AbstrakBabad Cirebon merupakan cerita legenda yang mengisahkan awal mula berdirinya Cirebon. Cerita tersebut diceritakan di Keraton Kanoman setiap 1 Muharam atau bertepatan dengan HUT Kota Cirebon. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pelestarian karena cerita babad Cirebon berperan penting sebagai sarana penggugah nilai-nilai moral yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Cerita ini dapat memberikan pelajaran mengenai berbagai nilai kebajikan. Hal itu dapat dibuktikan dari cerminan sikap yang ditunjukkan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai pendiri Cirebon. Dari hasil analisis yang menggunakan pendekatan struktural, cerita babad Cirebon memuat 8 nilai moral, yakni nilai tanggung jawab, kejujuran, toleransi, penghormatan, kerja keras, kasih sayang, religius, dan tolong-menolong. Kata kunci: cerita babad, nilai moral, tradisi lisan AbstractBabad Cirebon was a legend that told the beginning of the Cirebon establishment. The story was told in Kanoman every 1 Muharam or coincide on the Cirebon city anniversary. This was done as a preservation since the Babad Cirebon story was the crucial tool to appeal of moral values that today is needed by the local and society community in general. This story gave the lessons about the various virtues value. It can be proved from the reflection of the attitude that shown by Prince Walangsungsang as a founder of Cirebon. From the analysis used a structural approach, Babad Cirebon story that have been conveyed orally more than four decades contained 8 moral values such as the values of responsibility, honesty, tolerance, respect, hard work, compassion, religious, and mutual assistance. Keywords: babad story, moral values, oral tradition A. PendahuluanSastra nusantara merupakan bagian dari kekhazanahan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Salah satu wujud dari sastra tersebut, yaitu cerita rakyat yang berperan penting sebagai sarana pengenalan dan penghayatan terhadap nilai-nilai moral. Salah satu cerita rakyat yang memuat nilai-nilai tersebut adalah cerita asal-usul Cirebon atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "Cerita Babad Cirebon". Ditinjau dari segi jenis, babad Cirebon termasuk ke dalam cerita legenda karena pada intinya menceritakan asal-usul pendirian wilayah Cirebon. Kata babad memiliki makna merambah hutan, semak, atau belukar (Gunaevy, 2004).
Abstrak. Penelitian ini bertujuan menunjukkan keefektifan metode demonstrasi bermediakan pidato Soekarno dalam pembelajaran mengonversi teks eksposisi ke dalam bentuk berpidato pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Lemahabang.Metode penelitian yang digunakan, yaitu metode eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Desain.Artinya, pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa metode demonstrasi bermediakan pidato Soekarno efektif dalam pembelajaran mengonversi teks eksposisi ke dalam bentuk berpidato. Hal ini dibuktikan oleh hasil tes akhir berpidato siswa eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yang mempelajari materi berpidato tanpa menerapkan metode demonstrasi bermediakan video pidato Soekarno. Nilai rata-rata tes akhir kelas eksperimen mencapai 79,38, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol hanya 73,38. Sementara itu, perhitungan uji t pun menunjukkan bahwa t hitung (2,47) > t tabel (1,99) pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasannya mencapai angka 77. Lalu, hasil uji hipotesis menyatakan bahwa t hitung (2,73) > t tabel (1,69).Kata kunci: Metode Demonstrasi, Efektivitas, Berpidato I. PENDAHULUAN Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dikuasai siswa. Dikatakan demikian karena keterampilan ini berperan sebagai penciri kekomunikatifan secara verbal. Melalui berbicara, sikap, pemikiran, dan gagasan siswa dapat tercermin. Oleh karena itu, berpidato yang termasuk ke dalam keterampilan berbicara di depan umum pun perlu untuk dipelajari siswa. Hal ini dikarenakan pada saat tertentu kecakapan tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan berpidato dibutuhkan dalam berbagai macam kegiatan, contohnya berpidato diperlukan untuk melantik, memperingati hari besar nasional, mengadakan musyawarah organisasi, dan menjalankan kehidupan kenegaraan [7].Realitasnya, pembelajaran berpidato di sekolah terkadang tidak berjalan sesuai harapan. Hal ini diakibatkan beberapa faktor sebagai berikut. (1) Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. (2) Siswa mengalami berbagai kendala pada saat berpidato, seperti (penggunaan intonasi kurang tepat, artikulasi kurang jelas, penyampaian pidato tidak runtut, dan kurang menunjukkan gerak-gerik yang sesuai sebagai pembicara). (3) Siswa kurang percaya diri dalam berpidato.Berdasarkan fenomena tersebut. Penulis mengkaji penerapan metode dalam pembelajaran mengkonversi teks eksposisi kedalam bentuk berpidato dengan judul "Penerapan Metode Demonstrasi Bermediakan Video Pidato Soekarno". Hal ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswadalam berpidato.Metode demonstrasi merupakan metode belajar yang memperlihatkan cara atau proses untuk melakukan suatu kegiatan secara langsung atau pun tidak langsung. Melalui metode ini, siswa dapat memperhatikan dengan saksama prosedur dan penjelasan lisan yang tepat serta akurat. Tujuannya agar siswa mampu memahami se...
Tujuan penelitian, yaitu menganalisis buku anak berjudul "Byur!" untuk mengetahui nilai-nilai antikorupsi dan implikasinya terhadap karakter anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan teori sembilan nilai antikorupsi. Sumber data penelitian adalah buku cerita anak "Byur!". Data penelitian berupa penggalanpenggalan dongeng dan gambar dari judul "Adakah Keranjang untuk Osyi?" serta "Fufu dan Si Pencuri" yang terdapat dalam buku tersebut. Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Analisis data dilakukan mulai dari pengumpulan, reduksi, penyajian data, hingga penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan nilai antikorupsi yang muncul dalam dongeng, yaitu tanggung jawab (implikasinya anakanak diajarkan untuk mampu merawat barang pinjaman dan mengembalikan kepada pemiliknya), mandiri (anak-anak diajarkan untuk tidak bergantung kepada orang lain dalam menjalani aktivitas sehari-hari), dan berani (anak-anak diajarkan berani mengambil tindakan, tidak takut, maupun tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan yang berorientasinya untuk kebaikan). Di sisi lain, nilai lain yang tampak adalah kesantunan (anak-anak diajarkan mengucapkan maaf apabila melakukan kesalahan dan berkomitmen tidak mengulanginya serta tidak lupa berterima kasih terhadap kebaikan orang lain).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.