Pendahuluan: Dalam beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan kasus penyakit kronis dan penuaan dini yang menjadi beberapa faktor kunci dalam mempengaruhi kesehatan pada masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai penyebab, namun yang menjadi faktor utamanya adalah jumlah radikal bebas yang melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Antioksidan memiliki peran penting sebagai faktor pelindung kesehatan karena dapat menetralisir dan melindungi sel dari adanya radikal bebas. Daun jarak merah telah dilaporkan memiliki aktivitas yang baik sebagai antioksidan. Kandungan kimia dari tanaman ini berupa antraquinon, flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari ekstrak daun jarak merah dengan metode DPPH. Metode: Sampel diekstraksi menggunakan etanol 70% dengan metode maserasi. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) menggunakan pembanding Vitamin C. Masing-masing pengujian menggunakan variasi konsentrasi larutan. Untuk ekstrak daun jarak merah menggunakan variasi konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 µg/ml, sedangkan untuk vitamin C menggunakan variasi konsentrasi 10, 15, 20, 25, dan 30 µg/ml. Absorbansi masing-masing larutan uji diukur menggunakan Spektrofotometer pada Panjang gelombang 515 nm. Hasilnya dilaporkan sebagai nilai IC50. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 ekstrak daun jarak merah dan vitamin C masing-masing yaitu 47,81 dan 14,99 µg/ml. Nilai ini menunjukkan bahwa ekstrak daun jarak merah memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat (IC50 <50 µg/ml). Kesimpulan: Ekstrak daun jarak merah menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 adalah 47,81 µg/ml sehingga memiliki potensi besar sebagai antioksidan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bahan baku obat tradisional.
Salah satu wilayah di kabupaten Takalar yang masih memanfaatkan obat tradisional sebagai alternative pengobatan adalah Desa atani. Penggunaan obat tradisional di wilayah ini berdasarkan prinsip turun temurun, atau resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat Desa Patani tentang penggunaan obat tradisional. Kegiatan dilakukan secara daring maupun luring dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, pemutaran video pengolahan obat tradisional serta pembagian buku tanaman obat tradisional. Materi penyuluhan yang diberikan meliputi pengertian obat tradisional, petunjuk umum penggunaan obat tradisional dan pemberian contoh ramuan obat tradisional seperti daun kelor, daun sidaguri, jahe merah, jahe, sambiloto dan sirih. Hasil Kegiatan pengabdian telah memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari masyarakat tentang cara pemamfaatan tanaman tradisional.
Tumbuhan miana telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia, salah satunya sebagai bahan baku dalam pengobatan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan profil komponen senyawa daun miana yang berasal dari beberapa lokasi tempat tumbuh yang berbeda di daerah Sulawesi Selatan dengan analisis sidik jari menggunakan spektroskopi FTIR. Daun miana diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%, ekstrak kental yang telah didapatkan dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis dan spektroskopi FT-IR. Dari hasil analisis menunjukkan profil komponen senyawa daun miana di 3 daerah tempat tumbuh yaitu Makassar, Palopo, Toraja memiliki perbedaan yang tidak begitu jauh, dimana kelompok 2 yang memiliki kemiripan 93,46% dengan variabel daerah dari kelompok 1 dan kelompok 3 memiliki kemiripan 85,92% dengan variabel daerah kelompok 1 dan 2.
Liver and kidneys play a role in the metabolism and excretion of substances that enter the body, they become targets for toxicity from xenobiotics and other chemicals including drugs. Exogenous antioxidants are needed to overcome and prevent oxidative stress. Fraction of tamarind leaf extract (Tamarindus indica L) has antioxidant activity, it has the potential to protect the body from free radicals. This study aimed to determine the effect of giving tamarind leaf fractions on AST, ALT and creatinine levels in rats (Rattus norvegicus) induced with paracetamol. Experimental animals were divided into 4 groups. Group I was given paracetamol induction (negative control), group II was given the ethyl acetate fraction and induced paracetamol, group III was given the n-hexane fraction and induced paracetamol, and group IV was without treatment (positive control). Statistical analysis using One Way Anova test and LSD (Post Hoc) showed that the ethyl acetate fraction was not significantly different (p-value >0.05) with the positive control group and the n-hexane fraction group, but significantly different from the negative control group (p -value
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.