Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang memiliki ciri khas yaitu terjadinya degradasi dari tulang rawan sendi. Terapi non farmakologis yang juga disarankan untuk penderita osteoartritis lainnya exercise yang di lakukan pada sendi lutut. Jenis exercise antara lain yang dapat dilakukan adalah home exercise, ataupun strengthening exercise yang berarti latihan penguatan yang meliputi quadriceps dan hamstring exercise, serta aerobik exercise seperti berjalan (forward walking or backward walking), bersepeda dan berenang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris perbandingan efektifitas pemberian terapi Fisioterapi terhadap penurunan nyeri pasien lansia dengan osteoartritis lutut. Penelitian ini memiliki desain cross-sectional dengan 30 partisipan yang merupak pasien OA lutut di Puskesmas Dinoyo, RST Soepraoen, dan RS UMM dan telah memenuhi kriteria inklusi. Semua partisipan kemudian dibagi menjadi Grup I (menerima terapi latihan selama 6 minggu), dan Grup II ( menerima terapi latihan selama 2 minggu). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner VAS dan jenis analisa data yang dilakukan adalah uji paired T test dan independent T-test. Berdasarkan hasil uji paired T test masing-masing untuk Grup I dan Grup II diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri responden antara sebelum dan setelah dilakukan terapi latihan pada masing-masing grup. Selanjutnya ketika dibandingkan outcome terapi yang diberikan pada Grup I dan Grup II diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua Grup, dimana Grup II relatif memiliki tingkat penurunan nyeri yang lebih baik dibandingkan dengan responden pada Grup I yang menerima terapi latihan selama 6 minggu
Penyuluhan ini diadakan bertujuan untuk menambah wawasan khususnya bagi para pemain komunitas bola voli putri generasi muda Juata Laut untuk mengenal lebih jauh tentang cedera apa saja yang sering terjadi pada permainan bola voli dan setelah itu mampu memberikan penanganan cedera pertama ketika terjadi cedera, Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini dapat memperbaiki dan menjadikan komunitas bola voli putri generasi muda Juata Laut menjadi lebih baik. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan menggunakan atau mengumpulkan data para pemain bola voli melalui google form kemudian mengolah data yang sudah didapat melalui microsof exel kemudian data diolah lalu disajikan dalam bentuk laporan. Hasil yang didapatkan dari total 34 pemain bola voli putri didapatkan bahwa jumlah cedera yang paling sering terjadi yaitu terbanyak didaptakn pada cedera bahu sebanyak 56,7% dengan jumlah 17 orang pemain, dan cedera paling sedikit yaitu cedera yang terjadi pada cedera pinggang sebanyak 3,3% dengan jumlah 1 pemain, maka dari hasil studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa cedera yang terjadi pada bahu merupakan cedera yang paling sering terjadi dan perlu diberikan penyuluhan tetntang penanganan bagaiman cara menangani cedera pada cedera bahu.Kegiatan penyuluhan ini akan mengembangkan pengetahuanpara pemain bola voli akan pentingnya menjaga kondisi tubuh dan juga penanganan cedera yang terjadi pada pemain bola voli, dan dengan data yang sudah didapatkan juga memberikan pengetahuan tentang cedera yang paling banyak terjadi pada pemain bola voli putri adalah cedera pada bahu atau sholder impingement.
Cairan sinovial yang sedikit di lutut dan mengakibatkan keausan pada sendi , jikadi biarkan akan menjadi osteoartrithis knee dan berakibat pada activity of daily living.Penatalaksanaan yang pernah di lakukan untuk peningkatan ADL akibat osteoartrithis kneeadalah retrowalking dan quadricep strengthening. Mekanisme dari retrowalking adalahmerubah gaya berjalan ke arah belakang yang menimbulkan efek adanya pengurangan gayatekanan pada cairan sinovial dan pergesekan pada tulang rawan, sedangkan quadricepstrengthening yaitu meningkatkan ADL dengan cara menguatkan otot-otot di sekitar lututkususnya m.quadricep. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitasretrowalking dan quadricep strengthening terhadap peningkatan ADL pada lansia yangterkena osteoatrithis knee di Puskesmas Kendal Kerep Kota Malang.Peneltian inimenggunakan desain quasy-experimental yaitu dengan melibatkan 31 responden dengnmenggunakan perposive sampling. Sampel di bagi 2 kelompok intervensi yaitu kelompokretrowalking (n= 15) dan quadricep strengthening (n=16). Data yang diperoleh di analisisdengan menggunakan uji independen t-test. Hasil analisi data uji independen t-test antararetrowalking dan quadricep strengthening , di peroleh nilai t = 0,845 adalah tidak ada bedapengaruh quadricep strengthening dan retrowalking terhadaap peningkatan ADL padapasien osteoartritis knee di Puskesmas Kendal Kerep Kota Malang. Retrowalking danquadricep strengthening mempunyai efek bagi pengurangan gejala pada osteoartrithis yangmengakibatkan perbaikan pada lutut dan mempermudah lansia untuk melakukan aktifitassehari-hari atau activity of dailu living (ADL).
Falls represent an important adverse effect associated with knee osteoarthritis and result in a significant financial burden on the healthcare system. Therefore, identification of fall predictors is essential to minimize fall incidence. However, few studies have investigated falls and fall predictors, particularly focused on the fear of falls and proprioception. In this study, we investigated significant fall predictors in patients with knee osteoarthritis in Malang, Indonesia. Our findings may serve as useful guidelines to develop geriatric fall prevention programs. This cross-sectional survey using purposive sampling was performed between April and July 2021 and included 372 participants. We recorded the following data: sociodemographic and medical history questionnaire responses, visual analog scale scores, Hopkins falls grading scale scores, Fall Efficacy Scale-International scores, proprioception test findings, knee injury and osteoarthritis outcome score (KOOS), range of motion (ROM), chair stand test and the timed up and go test performance. Data were analyzed using the chi-square and t tests, and multivariate logistic regression to determine significant fall predictors. Multivariate logistic regression analysis showed a lower risk of falls in patients with better proprioception and ROM than in the other groups (odds ratio 0.55 vs 0.96). The risk of falls was higher in patients with higher KOOS symptoms, fear of falls, diagnosis of low back pain and diabetes mellitus, and increased body mass index than in the other groups (odds ratio 1.41, 2.65, 1.27, 3.45, and 1.10, respectively. Our study shows that knee proprioception and ROM serve as protective factors against falls, whereas KOOS symptoms, fear of falls, low back pain, diabetes mellitus, and body mass index were associated with a high risk of falls, with diabetes mellitus and fear of falls being the most significant risk factors. These findings may be useful to policy makers to develop a fall prevention program that can be implemented in community health care centers across Indonesia to deliver individualized, person-centered care and improve fall prevention strategies through a systematic process comprising evaluation, intervention, and monitoring to minimize fall risk.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.