Background: Teledentistry is a virtual dental and oral health consultation or treatment. Teledentistry aims to improve the access to dental and oral health in the midst of high demand and limited services. Implementation of teledentistry is influenced by the age of the dentist, the level of use of information technology, and the work experience. Teledentistry-related research is still less observed in Indonesia, especially in Banjarmasin city there has never been any related research. Objective: To analyze the correlation between age, level of use of information technology and work experience on the use of teledentistry in dentists in Banjarmasin City. Methods: This analytic observational study with cross sectional design is using simple random sampling. Results: Dentists who practice in Banjarmasin City are mostly in early adulthood, which is 76 respondents (70.4%), the level of use of information technology is in the high category, which is 49 people (45.4%), lower work experience, which is 45 people (41.7%) and the use of teledentistry for dentists who practice in Banjarmasin City is mostly in the high category, which is 49 people (45.4%). Conclusion: There is a correlation between age, level of use of information technology, and work experience on the use of teledentistry. Keywords: Age, Experience,Technology, TeledentistryABSTRAKLatar Belakang: Teledentistry adalah pelayanan virtual konsultasi atau perawatan kesehatan gigi dan mulut secara jarak jauh. Teledentistry bertujuan untuk meningkatkan akses kesehatan gigi dan mulut ditengah tingginya keperluan dan terbatasnya pelayanan. Pengunaan teledentistry dipengaruhi oleh usia dokter gigi, tingkat penggunaan teknologi informasi, dan pengalaman kerja dokter gigi. Penelitian terkait teledentistry masih sangat sedikit di Indonesia, khususnya di kota Banjarmasin belum ada penelitian terkait penggunaan teledentistry pada dokter gigi di Kota Banjarmasin Tujuan: Menganalisis hubungan usia, tingkat penggunaan teknologi informasi dan pengalaman kerja terhadap pemanfaatan teledentistry pada dokter gigi di Kota Banjarmasin. Metode: Jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional ini menggunakan teknik simple random sampling dalam pengambilan sampel. Hasil: Dokter gigi yang menjalankan praktik di Kota Banjarmasin sebagian besar termasuk dalam kategori usia, dewasa awal yaitu sebanyak 76 resonden (70,4%), tingkat penggunaan teknologi informasi termasuk kategori tinggi yaitu sebanyak 49 orang (45.4 %), pengalaman kerja termasuk kategori rendah yaitu sebanyak 45 orang (41.7 %) dan pemanfaatan teledentistry pada dokter gigi yang menjalankan praktik di Kota Banjarmasin sebagian besar termasuk kategori tinggi yaitu sebesar 49 orang (45.4 %). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia, tingkat penggunaan teknologi informasi, dan pengalaman kerja terhadap pemanfaaatan teledentistry Kata kunci: Pengalaman kerja, Teknologi,Teledentistry, Usia
Diphtheria is a serious health problem in East Java. By 2015, the number of new cases of diphtheria in East Java was 319, which is the highest number of cases in Indonesia. This study was a surveillance system evaluation of system components and attributes approaches. Data was collected through interviews with three surveillance officers in the East Java Provincial Health Office for observation and document analysis. Data was analyzed descriptively. The problems found in the system components were the accuracy and completeness of EWARS Report from the reporting units, which were 56% and 69% respectively; the monthly absences were not conducted, and the epidemiology bulletins was published 4 times in a year. The problem with the attributes was that the data was not analyzed timely, rather than data representativeness, District Health Office reports were not filled completely, and Positive Predictive Values (PPV) were only 4.38% in 2015 and 2.83% in 2016. System components and attributes, such as timeliness and data quality, were incompatible with the Indicator of Health Epidemiology Surveillance System. It also known that the Diphtheria surveillance system was simple, but has a low acceptability, sensitivity, PPV score, and representativeness, when compared to the CDC Guidelines of Surveillance.
Background: Indonesia’s still has many health problems, two of them is undernutrition and overnutrition. The population of South Kalimantan has a prevalence of 15.1% underweight, 15% overweight, and 15.4% obese. Nutritional status can affect growth and development of children's teeth and jaws, which can cause malocclusion. Crowded teeth are the most common type of malocclusion, and it’s experienced by almost 2/3 of the human population. Purpose: The purpose of this literature review is to analyze the relationship between nutritional status and malocclusion in the relevant literature in the last 10 years. Method: This study uses literature review method with a narrative review procedure, which focuses on describe and explain the topic, and contains sources that are appropriate to the topic. All reviewed articles were obtained from searching at Pubmed, Science Direct, and Google Scholar data sources. Results: The highest prevalence of nutritional status was normal with a percentage of 60.1%. The prevalence of malocclusion is higher (65.70%) compared to normal occlusion (43.30%). The most common type of crowding is light crowding. The majority of literature states that there is a relationship between nutritional status and malocclusion. Conclusion: People are expected to take advantage from the results of this study as a reference so they pay more attention to a balanced nutritional intake and maintain their oral health. Keywords: Crowding teeth, Malocclusion, Nutritional statusABSTRAKLatar Belakang: Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia masih memiliki banyak masalah dan salah satunya adalah gizi kurang dan gizi berlebih. Penduduk Kalimantan Selatan memiliki prevalensi berat badan kurus sebesar 15,1%, berat badan lebih 15%, dan obesitas 15,4%. Status gizi berpengaruh pada tumbuh kembang gigi dan rahang anak sehingga dapat mengakibatkan maloklusi. Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering terjadi, bahkan kasus ini dialami hampir 2/3 populasi manusia. Tujuan: Tujuan literature review ini untuk menganalisis hubungan antara status gizi terhadap maloklusi pada literatur yang relevan 10 tahun terakhir. Metode: Penelitian menggunakan metode literature review dengan prosedur narrative review, yaitu melakukan penguraian dan penjelasan yang berfokus pada topik, dan memuat sumber-sumber yang sesuai topik tersebut. Semua artikel yang direview diperoleh dari pencarian sumber data Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Hasil: Prevalensi Status gizi terbanyak adalah gizi normal sebanyak dengan persentase sebanyak 60,1%. Prevalensi maloklusi memiliki jumlah yang lebih banyak yaitu sebesar 65,70% dibandingkan oklusi normal yang hanya sebesar 43,30%. Hasil pengukuran maloklusi tipe gigi terbanyak adalah gigi berjejal ringan. Mayoritas literatur menyatakan terdapat hubungan antara status gizi terhadap maloklusi. Kesimpulan: Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini acuan agar lebih memperhatikan asupan gizi yang seimbang dan menjaga kesehatan rongga mulutnya.Kata Kunci: Gigi berjejal, maloklusi, status gizi
Penyakit jaringan lunak rongga mulut berkembang dengan angka kejadian yang bervariasi, yaitu 2,5 hingga 58 persen di berbagai jenis populasi. Kejadian penyakit rongga mulut meliputi 58% dari populasi lansia dan 34,8% pada populasi anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit jaringan lunak rongga mulut di Kota Banjarmasin tahun 2017-2020. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisis data deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah penyakit jaringan lunak rongga mulut dan jenis kelamin. Sumber data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan form LB-1 Puskesmas Kota Banjarmasin. Hasil Penelitian menunjukkan kasus jaringan lunak rongga mulut paling banyak terdapat pada tahun 2018 dengan jumlah kasus sebesar 11.734 dengan kasus terbanyak terdapat pada perempuan sebesar 6934 kasus (59,09%). Jenis penyakit yang paling banyak pada kasus jaringan lunak rongga mulut pada tahun 2017-2020 adalah penyakit Gingivitis dan Penyakit Periodontal. Penyakit Gingivitis dan Penyakit Periodontal paling banyak terdapat pada tahun 2019 dengan jumlah kasus sebesar 9381 kasus (81,33%) dari keseluruhan penyakit jaringan rongga mulut serta paling banyak diderita oleh jenis kelamin perempuan dengan jumlah kasus sebesar 6058 kasus (64,58%). Peningkatan pencegahan kejadian peyakit jaringan lunak rongga mulut perlu dilakukan terutama pada penyakit Gingivitis dan Penyakit Periodontal.
Difteri merupakan salah satu kasus penyakit menular yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kasus difteri di Provinsi Jawa Timur paling tertinggi terdapat di Kota Surabaya dengan jumlah kasus sebesar 80 Kasus. Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status imunisasi terhadap kejadian difteri di Kota Surabaya. Studi ini merupakan studi kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Variabel dalam studi ini yaitu status imunisasi serta kejadian difteri. Data yang digunakan yaitu data sekunder yang didapat dari pencatatan serta pelaporan kasus difteri di seksi surveilans dan imunisasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2018. Hasil studi diperoleh bahwa status imunisasi responden paling banyak yakni status imunisasi lengkap sebesar 51,2%. Kejadian difteri konfirmasi pada responden sebanyak 8,8%. Responden yang mengalami difteri konfirmasi 85,7% mempunyai status imunisasi tidak lengkap serta tidak melaksanakan imunisasi. Hasil analisis memakai uji Fisher’ s Exact Test menampilkan kalau tidak ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi terhadap kasus difteri( P-value = 0,054). Cakupan Imunisasi DPT perlu ditingkatkan di Kota Surabaya untuk mengendalikan dan mengeleminasi kejadian difteri di Kota Surabaya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.