraciass in all higher education institutions of the Telkom Education Foundation (YPT) according to the respective needs of the educational institutions under the auspices of YPT. This research was carried out using the mixing method both qualitatively and quantitatively, then the researcher also developed a qualitative research instrument to conduct a survey of the users to determine which channels were effective in the process of transferring knowledge. The results show that to minimize the risk of failure in adopting a knowledge management system, companies need to select a system based on the functional, non-functional and transition requirements for the system, as well as the strength and capacity of the organization.
ABSTRAK IGraciass merupakan sistem informasi manajemen akademik dan nonakademik terintegrasi dari Yayasan Pendidikan Telkom (YPT). Berdasarkan visi dan misi, strategi dan tagline dari Yayasan Pendidikan Telkom adalah “The Leader of ICT Education Provider” serta semangat transformasi digital untuk Indonesia, maka I-Graciass wajib di adopsi dan diimplementasikan di seluruh lembaga pendidikan tinggi (lemdikti) yang ada di bawah nauangan YPT tersebut. Namun, fakta di lapangan proses adopsi dan implementasi I-Graciass di masing-masing lembaga pendidikan tinggi tersebut bukan perihal yang mudah. Fitur yang banyak, kemudahan menggunakan teknologi serta Sistem Interface yang diperlukan untuk mengakses sistem merupakan faktor penting dalam keberhasilan sistem. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar memudahkan proses adopsi IGraciass di seluruh lembaga pendidikan tinggi Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) sesuai dengan kebutuhan masing-masing dari lembaga pendidikan dibawah naungan YPT. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode mixing method baik secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian peneliti juga menyusun instrumen penelitian kualitatif untuk melakukan survey terhadap pihak pengguna untuk mengetahui saluran (channel) yang efektif dalam melakukan proses transfer knowledge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meminimalkan risiko kegagalan dalam mengadopsi sistem knowledge management system, perusahaan perlu memilih sistem berdasarkan persyaratan fungsional, non-fungsional dan transisi untuk sistem, serta kekuatan dan kapasitas organisasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.