<b><i>Introduction:</i></b> Ingrown toenails are one of the common nail problems generally occurs in the big toe area and most often occurs during productive ages. Treatment of ingrowing toenail can be chosen based on the clinical condition of the patient. Nonoperative therapy is not effective in advanced cases in terms of the severity. Improper handling will cause recurrence in this case. <b><i>Case Presentation:</i></b> Six of 8 patients had the ingrown toenail recurrence previously treated using the nail avulsion (onychectomy) without matricectomy. One patient was reported to have hemophilia as comorbidity. The other one had pincer nail associated with inflammatory and degenerative processes. Most patients were at modified Mozena grades III and IV ingrown toenail. Post therapy evaluation revealed no recurrence in all patients. <b><i>Conclusions:</i></b> Combination of wedge resection with matricectomy using electrocautery can be applied as therapy for recurrent ingrown toenail.
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis residif dengan beberapa faktor risiko yang memengaruhi antara lain genetik, sistem imunitas, lingkungan serta hormonal. Lesi kulit psoriasis berupa plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan. Tata laksana psoriasis bervariasi tergantung dari derajat keparahan penyakit dan dapat berupa penggunaan obat topikal, sistemik, terapi sinar maupun terapi dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti mineral dan balneoterapi. Balneoterapi dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada psoriasis karena efektivitasnya terhadap perbaikan lesi psoriasis terutama tipe plak. Balneoterapi adalah teknik pengobatan tradisional dengan cara mandi, minum atau inhalasi menggunakan air yang mengandung mineral dan dapat menggunakan sumber mineral seperti air mineral, lumpur yang mengandung mineral (peloid) dan gas alam yang berasal dari mata air alami. Balneoterapi dapat mengurangi ketebalan stratum korneum dan lusidum, menurunkan jumlah limfosit, histiosit, granulosit dan eosinofil, meningkatkan permeabilitas kulit, mengurangi inflamasi, memperbaiki mikrosirkulasi serta sistem imun kulit serta dapat menurunkan cytokine proinflamasi pada penyakit psoriasis. Artikel ini bertujuan untuk membahas efektivitas modalitas balneoterapi sebagai terapi tambahan pada psoriasis sehingga dapat mempercepat terjadinya perbaikan klinis dan mengurangi terjadinya kekambuhan penyakit.
Latar belakang: Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik akibat Mycobacterium leprae yang mengenai terutama kulit dan saraf. Reaksi reversal ditandai dengan bercak eritematosa keunguan, bercak lama menjadi lebih tampak serta muncul bercak baru. Risiko silent neuropati dapat terjadi pada reaksi reversal sehingga diperlukan deteksi kerusakan saraf dini. Pemeriksaan histopatologi sebagai salah satu metode pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung diagnosis dan tipe MH secara tepat.Tujuan: Penulisan makalah ini bertujuan untuk melaporkan satu kasus reaksi reversal pada MH tipe borderline tuberkuloid berdasarkan tinjauan histopatologi Kasus: Seorang wanita, berusia 55 tahun mengeluhkan bercak kemerahan yang mati rasa pada regio fasialis, trunkus anterior et posterior, ekstrimitas inferior. Pasien memeriksakan ke dokter spesialis kulit dan mendapat terapi multi drug therapy (MDT) pausibasiler (PB) selama 3 bulan. Bercak kemudian menjadi lebih tampak dan bertambah disertai pengelupasan kulit, lecet, pembengkakan kedua tungkai. Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) tidak didapatkan BTA. Pemeriksaan histopatologi pada lapisan epidermis tampak ortokeratosis tipe lamelar, atrofi epidermis dan pendataran rete ridge. Pada dermis tampak edema, granuloma dengan batas tidak tegas, histiosit epiteloid dan sel raksasa berinti banyak tipe langhans, tidak ada “gren zone”. Pada pengecatan FF tidak didapatkan BTA.Diskusi: Reaksi pada MH dapat terjadi sebelum, saat dan setelah pengobatan MDT ditandai dengan peningkatan inflamasi dan peninggian pada lesi sebelumnya. Keterlambatan dalam diagnosis dan tatalaksana pada MH dengan reaksi dapat menyebabkan kerusakan saraf yang berimplikasi pada disabilitas dan deformitas yang mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Lucio’s leprosy, also known as diffuse lepromatous leprosy, is a non-nodular and diffuse form of LL type leprosy caused by chronic infection with Mycobacterium lepromatous. Lucio’s phenomenon (LP) or type III leprosy reaction is a vasculitis-like leprosy reaction that can occur in untreated leprosy (Lucio’s leprosy). Multidrug therapy (MTD) for multibacillary leprosy (MB) was used in conjunction with corticosteroids to treat LP. Antibiotics and wound care are critical in preventing sepsis complications. Topical polypeptide and astaxanthin gel are both effective in the treatment of ulcers. We report the case of a 53-year-old man who presented to the Emergency Department of Dr. Moewardi Hospital Surakarta with red spots on his fingers and toes that developed into blisters and sores. Histopathological examination revealed a picture consistent with LP. Aeromonas hydrophyla bacteria were identified in pus cultures that are susceptible to gentamycin antibiotics. As recommended, the patient received systemic corticosteroids, specifically methylprednisolone IV 62.5 mg/24 hours as LP therapy and MDT treatment for MB leprosy. Additionally, the patient received systemic antibiotic gentamycin 80 mg/24 hours intravenously, and ulcer treatment with a topical polypeptide and astaxanthin gel applied to the skin. After three months of MDT therapy and treatment, patients’ ulcers improved. LP management and wound care help to reduce LP patients’ mortality and morbidity. Adjuvant therapy with topical polypeptide and astaxanthin may be used to repair ulcers in LP. Kusta Lucio atau kusta lepromatosa difus, merupakan variasi kusta tipe LL yang bersifat non nodular dan difus yang dihubungkan dengan infeksi kronis bakteri M.Lepromatosa. Fenomena Lucio (FL) atau reaksi kusta tipe III adalah suatu reaksi kusta dengan gambaran vaskulitis dapat terjadi pada (kusta Lucio) tidak diobati. Terapi multi drug terapy (MDT) kusta tipe multibasiler (MB) dan kortikosteroid diberikan untuk mengatasi FL. Perawatan luka dan antibiotik penting diberikan untuk mencegah komplikasi sepsis. Polipeptida dan astaxantin gel topikal memiliki efektivitas yang baik dalam penyembuhan ulkus. Kami melaporkan kasus seorang laki-laki berusia 53 tahun yang datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta dengan keluhan muncul bercak kemerahan yang kemudian menjadi lepuh dan luka pada jari-jari tangan dan kedua kaki. Pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran yang sesuai dengan FL. Pada pemeriksaan kultur pus didapatkan bakteri Aeromonas hydrophyla yang sensitif terhadap antibiotik gentamisin. Pasien diberikan kortikosteroid sistemik yaitu metilprednisolon IV 62.5mg/24 jam sebagai terapi FL dan pengobatan MDT kusta tipe MB sesuai yang direkomendasikan, pasien diberi antibiotik sistemik gentamisin 80 mg/24 jam intravena serta perawatan ulkus dengan polipeptida topikal dan astaxantin gel yang diaplikasikan pada ulkus pasien. Ulkus pada pasien mengalami perbaikan setelah 3 bulan menjalani terapi dan pengobatan MDT. Penatalaksanaan FL dan perawatan luka akan mengurangi mortalitas dan morbiditas pasien FL. Polipeptida topikal dan astaxantin dapat dijadikan terapi ajuvan untuk perbaikan ulkus pada FL.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.