Istilah subaltern dihadirkan sebagai sinonim kaum proletar. Gayatri Spivak menekankan pentingnya melihat mekanisme hegemonik yang tidak disadari mengenai penggunaan atribut kata subaltern. Mereka berada dalam wacana hegemonik yang berarti ada semacam manipulasi secara tidak sadar atas apa yang mereka lakukan. Dalam kajian teoritis Spivak, kelompok subaltern adalah kelompok yang suaranya selalu direpresentasikan, sementara representasi hanyalah alat untuk menuju dominasi nyata. Oleh karena itu, masyarakat yang tertekan dan terjajah (subaltern), harus berbicara, harus mengambil inisiatif, dan menggelar aksi atas suara mereka yang terbungkam. Karena kekuasaan kolonial terus dipertahankan dalam dan melalui discourse (wacana) yang berbeda-beda. Sebagai kritikus feminis poskolonial Gayatri Spivak terus menerus menantang pemikiran kontemporer Barat dengan menunjukkan betapa wacana-wacana dan praktik-praktik kelembagaan dan budaya dominan telah secara konsisten mengecualikan dan meminggirkan kaum jelata (subaltern), terutama perempuan subaltern. Fokusnya pada sejarah perempuan subaltern dan kritiknya terhadap proyek subaltern telah secara radikal menantang cara identitas politik dikonseptualisasikan dalam banyak pemikiran kontemporer. Penekannya pada kemampuan kaum subaltern untuk berbicara.
This research wants to know the thoughts of one of the critical figures of the first generation of the Frankfurt School, namely Max Horkheimer. This study uses a qualitative method with a literature review study. Based on the literature review study, there are several works of Max Horkheimer’s thought. However, this research intends to discuss are Max Horkheimer’s two prominent thoughts, namely the Dialectic of Enlightenment and Critical Theory. Dialectic of Enlightenment is a book by Adorno and Horkheimer published in 1947 with the title Dialectic der Aufklarung which contains criticism of modern society. This book develops the claim that the systematic search for reason and enlightened freedom has a long-term ironic effect in producing new forms of rationality and oppression. The various essays collected in “Critical Theory” contain not only an acute rejection of positivism but also a denial of the scientific tendencies of orthodox Marxism. According to Horkheimer, the task of critical theory is to penetrate the world of matter and show the basic relationship between persons.Keyword: critical theory, enlightenment dialectic, frankfurt schoolPenelitian ini ingin mengetahui pemikiran dari salah seorang tokoh kritis generasi pertama dari Mazhab Frankfurt, yaitu Max Horkheimer. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan studi literatur review. Berdasarkan studi literatur review, terdapat beberapa hasil karya pemikiran Max Hoekheimer. Namun, yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah dua pemikiran Max Horkheimer yang menonjol, yaitu: Dialectic of Enlightenment (Dialektika Pencerahan) dan Teori Kritis. Dialectic of Enlightenment merupakan buku karangan Adorno dan Horkheimer yang terbit pada tahun 1947 dengan judul Dialektik der Aufklarung yang berisi kritik terhadap mayarakat modern. Buku ini mengembangkan klaim bahwa pencarian sistematik dari akal budi dan kebebasan yang tercerahkan mempunyai pengaruh ironis jangka panjang dalam melahirkan bentuk-bentuk rasionalitas dan penindasan baru. Berbagai esai yang dikumpulkan dalam “Critical Theory” tidak hanya berisi penolakan akut terhadap positivisme, namun juga berisi penyangkalan terhadap tendensi keilmuan Marxisme ortodoks. Menurut Horkheimer, tugas teori kritis adalah untuk menembus dunia benda dan menunjukkan hubungan dasariah antar pribadi.Kata Kunci: dialektika pencerahan, mazhab frankfurt, teori kritis
The Salafist community, which is marginalized from mainstream media in Indonesia, represents the ideology of Salafus Salih through the mediatization of religion. Salafists originally preached traditionally but later utilized radio and television and then websites and social media. This ideological representation through the mediatization of religion increases the number of followers so that they can reproduce social formations to maintain the status quo. For this reason, this study aims to reveal how Salafists represent the conservative ideology of Salafus Salih through the mediatization of religion on Rodjatv's Instagram. Using a critical paradigm and mediatization of religion theory with virtual ethnographic methods, this study explains how the conservative ideology of Salafus Shalih in the mediatization of religion through three media metaphors, media as a channel, language, and environment, is instilled by the Salafi group to its followers. The results revealed that the Salafi da'wah content in Rodja's media interpellated the new Salafis and imitated the religious way of Salafus Salih while creating a large number of communities or congregations. The new Salafi followers then interpellated (re-interpellation) and imitated (reimitation) to the next follower. The series of re-interpellations and limitations ultimately constituted the Salafi da'wah and the ideological congregation of Salafus Salih
Film selalu dapat mempengaruhi masyarakat melalui muatan dan bentuk pesan di dalamnya. Media berperan penting untuk hal itu dimana menjadi cantik adalah hal yang instan. Menjadi cantik bagi perempuan adalah suatu kewajiban mutlak namun tanpa di dasari resiko yang menyertai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna pesan di dalam sebuah film yaitu Imperfect. Tujuan penelitian ini untuk untuk mengetahui Bagaimana Pesan Moral Struktur Makro Film Imperfect?, Bagaimana Pesan Moral Superstruktur Film Imperfect dan Bagaimana Pesan Moral Struktur Mikro Film Imperfect?. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan observasi. Untuk menganalisi data , penulis menggunakan Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk menjadi tiga tingkatan, yaitu struktur makro,superstruktur dan struktur mikro. Hasil penemuan dalam penelitian ini mengemukakan bahwa analisis struktur makro dalam film Imperfect menguak tentang bagaimana menerima akan diri sendiri apa adanya, manusia terutama Wanita tidak ada yang sempurna. Kemudian analisis Superstruktur mengemukakan untuk fokus dengan diri sendiri, jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain. Terakhir adalah analisis Struktur Mikro dalam film Imperfect adalah berusaha menerima apa yang sudah menjadi takdir kita.
Jean Baudrillard adalah seorang filsuf Perancis dan salah satu tokoh postmodern terkemuka. Beberapa pemikiran utamanya meliputi sign-value, simulakra, dan hiperrealitas. Pemikiran ini ditulis dalam karya awal Jean Baudrillard yang diterbitkan pada 1968 hingga 1981. Sedangkan karya lainnya yang diterbitkan setelah 1981 ditulis untuk memperkuat pemikiran awalnya. Artikel ini bertujuan untuk lebih mengenal Jean Baudrillard dan pemikiran utamanya, terutama pemikirannya mengenai sign-value, simulakra, dan hiperealitas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.