Latar Belakang :Asam urat adalah senyawa dalam air yang merupakan hasil akhir metabolism purin. Tanda dan gejalanya yaitu peradangan pada sendi yang tertekan, terasa nyeri, dan kemerahan pada daerah yang telah terjadi asam urat, kekakuan serta pembengkakan pada sendi yang tertekan.Data posyandu lansia di dusun kadisoro terdapat 64 lansia menyatakan mepunyai keluhan asam urat. Daun salam di Dusun Kadisoro belum dimanfaarkan sebagai obat herbal karena tidak mengetahui fungsi dan manfaat dari daun salam tersebut.Tujuan:Mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun salam Syzygium polyanthum) terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat di Dusun Kadisoro Desa Gilangharjo Kecamatan PandakKabupaten Bantul DIY.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu menilai pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat dengan pendekatan Quasi Eksperiment Design dengan menggunakan Non Equivalent Control Group. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik non probability sampling yaitu Purposive Sampling. Jumlah yang diperoleh 36 responden. Pemberian air rebusan daun salam selama 3 hari.Hasil:Berdasarkanhasil hasil uji Wilcoxon test statistics diperoleh nilai Asymp. Sig. sebesar 0,001 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat di Dusun Kadisoro Gilangharjo Pandak Bantul DIY.Kesimpulan :Berdasarkan hasil analisis mengenai pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada penderita asam urat di Dusun Kadisoro Desa Gilangharjo Pandak Bantul DIY setelah meminum air rebusan daun salam mengalami penurunan kadar asam urat.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017 yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan adalah berjumlah 347 buah. Data kunjungan di FKTP di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per tribulan III tahun 2018 adalah sebanyak 2.321.962 kunjungan. Kualitas pelayanan masih belum memenuhi kualitas dengan adanya keluhan dari pasien. Tujuan adalah untuk membedakan kualitas pelayanan kesehatan (tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty) di FKTP pemerintah dan non pemerintah yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Penelitian deskriptif kuantitatif dan cross sectional. Sampel penelitian ditentukan secara cuota sampling. FKTP pemerintah adalah puskesmas, Faskes tingkat I milik Polri dan Faskes tingkat I milik TNI. FKTP non pemerintah adalah klinik pratama dan dokter praktek swasta. Jumlah sampel berjumlah 850. Uji statistik adalah One way ANOVA pada tingkat kemaknaan p<0,05. Kualitas pelayanan kesehatan (tangible, reliability, responsiveness dan emphaty) tidak ada perbedaan antara FKTP pemerintah dan non pemerintah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Sig >0,05. Sedangkan kualitas pelayanan kesehatan dari dimensi assurance menunjukkan bahwa ada perbedaan antara FKTP pemerintah dan non pemerintah. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Sig sebesar 0,006 atau <0,05. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan kesehatan (assurance) di FKTP pemerintah dan non pemerintah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak ada perbedaan kualitas pelayanan kesehatan (tangible, reliability, responsiveness, dan emphaty) di FKTP pemerintah dan non pemerintah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. FKTP baik pemerintah maupun non pemerintah tetap meningkatkan kualitas pelayanannya seperti ketersediaan dokter.
Indonesia merupakan daerah tropis sehingga membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan tubuh seperti ketiak dan lipatan organ genetalia pada perempuan. Keputihan adalah hal yang biasa yang dialami oleh kaum perempuan. Keputihan dianggap bukanlah penyakit. Perilaku menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan dengan baik perlu ditingkatkan. Apalagi, sekitar 90% perempuan indonesia berpotensi mengalami keputihan, bahkan 31,8% gejala keputihan dialami oleh remaja putri. Data ini membuktikan bahwa masih banyak perempuan di indonesia yang belum memiliki perilaku untuk menjaga feminine hygiene secara baik agar tidak menimbulkan berbagai infeksi berbahaya bagi organ reproduksi perempuan. Sehingga penerapan Sustainable Feminine Hygiene yang tepat dapat mengurangi kejadian keputihan. Tujuan dari penelitian ini yaitu Mengetahui hubungan pengetahuan dan Hubungan Pengetahuan Dan Penerapan Sustainable Feminine Hygiene kejadian keputihan pada Santri Putri Di Pondok Pesantren Stikes Surya Global Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pendekatan cross sectional. Sample yang disertakan adalah150 orang responden dengan menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan hasil analisis data dari 150 Responden yang di teliti memiliki pengetahuan baik sebesar 75 (50%), Penerapan Sustainable Feminine Hygiene baik sebesar 49 (32,25). Kesimpulan yang dapat diambil yaitu Terdapat Hubungan pengetahuan dan Penerapan sustainable feminine hygiene kejadian keputihan pada santri putri di pondok pesantren surya global yogyakarta.
Backgroud:The World Health Organization (WHO) explained that the number of Hyperemesis Gravidarum cases reached 12.5% of the total number of pregnancies in the world and the results of the Demographic Survey conducted in 2007, stated that 26% of women with live births experienced complications. The results of the observations conducted at the Midwife Supriyati Clinic found that pregnant women with hyperemesis gravidarum, with a comparison of 10 pregnant women who examined their contents there were about 4 pregnant women who complained of excessive nausea and vomiting.Objective: to determine the hyperemesis Gravidarum of pregnant mother in clinic. Methods:This study used Qualitative research methods by using a case study approach (Case Study.) Result: The description of excessive nausea of vomiting in women with Hipermemsis Gravidarum is continuous nausea and vomiting more than 10 times in one day, no appetite or vomiting when fed, the body feels weak, blood pressure decreases until the body weight decreases and interferes with daily activities days The factors that influence the occurrence of Hyperemesis Gravidarum are Hormonal, Diet, Unwanted Pregnancy, and psychology, primigravida does not affect the occurrence of Hyperemesis Gravidarum. Conclusion:Mothers who experience Hyperemesis Gravidarum feel nausea vomiting continuously more than 10 times in one day, no appetite or vomiting when fed, the body feels weak, blood pressure decreases until the weight decreases and interferes with daily activities, it is because there are several factors, namely, hormonal actors, diet, unwanted pregnancy, and psychology.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.