ABSTRAKKabupaten Mukomuko berada di Provinsi Bengkulu yang mempunyai wilayah pesisir dengan panjang garis pantai ± 98, 218 km. Dinamika alam yang terjadi pada beberapa tahun terakhir, seperti halnya perubahan iklim dan tekanan dari manusia yang makin parah memberi dampak yang nyata terhadap kondisi wilayah pesisir. Fenomena yang dijumpai adalah terjadinya kerusakan diwilayah pesisir yang semakin cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi kerusakan yang terjadi disepanjang wilayah pesisir Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu dan memetakan lokasi wialayah pesisir yang sudah rusak. Penelitian ini dilakukan selama 15 hari pada bulan Oktober 2014. Penelitian dilakukan dengan metode survei yang meliputi kegiatan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi kondisi kerusakan wilayah pesisir. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Untuk mengindentifikasi kerusakan wilayah pesisir digunakan analisis Indeks Kerentanan Pantai (IKP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 lokasi kerusakan wilayah pesisir di Kabupaten Mukomuko dengan IKP secara berturut-turut yaitu Pantai Air Hitam-TWA (IKP=12), Pantai Air Rami (IKP=13,9), Rawa Bangun (IKP=14,7), Pantai Retak Ilir (IKP=17), Hutan Suaka Alam Mukomuko (IKP=19,6), Pantai Desa Air Dikit (IKP=19,6), Desa Pasar Bantal (IKP=24), Pantai Desa Air Buluh (IKP=22,6), dan Pantai Pasar Ipuh (IKP=55,1). Nilai IKP yang tertinggi adalah 55,1 dan yang terendah adalah 12. Wilayah pesisir Kabupaten Mukomuko secara umum sudah mengalami degradasi. Penyebab degradasi antara lain adalah rusaknya hutan pantai, alih fungsi lahan, abrasi, perubahan morfologi pantai dan pembangunan fisik.
Sea cucumbers is fisheries commodities that have high prices and for a long time ago have been used as natural medicine. In the world market, sea cucumbers sell as dried sea cucumbers (beche-de-mer). Indonesia is the biggest exporter of dried sea cucumbers in the world. Unfortunately, the selling prices was lower than other countries because of the poor quality (caused by bad processing). The aim of this study is to learn about dried sea cucumbers's processing and determine its quality. Sand sea cucumbers (Holothuria scabra) was used as the object of this research. Processing of dried sea cucumbers based on modified method of Sasongko (2015). Dried sea cucumbers then analyze for proximate contents (water, ash and protein content) and compares it with SNI . The result shows that dried sea cucumbers have a good quality, based on visual looks and proximate contents. Water content of dried sea cucumbers is 7,3%; ash content 9,8% and protein content 79,59% with rock hard's texture and dark colour. keywords : quality, processing, dried sea cucumbers ABSTRAKTeripang merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi dan telah digunakan sejak lama sebagai obat-obatan alami. Di pasar dunia, umumnya teripang dipasarkan dalam bentuk kering. Indonesia merupakan negara pengekspor teripang terbesar di dunia. Tetapi, nilai jualnya lebih rendah dibanding negara lain karena mutu yang rendah sebagai hasil proses pengolahan yang kurang baik. Untuk itu, perlu dilakukan studi mengenai proses pengolahan teripang kering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pengolahan teripang kering serta menentukan mutu teripang kering yang dihasilkan. Teripang segar yang digunakan adalah jenis teripang pasir (Holothuria scabra). Proses pengolahan mengacu pada metode Sasongko (2015) yang dimodifikasi. Teripang kering yang dihasilkan dianalisis proksimat (kadar air, abu dan protein) dan hasilnya dibandingkan dengan SNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teripang kering memiliki kualitas yang bagus, dilihat dari kenampakan visual dan kandungan proksimatnya. Kadar air teripang kering 7,3%; kadar abu 9,8% dan kadar protein 79,59% dengan tekstur yang keras seperti batu dan warna hitam merata. kata kunci : mutu, pengolahan, teripang kering
ABSTRAKPukat payang merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan nelayan Pantai Malabero. Alat tangkap ini masih digunakan meskipun menghasilkan keuntungan yang kecil dikarekan biaya operasional yang besar dah hasil tangkapan yang sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat kelayakan usaha penangkapan dengan alat tangkap payang (Seine Net). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumentasi) dan metode analisis data (analisis aspek teknis dan analisis aspek finansial). Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan acuan bagi pihak-pihak yang akan mengembangkan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap payang di pantai Malabero khususnya dan di Kota Bengkulu umumnya. Hasil analisis finansial usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap Payang di Pantai Malabero Kota Bengkulu adalah Nilai NPV 0 (Rp 147.448.741-), Net B/C ratio 1 (3,2), IRR 19,25% (35,48%) dan PP 10 tahun (1,0 tahun), maka usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap payang di Pantai Malabero Kota Bengkulu layak untuk dikembangkan secara finansial.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan garis pantai Kota Bengkulu dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat, berdasarkan data multi temporal dengan teknik analisa visual dan digital antara tahun 2006 sampai tahun 2015. Garis pantai adalah batas antara daratan dan lautan yang mempunyai bentuk bervariasi dan dapat berubah dari musim ke musim. Tujuan dari penelitian ini untuk mempermudah dalam memantau perubahan garis pantai Kota Bengkulu dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat-TM, Landsat-7 ETM+ dan Landsat-8 OLI selama 10 tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2015. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan digitasi dan tumpang susun (overlay) data citra sehingga diperoleh data perubahan garis pantai, serta pengamatan lapangan sebagai verifikasi hasil. Dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata luas perubahan garis pantai Kota Bengkulu mengalami abrasi sebesar 19,41 hektar/tahun dan rata-rata luas perubahan garis pantai Kota Bengkulu yang mengalami sedimentasi sebesar 18,7 hektar/tahun. Adapun daerah yang mengalami perubahan garis pantai setiap tahunnya yaitu Muara Sungai Hitam, Muara Kualo, Muara Sungai Jenggalu dan Pelabuhan Pulau Baai. Perubahan Garis Pantai Kota Bengkulu dapat terjadi karena adanya faktor alamiah dan faktor manusia (Antropogenik).
Kota Bengkulu adalah ibukota dari Provinsi Bengkulu yang mempunyai wilayah pesisir dengan panjang garis pantai hanya ± 17,22 km. Wilayah pesisir Kota Bengkulu memanjang dari Sungai Hitam di Kecamatan Muara Bangkahulu hingga Pulau Baai di Kecamatan Kampung Melayu. Kondisi wilayah pesisir Kota Bengkulu di beberapa tempat juga sudah mengalami degradasi, baik yang disebabkan oleh dinamika alam maupun karena pengaruh dari intervensi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi kerusakan yang terjadi disepanjang wilayah pesisir Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan memetakan lokasi wilayah pesisir yang mengalamai kerusakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Kegiatan penelitian ini meliputi observasi lapang, wawancara dan pengambilan dokumentasi kerusakan yang terjadi sepanjang wilayah pesisir Kota Bengkulu. Analisis data untuk identifikasi kerusakan wilayah pesisir dilakukan secara statistik deskriptif. Hasil perhitungan Indeks Kerentanan Pantai (IKP), menunjukkan bahwa ada 14 lokasi kerusakan wilayah pesisir yang ditemukan di Kota Bengkulu, dengan nilai IKP secara berturut-turut yaitu Pantai Pondok Besi (8,9); Pantai Jembatan Sungai Bangkahulu (12,6); Pantai Pasar Bengkulu (12,6); Pantai Teluk Sepang (13,4); Pantai Sungai Hitam (17,9); Pantai Muara Sungai Bangkahulu (17,9); Pantai Jakat (17,9); Pantai Malabero (17,9); Pantai Sumur Melelh (17,9); Pantai Samudera Ujung (19,0); Pantai Panjang (19,6); Pantai Sumber Jaya (26,8); Muara Lempuing (28,3) dan pantai Pasir Putih (34,6). Secara umum wilayah pesisir Kota Bengkulu sudah mengalami degradasi. Kerusakan wilayah pesisir paling parah ditunjukkan dengan Nilai IKP terbesar yaitu Pantai Pasir Putih (34,6) dan kerusakan yang paling ringan dijumpai di Pantai Pondok Besi dengan Nilai IKP 8,9. Kerusakan wilayah pesisir di Kota Bengkulu dikarenakan faktor-faktor berikut, yaitu alih fungsi lahan, abrasi, dan pencemaran.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.