Kabupaten Kuningan Jawa Barat memiliki target menumbuhkan 25 desa wisata, dan salah satu yang sedang dirintis adalah desa wisata Cikaso Desa Kramatmulya. Dalam pembentukan desa wisata membutuhkan organisasi kelembagaan yang akan mengelola pariwisata di desa tersebut. Meskipun pemerintah telah menetapkan kelembagaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di desa wisata namun dalam perjalanannya pengelola masih memiliki ketidakmampuan dalam mengelola. Masalah lain adalah tidak adanya hubungan harmonis dan tumpang tindih tupoksi antara Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan Pokdarwis dalam pengelolaan rintisan desa wisata. Pokdarwis membutuhkan pendampingan bagaimana tata organisasi dapat berjalan, tupoksi masing-masing, apa saja permasalahan yang ada dalam pengembangan destinasi dan bagaimana mendapatkan dukungan dari masyarakat. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memperkuat kerjasama antara Bumdes dan Pokdarwis dalam rintisan suatu desa wisata. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi ceramah, Focus Group Discussion, simulasi, dan role play lapangan.
This study examines the effect of proactive personality, emotional intelligence, and work environment on employee performance creativity using data 200 employees of star hotels in Semarang. The results showed that proactive personality, emotional intelligence, and work environment had a positive and significant effect on employee performance creativity. The theoretical implications of the research results support existing theories and research, while managerial implications suggest that organizations / hotels consider proactive personality, emotional intelligence, and work environment as important factors that encourage employees to work creatively in order to improve their performance. PendahuluanIndustri pariwisata global berkembang pesat seiring gagasan orang mengenai perubahan nilai dari kegiatan rekreasi/ wisata, peningkatan pendapatan masyarakat, dan jumlah pelancong/wisatawan yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Laporan Barometer Pariwisata Dunia United Nation World Tourism Organization (UNWTO) menyebutkan, di antara ketidakpastian ekonomi pada tahun 2019, pariwisata menjadi sektor ekonomi terkemuka dan tangguh. Jumlah wisatawan global diperkirakan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Jumlah tersebut akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Di samping itu, prospek perkembangan pariwisata ke depan tidak akan bisa terbendung lagi oleh kemajuan-kemajuan dan perubahan yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan (Ratang, 2018). Meningkatnya jumlah wisatawan mendorong pembentukan hotel-hotel baru. Menurut data statistik tahun 2018, jumlah total hotel berbintang di Indonesia saat ini mencapai 3.314, dengan tingkat penghunian kamar mencapai lebih dari 50%, sehingga persaingan di sektor ini menjadi sangat ketat.Untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dan mempertahankan pelanggan, hotel harus sering memperkenalkan produk baru dan berusaha mengembangkan layanan baru yang inovatif dengan nilai tambah yang besar. Penting bagi hotel untuk mencari keunggulan kompetitif di era manajemen pengetahuan dan beroperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif. Meningkatkan inovasi kinerja karyawan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas layanan agar perusahaan tetap berada di jalur pertumbuhan yang benar dan untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang komprehensif (Wong & Ladkin, 2008). Elemen manusia dalam organisasi pariwisata dan perhotelan dianggap sangat penting terkait dengan kualitas layanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan, keunggulan kompetitif, dan kinerja organisasi. Keyakinan ini didukung oleh banyak teori, model, dan studi empiris, serta literatur manajemen pariwisata yang menekankan peran penting sumber daya manusia bagi organisasi ini (Kusluvan et al, 2010). Sumber daya manusia merupakan sumber daya, aset, dan kemampuan yang berharga, langka, tidak dapat diganti, atau tidak dapat ditiru dengan sempurna sehingga dapat menjadi sumber penting bagi keunggulan kompetitif yang berke...
ABSTRAKSetelah beberapa waktu berjuang melawan pandemi, akhirnya kehidupan ekonomi mulai bangkit dan berbagai jenis kegiatan mulai bergeliat termasuk pariwisata. Namun di protokol kesehatan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Dalam era new normal, dalam pengembangannya menjadi desa wisata, desa Doplang perlu menyiapkan sumber daya manusianya (SDM) untuk dapat menerapkan protokol kesehatan yang baik dalam pelayanan kepada wisatawan. Masih lemahnya kesadaran masyarakat menjadi kendala dalam hal ini, sehingga perlu penguatan materi terkait CHSE (Clean, Health, Safety, and Environmental Sustainability) yang merupakan program dari Kemenparekraf untuk mendorong kegiatan pariwisata sehat dan aman. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan sosialisasi dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia pariwisata yang mampu mengimplementasikan protokol kesehatan dengan baik dan benar. Metode yang digunakan meliputi FGD (focus group discussion), dan sosialisasi. Hasil menunjukkan 100% peserta kegiatan menyatakan adanya peningkatan pemahaman dan siap untuk menerapkan CHSE di desa Doplang. Kata kunci: penguatan; materi CHSE; sumber daya manusia. ABSTRACTAfter struggling with the pandemic for some time, finally economic life began to rise and various types of activities began to take place, including tourism. However, the health protocol is very important to pay attention to. In the new normal era, in its development into a tourist village, Doplang village needs to prepare its human resources (HR) to be able to implement good health protocols in service to tourists. The lack of public awareness is an obstacle in this regard, so it is necessary to strengthen materials related to CHSE (Clean, Health, Safety, and Environmental Sustainability) which is a program from the Ministry of Tourism and Creative Economy to encourage healthy and safe tourism activities. Based on this, the purpose of this community service activity is to provide socialization in order to prepare tourism human resources who are able to implement health protocols properly and correctly. The methods used include FGD (focus group discussion), and socialization. The results showed that 100% of the activity participants indicated an increase in understanding and were ready to implement CHSE in Doplang village. Keywords: strengthening; CHSE materials; human resources.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.