Sundanese ethnic in Nyangkewok hamlet, Sukabumi has been using medicinal plants to cure and prevent illness. This research aims to identify and describe medicinal plant use by Sundanese Ethnic with indigenous knowledge in Nyangkewok Hamlet, Sukabumi. This research was conducted from February to May 2020 with qualitative method. The research resulted in 103 species of 42 plant families used by the Sundanese community in Nyangkewok Hamlet with Zingiberaceae dominant family, the most used part of the medicinal plants was leaves. Key word: indigenous knowledge, medicinal plants, Sundanese ethnic
Artikel ini merupakan sebuah kajian poskolonial yang mendeskripsikan resistensi di dalam novel Hulubalang Raja karya Nur Sutan Iskandar. Artikel ini menggunakan metode analisis deskriptif dan dekonstruksi. Artikel ini menggunakan pendekatan unsur intrinsik. Penelitian ini berfokus pada perlawanan dan mimikri yang terjadi di dalam novel Hulubalang Raja. Untuk menggambarkan perlawanan dan mimikri tersebut, perilaku orientalisme dalam novel ini dianalisis. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, di dalam novel Hulubalang Raja, perilaku orientalisme merupakan dikotomi yang dikonstruksi oleh Belanda. Hal ini dilakukan agar Belanda dapat mengeksploitasi masyarakat Minangkabau dan memengeruhi perilaku orientalisme juga dilakukan oleh anak negeri. Kedua, resistensi yang terjadi di dalam novel Hulubalang Raja adalah perlawanan tokoh Raja Adil atas represi dari pihak yang berserikat dengan kompeni. Di dalam kajian poskolonial, hal itu disebut reristensi radikal. Ketiga, mimikri yang dilakukan oleh tokoh Hulubalang Raja dan berada di pihak yang berserikat dengan kompeni merupakan mimikri untuk mempertahankan eksistensi diri. Di dalam kajian poskolonial, hal itu disebut resistensi pasif. Kata Kunci: konflik orientalisme; poskolonial; resistensi.
Nyangkewok Hamlet community used medicinal plants and practices based on their local knowledge to treat and prevent various diseases. This study aimed to identify medicinal plants used by the Nyangkewok hamlet community who lives in Kalaparea Village. The research was conducted in February-May 2020. The field study was conducted from February-May 2020 in Kalaparea Village, Sukabumi District through in-depth interview and questionnaire then all information were written and documented. The result showed that 103 species of medicinal plants from 42 families. The highest frequency of plant parts used was leaf 52.02%. Based on ICS analysis the plant’s was categorized into high significance (16 species), moderate significance (25 species), low significance (33 species), and very low significance (29 species). The highest value of ICS was Zingiber officinale and the lowest value was Spilanthes acmella.
ABSTRAKPositivisme muncul pada abad XIX. Pemikiran itu mengubah kehidupan manusia dan ilmu pengetahuan, bahkan seni. Hingga saat ini, pada dasarnya, positivisme masih menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Ia terwujud dalam cara pandang manusia dan pola hidupnya. Novel Khotbah di Atas Bukit karya Kuntowijoyo adalah novel yang berupaya mengkritik pola hidup postivistik. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi novel Khotbah di Atas Bukit dalam mengkritik pola hidup positivistik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan filsafat sebagai pendekatannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola hidup positivistik itu diejawantahkan dalam hubungan antartokoh dan perilaku tokoh. Hubungan tokoh Barman dan Popi menunjukkan pola hidup positivistik yang meterialistik itu. Perubahan perilaku tokoh Barman menjadi sosok yang religius tidak berimpak kehidupannya karena ia masih berpandangan meterialistik. Melalui tokoh Humam, novel ini melakukan kritik atas pola hidup yang positivistik itu. Kata kunci: positivisme, falsafah sastra, Khotbah di Atas Bukit, Kuntowijoyo
ABSTRAK Penelitian ini mengangkat masalah apakah teks novel dapat dijadikan sumber inspirasi penciptaan seni tari. Berkaitan dengan masalah tersebut maka novel yang dijadikan materi penelitian adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk (Sebuah Catatan untuk Emak). Novel ini merupakan buku pertama dari trilogi Ahmad Tohari, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemuskus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang kehidupan seorang ronggeng atau penari. Teks Ronggeng Dukuh Paruk dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan pendekatan intrinsik secara khsusu yang dipergunakan adalah teori fiksi dari Robert Stanton. Teori ini fokus pada tiga hal, yaitu karakter, alur, dan latar belakang. Karakter dalam hal ini antara lain adalah bagaimana deskripsi tokoh utama dalam kegiatan sehari-hari berkaitan dengan kehidupannya. Srinthil adalah seorang penari, oleh karena itu deskripsi kegiatan Srinthil tersebut dipaparkan secara jelas dalam teks novel tersebut. Dari hasil kajian dapat dilihat bahwa gerakan dalam tarian yang ditarikan oleh Srinthil ternyata berkaitan erat dengan beberapa konsep penciptaan seni tari, yaitu ada rangsang visual, rangsang audio, dan rangsang ide. Berkaitan dengan struktur, terdapat pembukaan, isi tarian, dan penutup. Teks sebuah novel dapat dikaji dan menjadi inspirasi dalam penciptaan seni tari. Kata kunci: kajian tari, penciptaan tari, Ronggeng Dukuh Paruk
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.