Standar cemaran mikroba pada pangan olahan di Indonesia termuat dalam Peraturan Kepala Badan POM tahun 2009 No. HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) komoditas pangan. Dalam implementasinya, terdapat beberapa permasalahan dan kriteria yang tidak dapat dipenuhi karena terlalu ketat dan metode analisis yang tidak tersedia. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan pemenuhan standar cemaran mikroba dalam pangan di Indonesia dan beberapa negara lain di dunia terhadap kaidah kriteria mikrobiologi pangan yang dikembangkan Codex serta mengkaji kriteria cemaran mikroba pada pangan prioritas dan memberikan rekomendasi kriteria cemaran mikroba. Pengkajian dilakukan dengan membandingkan dan menganalisis kriteria mikrobiologi Indonesia dengan 10 standar negara lain yaitu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi Vibrio parahaemolyticus patogenik pada udang vaname yang berasal dari tambak tradisional dan intensif berdasarkan keberadaan gen tdh dan trh. Isolasi dan konfirmasi Vibrio parahaemolyticus mengacu pada BAM (2004), yang dilanjutkan dengan konfirmasi gen tdh dan trh Vibrio parahaemolyticus menggunakan metode PCR. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sebanyak 16/32(50%) dan 6/32 (18,8%) udang dari tambak tradisional dan intensif positif Vibrio parahaemolyticus. Berdasarkan gen tdh, ditemukan Vibrio parahaemolyticus patogenik pada udang tambak tradisional dan intensif berturut-turut adalah 81% (13/16) dan 50% (3/6). Sementara itu, jika didasarkan pada gen trh, Vibrio parahaemolyticus patogenik pada udang tambak tradisional dan intensif berturut-turut adalah 15/16 (93,8%) dan 4/6 (66,7%). Secara keseluruhan prevalensi udang vaname yang positif gen tdh adalah sebesar 72,2% (16/22) gen trh sebesar 86,4% (19/22) dan yang memiliki kedua gen adalah sebanyak 63,6% (14/22).
Cronobacter sakazakii is an emerging pathogen known to survive dry conditions and its presence in powder infant formula (PIF) has been linked to several outbreaks. In Indonesia, isolation of this bacterium from various foods have been reported. The objective of this study was to determine the effect of spray drying and storage humidity on the survival of C. sakazakii YRc3a in skim milk and their viability upon reconstitution. The survival of Cronobacter during spray drying was determined by comparing the number of bacteria before and after drying. The viability of Cronobacter in spray dried skim milk (SDSM) during storage was observed at weeks 1 to 8 and 12. At the same intervals, SDSM containing the pathogens was reconstituted at either 27°C or 50°C and the survivors were enumerated. The data were plotted to yield survival curves. Spray drying caused 4.19 log CFU/g reduction of Cronobacter and the bacteria experiencing drying were less sensitive to reconstitution at 50°C. During storage, the water activity of SDSM reached equilibrium at week 2 and afterwards, they started to decrease when stored at 50% or 90% RH, but maintained its viability at 70% RH. Storage at 50% and 90% RH accelerated the death rate of C. sakazakii YRc3a, resulting in the decline of the viable counts for 3 log cycles. At 50% RH, C. sakazakii Yrc3a decreased significantly, but the survivors exhibited increased heat resistance with the lowest reduction upon reconstitution at 50°C (0.16 log CFU/ml). ABSTRAKCronobacter sakazakii adalah patogen bawaan pangan emerging yang dilaporkan mampu bertahan dalam kondisi kering dan keberadaannya dalam susu formula telah dihubungkan dengn beberapa kejadian luar biasa. Di Indonesia, isolasi bakteri ini dari beberapa jenis pangan telah dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengeringan semprot (spray drying) dan pengaruh kelembaban relatif terhadap sintas C. sakazakii YRc3a dalam susu skim selama penyimpanan serta viabilitasnya setelah direkonstitusi dengan air. Sintas Cronobacter selama pengeringan semprot ditentukan dengan membandingkan jumlah Cronobacter sebelum dan setelah pengeringan. Viabilitas Cronobacter dalam susu skim hasil pengeringan semprot (SSPS) selama penyimpanan diamati setiap minggu dari minggu 1-8 dan minggu ke 12. Pada interval yang sama, SSPS yang mengandung Cronobacter direkonstitusi dengan air bersuhu 27°C atau 50°C dan bakteri yang bertahan hidup dihitung. Data yang diperoleh kemudian diplot untuk menghasilkan kurva sintas. Pengeringan semprot menurunkan Cronobacter sebanyak 4,19 log CFU/g dan bakteri patogen yang telah mengalami pengeringan menjadi kurang sensitif terhadap suhu rekonstitusi 50°C. Selama penyimpanan, aktivitas air (Aw) SSPS mencapai ekuilibrium pada minggu ke 2 dan setelah itu patogen mulai menurun jumlahnya jika disimpan pada RH 50% atau 90%, tetapi dapat mempertahankan viabilitasnya jika disimpan pada RH 70%. Penyimpanan pada RH 50% dan 90% mempercepat laju kematian C. sakazakii YRc3a dan mengakibatkan jumlah bakteri turun sebesar 3 siklu...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.