Joint Commission International stipulates the International Patient Safety Goals (IPSG) as one of the points in the hospital's international accreditation assessment. In Indonesia the IPSG target was translated by the hospital accreditation committee (KARS) into 6 patient safety targets (SKP) in the 2012 hospital accreditation guidelines (KARS 2012). Yogyakarta Regional General Hospital (RSUD) is one of the class B public hospitals that have received Akreditasi Paripurna, in this case all working groups including patient safety standards at the hospital have been assessed. However, there are still KTD, KNC, KPC, and KTC in Yogyakarta Hospital. This study aimed to analyze the relationship between attitudes and knowledge with the implementation of patient safety goals by nurses in Yogyakarta Hospital. The study used quantitative research methods with a cross sectional research design. Data retrieval is done by distributing questionnaires related to attitudes and knowledge to 80 nurses with the implementation of patient safety goals, the sampling technique with clustered stratified sampling. Data analysis techniques for quantitative analysis with univariate, bivariate (chi square test). Research results of the relationship between knowledge and implementation of SKP showed that the p-value of α (0.631> 0.05), means that there is no relationship between nurse knowledge and the implementation of patient safety goals (SKP). The results of the study of attitude relations with SKP Implementation can be seen that the p-value α (0.045 <0.05), meaning that there is a relationship between nurse attitudes and the implementation of patient safety goals (SKP).Joint Commission Internasional menetapkan Internastiomal Patiet Safety Goals (IPSG) sebagai salah satu poin dalam penilaian akreditasi internasional rumah sakit. Di Indonesia sasaran IPSG dijabarkan oleh komite akreditasi rumah sakit (KARS) menjadi 6 sasaran keselamatan pasien (SKP) dalam panduan akreditasi rumah sakit 2012 (KARS 2012). Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit kelas B milik pemerintah yang telah mendapatkan akreditasi paripurna, dalam hal ini semua kelompok kerja termasuk standar keselamatan pasien di rumah sakit tersebut telah dinilai. Namun, di RSUD Yogyakarta masih terdapat KTD, KNC, KPC, dan KTC. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara sikap dan pengetahuan dengan implementasi sasaran keselamatan pasien oleh perawat di RSUD Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode penelitian Kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner terkait sikap dan pengetahuan kepada 80 perawat dengan implementasi sasaran keselamatan pasien, Teknik pengambilan sampel dengan clustered stratified sampling. Teknik analisa data untuk kuantitatif dengan analisi univariate, bivariate (uji chi square). Hasil Penelitian hubungan pengetahuan dan implementasi SKP menunjukka bahwa nilai p-value α(0,631>0,05), berarti tidak ada hubungan pengetahuan perawat dengan implentasi sasa...

The hospital is a workplace that has a high risk to the safety and health of human resources (HR) in the hospital. Control of sources and potential hazards in hospitals can be done with the use of personal protective equipment (PPE). PPE consists of gloves, masks, face/eye protection, protective gowns, and leg protectors. The purpose of this study was to evaluate the use of PPE in nurses at Hospital X Bantul District. This study used a qualitative descriptive method with a case study design. Data collection uses interview guidelines with 5 informants and the observation of 30 health workers. The sampling technique uses purposive sampling. Evaluation of the level of PPE use in nurses in good categories namely gloves as many as 24 health workers (100%), masks 30 (100%), no activities were found with indications of the use of goggle, protective gown/apron 15 officers (100%), gaiters 15 officers (100%) and 15 nurses (100%) headcovers. This is supported by policies and SOPs for the use of PPE and guidelines for nursing actions, human resources (HR), namely nurses who have received socialization and training, hospital funds related to the availability of PPE and training, the availability of PPE according to indications of action and the existence of supervision conducted by IPCLN and PPI teams in Operation room unit, inpatient room, and CSSD. Conclusion of this research was found not all health workers have appropriate and compliant behavior in the use of PPE in each unit.

Background: Creating a culture of patient safety is something that must be considered. This is because culture contains two important components, namely values and beliefs that can change organizations. Most safety incidents of Yogyakarta District Hospital in 2018 were 21 near miss incidents, incidents in total, then 17 incident, not injured and 5 events in unexpected events, while in potential injured there were no incidents during 2018. In 2018 there were still several months of data that had not yet met patient safety incident targets. From a preliminary study the researcher obtained, data on patient safety incident reporting has not been optimally performed by nurses. The purpose of this study was to determine the implementation of patient safety culture at the outcome level.Methods: This research is mixed methods research with an explanatory sequential design. Primary data obtained from in-depth interviews, a description of the implementation of patient safety culture at the Outcome level data obtained from questionnaires given to 72 nurses.Results: The culture of patient safety Yogyakarta District Hospital has been implemented well. At the level of patient safety culture outcomes related to the frequency of reporting patient safety events have been carried out but related to incidents that have no potential for injury when reporting is not appropriate, the perception of patient safety at the patient safety level, the number of reporting of events at the Yogyakarta District Hospital has been carried out properly.Conclusions: The safety culture of patients at Yogyakarta District Hospital at the outcome level has been implemented well.

Transisi yang terjadi pada masa remaja mendorong munculnya perubahan pada aspek fisik, emosi dan psikososial yang berimplikasi pada munculnya kenakalan remaja. Ibu memiliki peran yang krusial dan merupakan sosok yang tidak bisa dihilangkan dalam keluarga sehingga dapat menjadi ujung tombak pencegahan kenakalan remaja. Ibu perlu dibekali informasi kenakalan remaja di era digital yang banyak terjadi saat ini serta keterampilan komunikasi persuasif dalam menghadapi anak remaja. Peserta pada kegiatan ini adalah ibu yang memiliki anak usia remaja sejumlah 15 orang.kegiatan pelatihan dilaksanakan secara daring dan luring. Materi inti pelatihan meliputi penyampaian materi edukasi dan praktik. Materi edukasi yang diberikan tentang kenakalan remaja di era digital yang terdiri dari perilaku seksual pra nikah, NAPZA, pornografi, dan cyberbullying, serta materi komunikasi persuasif antara orangtua dengan remaja. Praktik berupa studi kasus dan bermain peran menyelesaikan permasalah remaja menggunakan teknik komuniksi persuasif. Hasil dari kegiatan ini diketahui bahwa peserta memahami materi yang diberiikan terlihat dari antusiasme peserta dalam sesi diskusi serta kemampuan peserta melakukan praktik penyelesaian kasus.

Kecamatan Banguntapan merupakan daerah yang memiliki produksi pertanian  cukup tinggi di Kabupaten Bantul Yogyakarta, sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani yaitu 53,88%. Mestinya daerah ini berpotensi sebagai sumber pangan yang beranekaragam yang berperan dalam penyediaan zat gizi vitamin dan mineral seperti buah dan sayur yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk perbaikan gizi masyarakat. Masyarakat wilayah Banguntapan Utara masih belum memanfaatkan secara optimal lahan pekarangan dengan menanam makanan yang bermanfaat bagi kesehatan keluarga seperti buah dan sayur, padahal wilayah tersebut memiliki potensi pertanian yang cukup besar serta ditunjang dengan lahan pekarangan rumah yang memadai jika ditanam tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan. belum mencoba untuk mengolah makanan variatif menggunakan bahan buah dan sayur agar menarik anggota keluarga yang tidak menyukai bahan makanan tersebut. Selanjutnya bagi anggota keluarga yang menyukai buah/sayur masih belum mengetahui cara yang tepat agar pestisida dan zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut apabila diproses dalam pengolahan makanan. Masyarakat Indonesia masih kurang mengonsumsi sayuran dan buah, konsumsi kelompok sayur dan olahannya serta buah-buahan dan olahannya masih rendah, yaitu 57,1 gram per orang per hari dan 33,5 gram per orang per hari. Padahal dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita/ anak usia sekolah dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja/orang dewasa. Kondisi ini menunjukkan bahwa asupan buah dan sayur belum memadai yang berakibat rendah pula suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.Perlu pelatihan pemanfaatan buah dan sayur untuk mendukung Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) pada kader Aisyiyah di Banguntapan Utara.  Harapannya dengan memberikan pelatihan ini pada kader mampu secara terampil mentransfer ilmu dan pengetahuan tentang memanfaatkan Buah dan Sayur Untuk Mendukung Program GERMAS melalui pemanfaatan lahan untuk menanam buah dan sayur, menerapkan higiene dan sanitasi makanan, serta mengolah makanan buah dan sayur dengan baik kepada masyarakat