Background: The Ministry of Social Affairs found several relevant facts about the condition of child care in orphanages across five cities in Indonesia, among others is the lack of attention to the fulfillment of emotional needs and psychosocial development. This problem persists despite the knowledge that major changes in maturity and psychosocial development, particularly associated with the social function, progressed greatly during adolescence, increasing the need for intensive psychological assistance during self-discovery. The process of self-discovery always begins with self-acceptance. Objective: This study aims to empirically test the influence of CBT (cognitive behavior therapy) on self-acceptance in adolescents living in an orphanage. The proposed hypothesis in this study is as follows: There is a difference in the level of self-acceptance that adolescent showed before and after receiving lessons on self-acceptance through CBT. Methods: This research used a quantitative research method with the untreated control group design with multiple dependent pretest and post-test. Data analysis was done through mixed ANOVA. The subjects of the study were young (adolescent) orphans of Samsah in Kudus. We used purposive sampling to collect the sample. The number of subjects in the experimental and control groups was 12 subjects. Conclusion: The results of this study show that CBT plays a significant role as a stimulus in improving adolescents' self-acceptance. The major contribution of CBT in improving self-acceptance in adolescents is 68.6%. An orphanage is expected to provide additional lessons on life, social support, and positive thinking that could sustainably support the stimulation that CBT has given to increase adolescents’ self-acceptance.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan ditinjau dari optimisme dan student engagement pada mahasiswa. Subyek penelitian ini adalah 147 mahasiswa di Provinsi Jawa Tengah. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data adalah skala kebahagiaan, skala optimisme, dan skala student engagement. Diperoleh hasil koefisien korelasi dari ketiga variabel sebesar 0,292 dengan p sebesar 0,002 (p0,01) artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara optimisme dan student engagement dengan kebahagiaan. Dengan demikian hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Hasil koefisien korelasi antara kebahagiaan dengan optimisme r, sebesar 0,265 dengan signifikansi p 0,001 (p0.01) ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kebahagiaan dengan optimisme pada mahasiswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Sedangkan koefisien korelasi antara student engagementdengan kebahagiaan r, sebesar 0,206 dengan taraf signifikan p sebesar 0,006 (p0,01), hal ini menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara student engagement dengan kebahagiaan, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Sumbangan efektif variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 8,5%, sedangkan 91,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain misalnya menurut Putra dan Sudibia (2019) menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan individu meliputi penghasilan, harapan, hubungan, iman, perilaku syukur, perilaku pro lingkungan, kesehatan, gender, modal sosial dan budaya.
Kemampuan verbal memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif dan akademis anak. Kemampuan verbal juga mendukung pemahaman anak dalam menguasai mata pelajaran yang berimbas langsung pada kemampuan akademisnya. Model induktif kata bergambar merupakan salah satu metode pembelajaran yang fokus pada penguasaan dan pengembangan kosakata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model induktif kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan verbal. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain mengunakan dua kelompok yang diamati. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 sekolah dasar di Kabupaten Kudus yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengambilan subjek didasarkan pada observasi dan wawancara dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengukuran dilakukan saat pretes dan posttes menggunakan alat tes WISC. Tes WISC merupakan tes inteligensi yang biasa digunakan untuk mengukur taraf kecerdasan anak usia 5 tahun hingga 15 tahun. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran model induktif kata bergambar. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan skor 0,49 yang termasuk pada kategori sedang dengan sumbangan efektif sebesar 27,58%.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.