Material waste is a term from the amount of waste material percentage and is one of the serious problems in the implementation of road construction project. The research objective is to calculate the average percentage of waste material in road construction projects and obtain waste material influencing profit and make a regression model of % material waste to % profit contractors. The data obtained are 158 projects in East and North Kalimantan divided into 51 road building projects and 107 road improvement projects. The percentage of waste material on road building project is B aggregate as the largest (26%) and ready mix concrete (5.3%) as the smallest. The percentage of waste material on road improvement project is B aggregate as the largest (24.2%) and ready mix concrete (6.14%) as the smallest. The influencing waste material on the road construction project is B aggregate, lean concrete and ready mix concrete with regression equation to determine the estimated % profit contractor as a function of % material waste is Y = 7.363 -0.032 X3 - 0.078 X4 - 0.066 X6. The influenced waste material on road improvement projects are cement, B aggregate, and Land Fill with the regression equation to determine the estimated % profit of contractor as a function of % material waste is Y = 8,702- 0,037 X4- 0,054 X5- 0,044 X7.
The short duration of the tender process causes the time to do quantity take off for rebar is also short. This needs innovation to speed up the quantity take off for rebar in the tender process. The technological developments can be utilized to speed up quantity take off for rebar, one of that is Building Information Modeling (BIM). One of the BIM's that can be used to do quantity takeoff for rebar is "Take Off for Rebar" (TRB) produced by Cubicost company. The use of Cubicost TRB is currently still often found obstacles, but these can be anticipated by conducting analysis. The analysis was carried out to identify the possibility of problems that were encountered, in example: making work procedures, analyzing time requirements, analyzing comparative results and analyzing excellence or constraints in using Cubicost TRB. Data analysis was obtained from interviews, questionnaires and doing quantity take off for rebar using Cubicost TRB and conventional methods. From this study, it can be said that the use of Cubicost TRB can be recommended, because in addition to accelerating the work time to only 58% compared to conventional methods, respondents also said they preferred using Cubicost compared to conventional methods. This is rated based on the needs of the time, accuracy, and how to operate the calculated media. In all three classifications, Cubicost TRB obtained an average value of 8,31 compared to conventional methods which only received an average value of 6,81. This study also shows that there are still differences in the calculation of quantity takeoff for rebar using Cubicost TRB and conventional methods, although the percentage is only around 3%.ABSTRAKDurasi proses tender yang singkat menyebabkan waktu untuk melakukan pekerjaan quantity take off besi juga singkat. Hal ini menyebabkan perlu adanya inovasi untuk membantu mempercepat pekerjaan quantity take off besi pada proses tender. Perkembangan teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu mempercepat pekerjaan quantity take off, salah satunya adalah Building Information Modelling (BIM). Salah satu BIM yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan quantity take off besi adalah Take Off for Rebar (TRB) yang diproduksi oleh perusahaan Cubicost. Penggunaan Cubicost TRB saat ini masih sering ditemukan kendala, namun kendala tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan analisis. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan kendala yang timbul, antara lain: pembuatan prosedur kerja, analisis kebutuhan waktu, analisis perbandingan hasil serta analisis keunggulan dan kendala dalam penggunaan Cubicost TRB. Data analisis diperoleh dari melakukan wawancara, penyebaran kuesioner dan melakukan pekerjaan quantity take off besi dengan menggunakan Cubicost TRB dan Metode Konvensional. Dari penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa penggunaan Cubicost TRB dapat direkomendasikan, karena selain mempercepat waktu pekerjaan menjadi hanya 58% dibandingkan dengan metode konvensional, responden juga menyatakan lebih menyukai penggunaan Cubicost dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini dinilai berdasarkan kebutuhan waktu, akurasi, dan cara pengoperasian media hitung. Dalam ketiga klasifikasi tersebut, Cubicost memperoleh nilai rata-rata 8,31 dibandingkan dengan metode konvensional yang hanya mendapatkan nilai rata-rata 6,81. Penelitian ini juga menunjukan bahwa masih terdapat perbedaan dalam perhitungan pekerjaan quantity take-off menggunakan Cubicost TRB dan metode konvensional, walaupun persentasenya kurang lebih hanya sekitar 3%.
Material besi tulangan merupakan komponen yang penting dalam sebuah proyek konstruksi gedung bertingkat. Pada proyek di lapangan tidak dapat dihindari munculnya sisa material besi tulangan yang menyebabkan pengeluaran anggaran biaya yang sia-sia. Pemotongan besi tulangan yang tidak optimal di lapangan merupakan penyebab terjadinya waste besi yang cukup tinggi, sehingga diperlukan solusi untuk mengurangi waste besi. Metode Linear Programming merupakan salah satu solusi untuk mengurangi waste besi dan jumlah besi tulangan. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pemotongan besi tulangan yang optimal dengan waste besi dan biaya yang kecil. Selain itu juga mengetahui perbedaan sisa pemotongan besi tulangan di lapangan dengan sisa pemotongan besi tulangan menggunakan Metode Linear Programming. Untuk menghasilkan nilai waste besi dan jumlah besi tulangan dari model Linear Programming diperlukan bantuan program LINDO. Penelitian ini dilakukan pada dua proyek konstruksi gedung bertingkat di Jakarta. Dalam penelitian ini terdapat dua cara yang digunakan dalam menghasilkan persentase penghematan, yaitu cara pertama, mengerjakan berdasarkan diameter pada pekerjaan masing-masing dan cara kedua, mengerjakan berdasarkan diameter yang digabungkan. Untuk cara pertama didapatkan 3,6% untuk proyek X dan 3,9% untuk proyek Y, sedangkan untuk cara kedua didapatkan 4% untuk proyek X dan 4,51% untuk proyek Y. Berdasarkan hasil tersebut, maka disimpulkan bahwa cara pertama yang lebih layak untuk dilaksanakan di lapangan karena tidak membutuhkan waktu pengerjaan yang lama.Kata kunci: waste besi, Linear Programming, program LINDO, besi tulangan, Bar Bending Schedule
In the world of construction, control is needed at the implementation stage, which is prediction or forecasting duration project schedule. Estimated project schedule is an important part for project management making decisions that affect the future of the project. Forecasting method commonly used by practitioners in this case the construction project contractor in evaluating prediction of duration is deterministic forecasting method Earned Value Method (EVM), Earned Schedule Method (ESM). Kalman Filter Earned Value Method (KEVM) as probabilistic forecasting method is carried out to produce more accurate predictive value. The purpose of this study to compare the accuracy of three methods. This research was conducted by calculating duration of the project from EVM, ESM, and KEVM on maintenance and reconstruction projects of Jakarta-Cikampek and Jakarta-Tangerang toll roads. The data used from the project control data S-curve. The control data is processed with EVM, ESM, KEVM to determine the comparison between three methods of predicting duration. Prediction results of three methods were tested with Mean Absolute Percentage Error (MAPE). The results of this study indicate that KEVM can reduce errors after Kalman Filter is performed on estimated duration using EVM. ESM duration prediction yields the smallest MAPE value of the three methods. AbstrakDalam dunia pembangunan konstruksi dibutuhkan pengendalian pada tahap pelaksanaan yaitu prediksi atau peramalan durasi jadwal proyek. Perkiraan jadwal proyek adalah bagian penting untuk manajemen proyek membuat keputusan yang mempengaruhi masa depan proyek. Metode peramalan yang umum digunakan para praktisi dalam hal ini kontraktor proyek konstruksi dalam mengevaluasi prediksi durasi adalah metode peramalan deterministik Earned Value Method (EVM), Earned Schedule Method (ESM). Kalman Filter Earned Value Method (KEVM) sebagai metode peramalan probabilistik dilakukan untuk menghasilkan nilai prediksi yang lebih akurat. Tujuan penelitian ini membandingkan akurasi dari ketiga metode. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung durasi proyek dari EVM, ESM, dan KEVM pada proyek pemeliharaan dan rekonstruksi jalan tol Jakarta – Cikampek dan Jakarta – Tangerang. Data yang digunakan dari proyek tersebut adalah data-data pengendalian berupa kurva S. Data pengendalian tersebut diolah dengan EVM, ESM, KEVM untuk mengetahui perbandingan antara ketiga metode prediksi durasi tersebut. Hasil prediksi dari ketiga metode diuji dengan Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KEVM dapat mengurangi kesalahan setelah dilakukan Kalman Filter pada perkiraan durasi menggunakan Earned Value Method. Prediksi durasi ESM menghasilkan nilai MAPE yang paling kecil dari ketiga metode.
Cost estimation is an activity for estimating costs, resources and risks in order to start and complete a project. Generally, at initial stage, most estimation data is not complete. Therefore, to estimate the quantity of structure we often uses structure ratio. The structure ratio in this research is the ratio of concrete, the ratio of iron and the multiplication between the ratio of concrete with the ratio of iron. Analysis conducted to look for similarity in structure ratio between building functions and between consultans, the influence of the number of floors to the value of structure ratio, find the intervals and average structure ratios, find the effect of earthquake regulations on rising structure ratios and find regression equation for structure ratio. From the analysis results, it is found that the average structure ratios between buildings and between consultans are same. The number of floors affects the value of the iron ratio and multiplication between the ratio of concrete to the ratio of iron. Based on the analysis using the confidence interval estimate, the lower, upper and average limits of the concrete ratio, iron ratio, and multiplication between the ratio of concrete to iron ratio in ≤ 2012 and in> 2012. Changes in earthquake regulations affect the value of the structure ratio, the increase of concrete ratio reaches 8.8%, the iron ratio reaches 19,2% and the multiplication between the ratio of concrete and iron reaches 27,9%. In this research, there is no regression equation was obtained for the concrete ratio, the iron ratio and the multiplication between the ratio of concrete to iron ratio. ABSTRAKEstimasi biaya merupakan sebuah kegiatan untuk memperkirakan biaya, sumber daya dan risiko-risiko agar dapat memulai dan menyelesaikan suatu proyek. Pada tahap awal estimasi, umumnya data yang tersedia belum lengkap. Oleh karena itu, untuk menghitung biaya pekerjaan struktur seringkali menggunakan rasio struktur. Pada penelitian ini rasio struktur yang akan dianalisis adalah rasio beton, rasio besi dan perkalian antara rasio beton dengan rasio besi. Analisis ini dilakukan untuk mencari kesamaan rasio struktur antar fungsi bangunan dan antar konsultan, pengaruh jumlah lantai dengan nilai rasio struktur, mencari interval dan rata-rata rasio struktur, mencari pengaruh peraturan gempa terhadap kenaikan nilai rasio struktur dan mencari persamaan regresi rasio struktur. Dari hasil analisis didapatkan rata-rata rasio struktur antar bangunan dan antar konsultan memiliki nilai yang sama. Jumlah lantai berpengaruh terhadap nilai dari rasio besi dan perkalian antara rasio beton dengan rasio besi. Berdasarkan hasil analisis dengan mengunakan confidence interval estimate diperoleh batas bawah, batas atas dan rata-rata pada rasio beton, rasio besi, dan perkalian antara rasio beton dengan rasio besi pada tahun ≤ 2012 dan tahun > 2012. Adanya perubahan pada peraturan gempa mempengaruhi nilai rasio struktur, yaitu pada rasio beton kenaikan mencapai 8,8%, rasio besi mencapai 19,2% dan perkalian antara rasio beton dan rasio besi mencapai 27,9%. Pada penelitian ini tidak diperoleh persamaan regresi untuk rasio beton, rasio besi dan perkalian antara rasio beton dengan rasio besi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.