Abstrak: Dewasa ini tanaman sarang semut1 (Myrmecodia pendans) yang dianggap mampu mengatasi berbagai penyakit seperti kanker, asam urat, liver, stroke, jantung, wasir, nyeri punggung, alergi, sebagai tonikum hingga meningkatkan gairah seksual, sudah banyak dipublikasikan. Berdasarkan hasil uji penapisan kimia, tanaman sarang semut mengandung senyawa kimia golongan flavonoid dan tanin. Flavonoid merupakan antioksidan alam yang mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil, superoksida dan radikal peroksil. Selain itu juga mengandung 313 ppm tokoferol yang meredam 96% radikal bebas pada konsentrasi 12 ppm. Persentase inhibisi ini tetap konstan sampai pada konsentrasi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi hati mencit swiss yang diberikan rebusan Myrmecodia pendans, setelah mencit tersebut diinduksi dengan CCl4. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan acak lengkap (RAL). Dipakai 20 ekor mencit jantan (Swiss webster) dibagi dalam 4 kelompok percobaan yaitu A, B, C, dan D. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 mencit. Mencit diberi pellet dan diinduksi karbon tetraklorida selama 5 hari. Pada hari ke-6, di beri rebusan sarang semut dosis 0,24cc/hari dan 0,48 cc/hari. Terminasi dilakukan 2 kali (masing-masing di bagi 2 mencit dalam 1 kali terminasi). Hasil dari penelitian ini tikus-tikus yang sudah diinduksi dengan CCl4 menunjukkan sel-sel hati steatosis dan nekrosis, namun setelah di berikan sarang semut mengalami regenerasi sel dengan tingkat maturasi lebih banyak dibandingkan hanya diberikan pellet saja. Kesimpulan: Pemberian sarang semut dengan dosis 0.24 cc/hari selama 10 dan 14 hari menunjukkan regenerasi sel-sel hati pada kerusakan sel hati yang diinduksi dengan CCl4. Sedangkan pemberian rebusan sarang semut dengan dosis 0.48 cc/hari selama 14 hari ditemukan adanya sel radang dan perlemakan hati. Kata kunci: tanaman sarang semut, carbon tetrachlorida, peradangan hati, perlemakan hati, nekrosis hati. Abstract: Currently, many popular publication of sarang semut plants (Myrmecodia pendans) assumed can treat diseases includes : cancer, uric acid, liver, stroke, heart diseases, low back pain, allergic, as a tonic to increased libido. Based on chemical filtering test, known that sarang semut plants contains flavonoid and tannin. Flavonoid as a natural antioxidant that can act as hydroxyl radical pre reduction, super oxide, and peroxyl radical. In addition to contains 313 ppm tocopherol that transverse 95% free radical in 12 ppm concentration. Percentage of its inhibition constantly to highest consentration. This study aims to describe the liver histopathology swiss Webster given by Myrmecodia pendans stew, after the mice were induced with CCl4. This research is an experimental research laboratory with a completely randomized design (CRD). A total of 20 male mice (Swiss Webster) were divided into 4 experimental groups (A, B, C, D). Each group consisted of 5 mice. Mice were given pellets and induction by carbon tetrachloride for 5 days. On the 6th day, given Myrmecodia pendans stew with dose of 0.24 cc / day and 0,48cc / day . Termination is done 2 times (each for 2 mice in one time termination). From the results, sarang semut stew (Mymercodia pendans) is able to repair damaged liver cells, although the mechanism of this still unknown. Generally, Mymercodia pendans believed to stimulate the proliferation of the liver cells and simultaneously neutralize free radicals produced by CCl4 that cause of liver cells demaged. Conclusion: Administration of sarang semut with dose of 0.24 cc / day for 10 and 14 days give effect to protect the liver and improve the process of liver cell damage. While giving sarang semut stew with dose of 0.48 cc / day for 14 days was found the presence of inflammatory cells and fatty liver. Keywords: sarang semut plants, carbon tetrachlorida, liver cell inflammation, fatty liver, necrosis liver.
Kidney damage can be caused by many things, such as hypovolemia, sepsis, acute glomeluronefritis, rhabdomyolysis and drugs (gentamicin and NSAID). Gentamicin is an broad spectrum antimicrobial with high toxicity. Gentamicin is an aminoglycoside antibiotic known to be toxic to the kidneys and the side effects that gentamicin cause are renal tubular damage. There are many kinds of herbal plant in Indonesia with benefit, one of them is the binahong plants. Binahong (Anredera cordifoli (Ten) Steenis), has a high antioxidant that is equal to 9.614% of the compound flavonoid.5 Antioxidant contained in binahong leaves can be said as nefroprotective on kidney function. This study aims to reveal the renal histopathologic of wistar rat that have administered binahong extract after gentamicin administration. This study was an experimental study using 25 wistar rats that were divided into 5 groups. Group A is the negative control group (terminated the 7th day), while group B, C, D and E (the treatment group) were administered gentamicin 0.3 ml/day for 6 days. After administration of gentamicin, group B immediately terminated (day 7), group C were administered 50 mg/day of binahong extratct for 3 days (terminated on day 10), group D were administered 100 mg/day of binahong extract for 3 days (terminated on day 10), group E were administered gentamicin for 6 days (terminated on day 10). The results showed that the renal histopathological of wistar rats group that were administered gentamicin for 6 days, showed swelling and necrotic tubular epithelial cells. Wistar rats group that were administered of binahong showed regeneration of renal tubular epithelial cells. Conclusion: The administration of Gentamicin with toxical dose or 0.3 ml/day for 6 days showed acute tubular necrosis. Regeneration of renal tubular epithelial cells is better in the group that were administered binahong extract than the group that were administered pellets. Renal histopathologic of wistar rats at administration of binahong extract with dose of 100 mg are better compared to 50 mg. Keywords: gentamicin, binahong extract, histopathologogical image of wistar rat’s kidney Abstrak: Kerusakan ginjal dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti hipovolemia, sepsis, glomeluronefritis akut, rabdomiolisis dan obat-obatan (Gentamisin dan NSAID). Gentamisin tergolong antibiotika (aminoglikosida) yang berspektrum luas dan memiliki toksisitas tinggi. Salah satu efek toksik dari gentamisin adalah menyebabkan kerusakan pada tubulus ginjal. Ada berbagai jenis tanaman herbal di Indonesia yang mempunyai khasiat, salah satunya adalah tanaman binahong, Tanaman binahong (Anredera cordifoli (Ten) Steenis), memiliki antioksidan yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,614% senyawa flavonoid. Antioksidan yang terkandung dalam daun binahong dapat dikatakan sebagai nefroprotektif terhadap fungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologik ginjal tikus wistar yang diberi ekstrak binahong pasca pemberian gentamisin. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 25 ekor tikus wistar yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok A merupakan kelompok kontrol negatif (diterminasi pada hari ke-7), sedangkan kelompok B, C, D dan E (kelompok perlakuan) diberi gentamisin 0,3 ml/hari selama 6 hari. Setelah pemberian gentamisin, kelompok B langsung diterminasi (hari ke-7), kelompok C diberi ekstrak binahong 50 mg/hari selama 3 hari (diterminasi pada hari ke-10), kelompok D ekstrak binahong 100 mg/hari selama 3 hari (diterminasi pada hari ke-10). kelompok E diberi gentamisin selama 6 hari (diterminasi pada hari ke-10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diinduksi gentamisin selama 6 hari secara histopatologik memperlihatkan adanya pembengkakan dan nekrosis sel epitel tubulus. Kelompok tikus yang diberi ekstrak binahong menunjukkan regenerasi sel epitel tubulus ginjal Simpulan: Pemberian gentamisin injeksi dosis toksik yaitu 0,3 ml setiap hari selama 6 hari menunjukkan nekrosis tubular akut (NTA). Regenerasi sel epitel tubulus ginjal lebih baik pada kelompok yang diberi ekstrak binahong dibandingkan kelompok yang hanya diberi pelet. Gambaran histopatologik ginjal lebih baik pada pemberian binahong dengan dosis 100 mg dibandingkan dosis 50 mg.Kata kunci: gentamisin, ekstrak binahong, gambaran histopatologik ginjal.
Nowadays, the concept of the pathogenesis of atherosclerosis is called a response to injury hypothesis. This is based on the fact that atherosclerosis is a chronic inflammatory disease induced by endothelial injury (endothelial dysfunction). This chronic inflammatory disease consists of sequences of cellular and molecular responses, and is induced and accelerated mainly by endothelial injury. Furthermore, this injury causes compensatory responses which change the endothelial homeostasis, and increases the endothelial permeability and adhesion of leucocytes or platelets to endothelial cells. Many factors can trigger this endothelial injury, but the most important ones are haemodynamic imbalance and hypercholesterolemia. Besides these, vascular myocytes, together with extracellular matrix, play some significant roles in developing fatty streaks to become atheroma plaques. Key words: atherosclerosis, endothelial injury, lipid, chronic inflammation, vascular myocytes. Abstrak: Konsep patogenesis aterosklerosis saat ini disebut hipotesis respons terha-dap cedera. Konsep ini mengacu pada aterosklerosis sebagai penyakit radang kronik yang diinduksi oleh cedera endotel (disfungsi endotel). Proses radang kronik pada aterosklerosis terdiri dari rangkaian respons seluler dan molekuler. Sebagai faktor utama yang dapat menginduksi dan memacu proses radang disini adalah cedera endotel. Adanya cedera endotel menyebabkan terjadinya respons kompensatorik yang mengubah homeostasis endotel serta meningkatkan permeabilitas endotel dan adhesi lekosit atau trombosit terhadap endotel. Banyak faktor dapat mencetuskan terjadinya cedera endotel namun yang terpenting adalah gangguan hemodinamik dan hiperkolesterolemia. Selain itu sel otot polos pembuluh darah juga turut berperan dalam aterogenesis yang bersama-sama dengan matriks ekstrasel mengubah fatty streak menjadi bercak ateroma. Kata kunci: aterosklerosis, cedera endotel, lemak, radang kronis, otot polos pembuluh darah.
Gentamycin, a frequently used aminoglycoside antibiotics, has a nephrotoxic effect to human beings and animals. The purpose of this research was to find out the microscopic changes of wistar rat kidneys after gentamycin induction. This was an experimental study, using five adult wistar rats, divided into three groups. Group I was the control group; group II consisted of two rats, injected with gentamycin 0,3 ml/day (dose of 60 mg/kg body weight/day) intraperitoneally for seven days; and group III consisted of two rats, injected with gentamycin 0,3 ml/day intraperitoneally for 10 days. Group I and II were terminated at day-8, and group III at day-11. Their kidneys were processed for microscopic slides, stained with hematoxylin eosin and Periodic Acid Schiff. In microscopic evaluation, group II and III showed oedema, necrosis, apoptosis, and basal membrane destruction of tubular epithelial cells. Group III also showed fat vacuoles in these epithelial cells (macrovesicular fatty changes). Conclusion: wistar rats injected with gentamycin 60 mg/kg body weight/day for 7 and 10 days showed oedema, necrosis, apoptosis, and basal membrane destruction of tubular epithelial cells; and macrovesicular fatty changes after 10 days of gentamycin.Key words: gentamycin, necrosis tubular epithelial cells, fatty changesAbstrak: Gentamisin termasuk antibiotik golongan aminoglikosida berspektrum luas yang bersifat nefrotoksik terhadap manusia dan hewan. Tujuan penelitian ini untuk melihat perubahan mikroskopik struktur ginjal tikus Wistar setelah diberikan gentamisin. Metode penelitian eksperimental dengan menggunakan lima ekor tikus Wistar dewasa yang dibagi atas tiga kelompok. Kelompok I tanpa perlakuan; kelompok II terdiri dari dua ekor tikus perlakuan yang diinjeksi dengan gentamisin 0,3 ml/hari (dosis 60 mg/kgBB/hari) secara intraperitonial selama tujuh hari; dan kelompok III terdiri dari dua ekor tikus perlakuan yang diinjeksi dengan gentamisin 0,3 ml/hari secara intraperitonial selama 10 hari. Tikus Wistar kelompok I dan II diteminasi hari ke-8, sedangkan kelompok III diterminasi hari ke-11. Ginjal tikus kelompok I -III kemudian dibuat preparat histopatologik dengan pengecatan rutin hematoksilin eosin dan Periodic Acid Schiff (PAS). Hasil penelitian menunjukkan tikus Wistar perlakuan yang diberikan gentamisin 0,3 ml/hari selama 7 sampai 10 hari secara mikroskopik memperlihatkan pembengkakan, nekrosis, apoptosis, dan destruksi membrana basalis sel epitel tubulus; dan pada hari ke-10 terlihat vakuol-vakuol lemak pada sel epitel sehingga inti terdesak ke tepi (perlemakan makrovesikuler). Simpulan: pemberian gentamisin pada tikus Wistar dengan dosis 60 mg/kg BB/hari selama 7-10 hari menunjukkan pembengkakan, nekrosis, apoptosis sel epitel tubulus, dan membrana basalis tubulus rusak; dan setelah hari ke-10 juga terlihat perlemakan makrovesikuler.Kata kunci: gentamisin, nekrosis sel epitel tubulus, perlemakan makrovesikuler
Atherosclerosis is a chronic inflammatory process that can be triggered by one of the risk factors of hyperlipidemia. This research was conducted to see the aorta associated with the provision of margarine that induce hyperlipidemia and administration of curcumin turmeric-containing compounds that act as antioxidants and anti-inflammatory. This research is experimental. The purpose of this study to determine the effect of extract of turmericon Wistar rat aorta histopathology induced hyperlipidemia with margarine. This study used 20 Wistar rats were divided into 5 groups, each group consisting of 4 rats. Group A (negative control group) is given only standard pellets, group B (positive control group) was given margarine 5gr/head /dayfor 28 days, group C was given margarine 5gr/head /day for 28 days followed by administration of standard pellets for 7 day, group D given margarine 5gr/head/day for 28 days followed by administration of turmeric extract 50 mg /head/day for 7 days, and group E are given margarine 5gr/head/day along with turmeric extract 50 mg/head/dayfor 28days. The results shows that microscopically visible aortic wall with foam cells in the tunica intima and tunica media in the positive control group and the administration of 50 mg of turmeric extract reduced foam cells. Conclusion: Turmeric extract showed foam cells in the intima and media less than that of margarine.Keywords: hyperlipidemia,turmeric, margarine, aorta histopathologyAbstrak: Aterosklerosis adalah proses radang kronik yang dapat dicetuskan oleh salah satu faktor resiko hiperlipidemia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah aorta berhubungan dengan pemberian margarin yang menginduksi hyperlipidemia dan pemberian kunyit yang mengandung senyawa kurkumin yang berperan sebagai antioksidan dan anti inflamasi. Penelitian ini bersifat eksperimental.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kunyit terhadap gambaran histopatologi aortatikus wistar hiperlipidemia yang diinduksi dengan margarin. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus wistar yang dibagi ke dalam 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok A(kelompok kontrol negatif) hanya diberikan pelet standar, kelompok B(kelompok kontrol positif) diberikan margarin 5gr/ekor/hari selama 28 hari, kelompok C diberikan margarin 5gr/ekor/hari selama 28 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian pelet standar selama 7 hari, kelompok D diberikan margarin 5gr/ekor/hari selama 28 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian ekstrak kunyit 50mg/ekor/hari selama 7 hari, dan kelompok E yang diberikan margarin 5gr/ekor/hari bersamaan dengan pemberian ekstrak kunyit 50mg/ekor/hari selama 28 hari. Secara mikroskopik tampak dinding aorta dengan sel-sel busa pada tunika intima dan tunika media pada kelompok kontrol positif dan pada pemberian ekstrak kunyit 50 mg sel busa berkurang. Simpulan: Pemberian ekstrak kunyit menunjukan sel-sel busa pada tunika intima dan media lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian margarin.Kata kunci: hiperlipidemia, kunyit, margarin, istopatologi aorta
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.