AbstrakEkosistem mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Mangrove menyerap CO 2 pada saat proses fotosintesis, kemudian mengubahnya menjadi karbohidrat dengan menyimpannya dalam bentuk biomassa pada akar ,pohon, serta daun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total above ground biomass, belowground biomass, simpanan karbon atas, simpanan karbon bawah, dan karbon organik pada sedimen dasar di Hutan Mangrove Perancak, Jembrana, Bali. Sampling dilakukan dengan metodepurposive sampling dengan dasar pertimbangan berupa jenis, kerapatan serta diameter pohon mangrove. Estimasi biomassa digunakan metode tanpa pemanenan dengan mengukur diameter at breast height (DBH, 1.3 m) mangrove. Simpanan karbon diestimasi dari 46% biomasa. Kandungan karbon organik pada sedimen diukur dengan menggunakan metode lost on ignition (LOI). Hasil penelitian menunjukkan total above ground biomass sebesar 187,21 ton/ha, below ground biomass sebesar 125,43 ton/ha, simpanan karbon atas sebesar 86,11 ton/ha, simpanan karbon bawah sebesar 57,69 ton/ha, sedangkan karbon organik sedimen sebesar 359,24 ton/ha.
AbstrakPenyu merupakan salah satu fauna yang dilindungi karena populasinya yang terancam punah. Reptil laut ini mampu bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudera Pasifik, dan Asia Tenggara. Di dunia ada 7 jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat di Indonesia. Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mencegah punahnya habitat penyu karena predator alami maupun manusia. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 -24 Agustus 2014 dan bertempat di Turtle Conservation and Education Center (TCEC), Denpasar Selatan, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik konservasi dan persentase keberhasilan penetasan telur penyu di TCEC, Bali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi atau pengamatan secara langsung yang dilakukan di lapangan, dan metode pengukuran suhu sarang semi alami. Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin dari tukik yang menetas. Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi penangkaran penyu berada di kawasan yang kurang strategis karena letaknya terlalu jauh dari air laut sehingga suhu serta kelembabannya tidak dapat stabil. Kadar air merupakan faktor penting dalam pertumbuhan embrio dan penetasan telur. Hal ini akan menyebabkan penurunan persentase penetasan telur penyu. TCEC didirikan sebagai tempat edukasi konservasi penyu, pelestarian penyu, dan penyedia penyu untuk upacara adat di Bali serta mengurangi perdagangan baik daging, cangkang ataupun telur penyu.
Caulerpa sp. dikenal oleh masyarakat dengan nama Latoh merupakan salah satu rumput laut hijau dan dalam pemanfaatannya hanya mengandalkan pengambilan dari alam. Umumnya sumberdaya yang masih mengandalkan hasil dari alam banyak mengalami kendala, antara lain rendahnya produksi karena ketergantungan pada musim. Hal ini berakibat tidak adanya produksi yang berkelanjutan dan sangat membahayakan kelestarian Caulerpa sp. di alam. Caulerpa tumbuh berkelompok dan dapat dijumpai di kedalaman hingga 200 m. Tumbuhan ini hidup menempel di substrat dasar perairan seperti: pecahan karang, pasir dan lumpur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan metode budidaya terhadap pertumbuhan berat Caulerpa sp. pada media pemeliharaan. Perlakuan yang diujikan adalah penanaman dengan metode budidaya di permukaan perairan, kolom perairan dan dasar perairan dengan masing-masing berat awal 50 g/rumpun. Tempat uji yang digunakan kantong plastik berdiameter 50 cm dengan tinggi 100 cm sebanyak 9 buah dan bak perendaman berukuran 150x80x120 cm sebanyak 1 buah. Parameter utama dari penelitian adalah laju pertumbuhan berat rumput laut. Parameter pendukungnya adalah parameter fisika kimia, meliputi : suhu, salinitas, pencahayaan, derajat keasaman, karbon dioksida dan oksigen terlarut. Hasil penelitian ini menunjukkan pencapaian berat akhir Caulerpa sp. pada metode budidaya di permukaan sebesar 62,65 ± 0,48 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,54 ± 0,02 % berat/hari, metode budidaya di kolom air sebesar 53,77 ± 1,13 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,17 ± 0,05 % berat/hari dan metode budidaya di dasar sebesar 50,59 ± 0,46 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,03 ± 0,01 % berat/hari. Berdasarkan hasil yang diperoleh penanaman di permukaan media pemeliharaan menunjukkan pencapaian berat akhir dan laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode budidaya yang lainnya, yaitu di kolom air media pemeliharaan dan metode budidaya di dasar media pemeliharaan. Hal ini disebabkan karena penerimaan cahaya pada metode penanaman di permukaan lebih efektif untuk proses fotosintesis yang selanjutnya dipergunakan di dalam proses metabolisme untuk memproduksi cadangan makanan di dalam rumput laut.Kata Kunci : Caulerpa sp., Metode Budidaya, Pertumbuhan Caulerpa sp. known as latoh is one of many kind of green seaweeds, and its usage only depends by taking from nature. Usually its resource from nature is having many constrains, for example low production rate because of depending on weather condition. This makes no sustainable production and really harming Caulerpa sp. preservation in nature. Caulerpa sp. grows in colony and can be found on depth until 200 m. This plant live by attaching itself on substrate in seabed like rubble, sand, and mud. The purpose of this study was to determine the effect of different cultivation methods on the growth rate Caulerpa sp. in the cultivation media. The plant that used in this study was Caulerpa sp. taken from Jepara waters. Initial weight of seaweed that used for every treatment was 50 g/clump. This study used 9 plastic bags which 50 cm diameters and 100 cm height, a soaking tub which size are 150x80x120 cm. Main parameter in this study was growth rate of Caulerpa sp.. Additional parameters are physical and chemical like temperature, salinity, lighting, pH, CO2 and dissolved oxygen. The weight gain of Caulerpa sp. in surface cultivation method was 62.65 ± 0.48 g with specific growth rate 0.54 ± 0.02 % weight/day, water column cultivation method was 53.77 ± 1.13 g with specific growth rate 0.03 ± 0.01 % weight/day, and water bottom cultivation method was 50.59 ± 0.46 g with specific growth rate 0.03 ± 0.01 % weight/day. According to the result, cultivation surface showed growth rate higher than water column and bottom methods because of surface cultivation method got more light, photosynthesis was more effective, and it can be used to produce food stock in the seaweed.Keywords : Caulerpa sp., Cultivation Methods, Growth
Tsunami merupakan jenis bahaya alam yang belum dapat diprediksi waktu terjadinya. Tsunami adalah salah satu bencana alam yang senantiasa mengancam penduduk yang tinggal di daerah pesisir. Walaupun jarang terjadi, namun daya hancurnya yang besar membuat bencana tsunami ini harus diperhitungkan. Kabupaten Bantul, Yogyakarta termasuk salah satu wilayah rawan bencana tsunami yang meliputi 21 wilayah di Indonesia.Untuk mendukung langkah-langkah mitigasi bencana terhadap tsunami, salah satunya dengan memetakan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Pantai Depok Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Adapun lokasi secara administratif masuk wilayah Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta kerentanan wilayah terhadap tsunami di pesisir Pantai Depok Kecamatan Kretek,Bantul, Yogyakarta. Metode analisis yang dilakukan pada beberapa macam peta dikenal dengan metode tumpang susun (overlay method). Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi Ketinggian daratan di Kecamatan Kretek terdiri dari daerah-daerah yang rendah di wilayah pesisir hingga daerah tinggi di sekitar pegunungan. Dataran rendah yang berada di dekat pantai mempunyai tingkat kerawanan paling tinggi terhadap bencana tsunami dibandingkan dengan dataran yang tinggi. Ketinggian ini akan berpengaruh pada daerah penggenangan tsunami (Tsunami Inundation Area). Wilayah yang sangat rendah di Kecamatan Kretek terdapat hampir di seluruh kecamatan yang berada di pesisir. Secara umum beberapa bagian wilayah pesisir yang rendah ini akan sangat mungkin terendam apabila di kemudian hari terjadi lagi bencana tsunami dengan tinggi run up yang samaKata Kunci: Kerawanan, Tsunami, Pesisir, Bantul
Microplastics are one of the most significants pollutan in the marine environment and accumulate in sediments. The purpose of this research is to know the abundance of microplastics at different sediment depth in Ayah Beach Kebumen Central Java. The sediment samples were collected from three depth, 0-5 cm, 6–10 cm and 11–15 cm. microplastics were separated from sediment through density fracxination using NaCl solutiaon and ZnCl2 solution respectively. This study demonstrated that microplastics were consistenly found in all depth. The type of microplastics found were fiber, fragment and film. Fiber was the most frequent type (> 70%) in all samples. At 0–5 cm depth were found 578 microplastisc particle, at 6–10 cm depth were 459 particles, and at 11–15 cm depth were 610 particles. Mikroplastik merupakan salah satu polutan penting di laut dan terakumulasi di sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mikroplastik di sedimen Pantai Ayah kebumen Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan mikroplastik pada kedalaman sedimen 0-5 cm, 6–10 cm dan 11–15 cm. Mikroplastik dipisahkan dari sedimen dengan cara fraksinasi berdasarkan densitasnya berturut-turut menggunakan larutan NaCl dan larutan ZnCl2. Hasil penelitian menunjukkan mikroplastik ditemukan pada setiap kedalaman. Bentuk mikroplastik yang ditemukan adalah fragmen, fiber dan film. Bentuk fiber menyusun lebih dari 70 % mikroplastik dalam sedimen di ketiga tingkat kedalaman. Pada kedalaman 0–5 cm terdapat 578 partikel mikroplastik, pada kedalaman 6–10 cm ditemukan 459 partikel, dan pada kedalaman 11–15 cm terdapat 610 partikel.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.